pexels.com/Andrea Piacquadio
Untuk mendapatkan kewenangan sebagai seorang terapis eksistensial, seseorang biasanya menempuh studi dengan gelar sarjana program studi psikologi atau konseling, dan memiliki latar belakang bidang filsafat.
Selain itu, melalui pelatihan tentang kesehatan mental dan kerja lapangan terkadang juga ditempuh untuk memperkaya pemahaman komprehensif mengenai terapi eksistensial.
Meskipun demikian, terapi ini dapat disalahpahami oleh orang-orang yang kurang memahami prinsip dasar atau ruang lingkup kajian teorinya.
Melansir Good Therapy, kesalahpahaman umum yang dapat terjadi meliputi pemahaman akan:
- Satu teori eksistensial bebas dari ketegangan internal, berbeda dan menyatu, serta mencakup semua asumsi dasar psikologi eksistensial
- Tidak ada perbedaan antara psikologi eksistensial dan filsafat eksistensial
- Psikologi eksistensial mengambil pendekatan anti spiritual
- Teori eksistensial dan humanistik adalah hal yang sama
- Terapi eksistensial mengambil pandangan hidup yang kelam, negatif, dan pesimis
- Pendekatan terapi pada dasarnya merupakan pendekatan intelektual, sehingga terkesan hanya bermanfaat bagi orang dengan kecerdasan tinggi
Dikarenakan terapi eksistensial memiliki target pada faktor yang mendasari perilaku dan masalah kesehatan mental, pendekatannya mungkin tidak secara langsung dapat menangani masalah utama yang dialami individu. Oleh karena itu, mengombinasikan pendekatan dapat membantu memaksimalkan efektivitas guna mendorong pemulihan.