Biasanya, keadaan meresahkan memicu krisis eksistensial. Apa pun krisis spesifiknya, biasanya itu menimbulkan banyak pertanyaan di dalam pikiran, seperti "apa artinya semua ini?", "apa gunanya?", "kenapa saya repot-repot untuk ini, dia saja tidak peduli", dan sebagainya.
Krisis eksistensial dapat membuat kita merasa cemas atau tertekan. Akan tetapi, krisis eksistensial tidak sama dengan kecemasan atau depresi. Pengalaman khas kecemasan dan depresi ada dalam satu rangkaian, mulai dari ringan, spesifik, dan sementara hingga parah, umum, dan terus-menerus.
Sebagian besar dari kita pernah mengalami keadaan kecemasan lewat situasi yang tak biasa atau saat menghadapi tantangan ketika kita tidak siap dalam menghadapinya. Beberapa dari kita mungkin juga pernah menghadapi ketakutan berlebihan terus-menerus, misalnya fobia tertentu. Demikian pula depresi bisa berkisar dari perasaan sedih sementara, hingga bentuk depresi berat yang parah.
Krisis eksistensial bisa memiliki gejala mirip depresi, tetapi cenderung berbeda dalam arti bahwa biasanya ada krisis makna kehidupan.