Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Direktur Pengelolaan Imunisasi, Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dr. Prima Yosephine, M.K.M (IDN Times/Misrohatun)
Direktur Pengelolaan Imunisasi, Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dr. Prima Yosephine, M.K.M (IDN Times/Misrohatun)

Intinya sih...

  • Indonesia mengalami penurunan imunisasi anak, dari hampir 100 persen pada tahun 2022 menjadi hanya sekitar 80 persen pada tahun 2024.
  • Kondisi ini mengakibatkan bertambahnya jumlah anak yang belum pernah mendapat imunisasi, mencapai hampir satu juta pada periode 2024.
  • Tantangan utama yang dihadapi adalah supply dan demand, serta keraguan masyarakat terhadap pentingnya imunisasi, seperti pemberian double injection.

Direktur Pengelolaan Imunisasi, Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes), dr. Prima Yosephine, M.K.M menyampaikan bahwa Indonesia tidak dalam kondisi yang baik karena anak-anak tidak mendapat imunisasi yang lengkap.

Padahal target yang mau dicapai adalah "herd immunity" (kekebalan kelompok), yang hanya bisa dicapai jika sebagian besar sasaran mendapat imunisasi. Hal ini disampaikan dalam acara "Sehat Sepanjang Hayat: Imunisasi untuk Semua Tahap Kehidupan" di Jakarta, pada Selasa (29/4/2025).

Target yang tidak tercapai

ilustrasi imunisasi anak (freepik.com/freepik)

Pada tahun 2022, menurut dr. Prima, kita bisa mencapai lebih dari 90 persen, bahkan hampir 100 persen dari target, tetapi turun pada tahun 2023. Bahkan, pada tahun 2024 hanya sekitar 80-an persen.

"Jadi kalau kemarin di tahun 90-an kita DPT 3 sudah bisa 90 persen, kenapa sekarang imunisasi lengkap itu cuma 80-an persen? Ini butuh perjuangan kita bersama," ungkapnya.

Terdapat 13 provinsi yang sudah tiga tahun terakhir tidak bisa mencapai targetnya. Hal ini mengakibatkan jumlah anak-anak di Tanah Air yang belum pernah mendapat imunisasi jadi bertambah: dari 200 ribu pada tahun 2022, menjadi hampir satu juta pada periode 2024. Hal ini pada akhirnya bisa menimbulkan risiko kejadian luar biasa (KLB).

Perlunya kepercayaan masyarakat

Tantangan yang saat ini dihadapi berupa supply dan demand. Belum lagi keraguan masyarakat terhadap pentingnya imunisasi yang masih menjadi masalah, misalnya terkait pemberian dua imunisasi (double injection) dalam satu waktu.

"Tidak bisa dihindarkan pemberian imunisasi double injection. Tapi bukan cuma di Indonesia yang buat itu, seluruh dunia. Di Jepang bahkan tiga sampai empat vaksin, satu kali datang suntikan. Sudah ada studi yang menyampaikan itu aman," lanjut dr. Prima.

Dia berharap masyarakat tidak ragu karena vaksin yang digunakan sudah ada izin edarnya dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Upaya pemerintah

Acara "Sehat Sepanjang Hayat: Imunisasi untuk Semua Tahap Kehidupan" di Jakarta, pada Selasa (29/04/2025) (IDN Times/Misrohatun)

Pemerintah sudah melakukan banyak upaya terkait vaksin, salah satunya dengan pertukaran petugas di lapangan. Kemenkes juga masif melakukan edukasi di media sosial resminya guna menumpas hoaks.

"Saya ingatkan kembali bahwa imunisasi itu bermanfaat melindungi semua tahap kehidupan dari penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Imunisasi ini merupakan investasi kesehatan masyarakat. Kita lihat tadi, berapa banyak return on investment yang bisa kita terima," imbuh dr. Prima.

Dia mengajak keluarga, tokoh masyarakat, tokoh agama, organisasi dan profesi untuk bisa menyukseskan program ini, sehingga diharapkan Indonesia bisa tampil sebagai bangsa yang besar.

"Imunisasi itu tidak ada kata terlambat. Kalau orang tua baru sadar sekarang, 'Oh, iya anak saya belum lengkap atau anak saya sama sekali belum diimunisasi', sekarang waktunya datag ke fasilitas kesehatan terdekat untuk berkonsultasi, imunisasi apa lagi yang masih bisa diberikan kepada anak-anak kita. Yuk, lengkapi imunisasi agar kita bisa sehat sepanjang hayat," tutup dr. Prima.

Editorial Team