ilustrasi ruang isolasi (ANTARA FOTO/REUTERS/Marko Djurica)
Dalam sebuah studi yang dimuat dalam jurnal Alzheimer’s and Dementia pada 13 Januari 2022 lalu, para peneliti dari NYU Grossman School of Medicine, Amerika Serikat (AS), mengadakan sebuah studi mengenai apakah pasien COVID-19 yang mengalami komplikasi neurologis saat rawat inap memiliki kadar biomarker penanda kerusakan otak di dalam darahnya.
"Dalam studi ini, kami tertarik meneliti biomarker ini, karena biomarker ini adalah yang diteliti untuk memantau perkembangan patologi terkait penyakit Alzheimer dan gangguan neurodegeneratif lainnya," ujar salah satu peneliti sekaligus direktur Alzheimer’s Disease Research Center dan Center for Cognitive Neurology di NYU, Thomas Wisniewski.
Penelitian ini meneliti serum para pasien COVID-19 yang terdaftar dalam Study of Neurologic and Psychiatric Events in Acute COVID-19 (SNaP Acute COVID-19). Dokter Wisniewski menjelaskan bahwa penelitian ini mengesampingkan pasien yang memiliki riwayat gangguan kognitif, demensia, atau gangguan kognitif ringan.
Seorang pasien COVID-19 meletakkan kedua tangan di kepalanya. (ANTARA FOTO/REUTERS/Baz Ratner)
SNaP Acute COVID-19 adalah studi yang mencakup 4.491 pasien di empat rumah sakit di New York City, AS, dari 10 Maret—20 Mei 2020. Sesuai namanya, studi ini mengevaluasi perkembangan insiden neurologis pada pasien rawat inap COVID-19 parah.
Penelitian ini meneliti total 412 partisipan dengan usia rata-rata 71 tahun. Para partisipan terbagi menjadi:
- Sebanyak 215 pasien COVID-19
- Sebanyak 161 pasien non-COVID-19