Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi pasien OCD (freepik.com/freepik)
ilustrasi pasien OCD (freepik.com/freepik)

Intinya sih...

  • Orang dengan OCD cenderung mengalami masalah tidur lebih parah, seperti kesulitan tidur, sering terbangun pada malam hari, dan tidak mengikuti jadwal tidur yang teratur.

  • Banyak orang dengan OCD juga akan mengalami gangguan kecemasan, gangguan suasana hati, gangguan impuls, gangguan penggunaan zat, atau kondisi kejiwaan lainnya.

  • Tanpa terapi atau pengobatan, orang dengan OCD cenderung menghindari pemicu secara berlebihan, kurang produktif, merasa malu, cemas, depresi, dan memiliki dampak negatif pada hubungan sosial.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Gangguan obsesif kompulsif atau obsessive compulsive disorder (OCD) adalah gangguan kecemasan yang memerlukan diagnosis melalui pemeriksaan dan penilaian serta pengobatan.

OCD adalah kondisi mental yang sangat rumit dan menantang yang bisa muncul karena berbagai sebab, mulai dari genetik, bahan kimia otak, ketidaknormalan pada otak, kebiasaan, dan lain sebagainya.

Jika diobati dengan baik, orang yang hidup dengan OCD mampu hidup dengan sejahtera dan pada akhirnya bebas dari penderitaan. Sebaliknya, tanpa pengobatan, OCD bisa menjadi makin kronis dan mengganggu rutinitas normal, tugas sekolah, pekerjaan, aktivitas keluarga, dan sosial. 

Beberapa komplikasi yang dapat timbul akibat OCD yang tidak ditangani bisa kamu baca di bawah ini.

1. Masalah tidur

Masalah tidur bisa dihadapi oleh siapa pun, tetapi orang dengan OCD cenderung mengalami masalah tidur lebih parah. Ini karena mereka sering hidup dengan pikiran cemas yang terus-menerus dan mengganggu sepanjang hari. Pikiran-pikiran ini biasanya tidak mereda saat malam tiba, yang menyebabkan lebih sulit tertidur.

Misalnya, studi yang dimuat dalam jurnal BMC Psychiatry (2021) menyatakan bahwa individu dengan OCD memiliki kualitas tidur yang lebih buruk dibandingkan individu tanpa gangguan kesehatan mental. Orang dengan OCD yang memiliki gejala OCD berat juga cenderung memiliki masalah tidur yang lebih parah.

Gangguan tidur yang paling banyak dilaporkan pada pengidap OCD meliputi:

  • Sulit tidur.

  • Sering terbangun pada malam hari.

  • Tidak mengikuti jadwal tidur yang teratur.

2. Penyalahgunaan zat

Penyalahgunaan zat juga merupakan masalah umum yang dimiliki oleh orang dengan OCD. Banyak orang dengan OCD menggunakan obat-obatan atau alkohol sebagai cara mengobati diri sendiri dan meringankan beberapa gejala yang dirasakan.

Sayangnya, hal ini dapat segera berubah menjadi penyalahgunaan zat dan kecanduan. Dua zat yang paling umum disalahgunakan oleh orang dengan OCD adalah alkohol dan benzodiazepin. Benzodiazepin ditujukan untuk mengurangi kecemasan.

Menurut studi, sekitar 38 persen orang dengan OCD pernah menggunakan benzodiazepin, meskipun obat-obatan ini umumnya tidak efektif dan berpotensi berbahaya untuk pengobatan OCD. Benzodiazepin umumnya digunakan untuk mengurangi kecemasan, tetapi dapat memperburuk gejala OCD dan menyebabkan ketergantungan atau kecanduan.

Alkohol sering digunakan oleh orang dengan OCD sebagai bentuk pengobatan sendiri, yang dapat dengan cepat berubah menjadi penyalahgunaan zat.

3. Menghindari pemicu secara berlebihan

ilustrasi pasien OCD (pexels.com/daria sannikova)

Tanpa terapi dan/atau pengobatan, pikiran dan kompulsi obsesif dapat membuat orang dengan OCD sangat sulit berkonsentrasi. Tidak jarang, mereka menghabiskan waktu berjam-jam untuk kompulsi atau menghindari pemicu. Ini selanjutnya dapat mengganggu aktivitas, bahkan hubungan dengan orang sekitar.

Orang yang memiliki OCD memiliki kecenderungan menghindari:

  • Pergi keluar.

  • Pertemuan sosial atau perayaan.

  • Melihat keluarga dan teman.

  • Bekerja atau sekolah.

  • Hobi.

4. Tidak produktif

Bagi orang yang hidup dengan OCD, menyelesaikan suatu pekerjaan bisa terasa sangat sulit. Rendahnya produktivitas bisa berdampak pada semua bidang kehidupan, termasuk dalam hal pekerjaan dan pendidikan. 

Sebagian besar waktu bisa dihabiskan untuk ritual kompulsif atau bergumul dengan pikiran yang tidak diinginkan. Ini bisa melelahkan dan pada akhirnya membuat seseorang tidak punya cukup waktu untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari.

5. Malu

Rasa malu bisa muncul karena berbagai hal, baik karena pikiran atau tindakan tertentu, maupun rasa bersalah yang lebih umum.

Pikiran intrusif bisa memicu rasa malu. Ini adalah pikiran mengganggu yang muncul tiba-tiba tanpa bisa dikendalikan. Topiknya bisa sangat sensitif, seperti kekerasan, seks, atau agama. Memiliki pikiran intrusif bisa membuat mereka merasa seperti orang jahat, menimbulkan rasa malu dan membenci diri sendiri. Karena malu, banyak yang berusaha menyembunyikan pikiran ini dari orang lain.

Cara lainnya yang dapat menyebabkan rasa malu pada orang dengan OCD adalah perilaku kompulsif yang mengganggu keseharian. Perilaku kompulsif adalah tindakan berulang yang dilakukan untuk mengurangi kecemasan. Contohnya bisa berupa menghitung, mencuci tangan terus-menerus, atau mengulang kata dalam pikiran. Karena menghabiskan banyak waktu dan energi, perilaku ini bisa mengganggu aktivitas harian dan membuat seseorang merasa jadi beban.

Beberapa tindakan, seperti menimbun barang (hoarding), juga bisa memicu rasa malu.

6. Kecemasan

ilustrasi seseorang mengalami kecemasan (unsplash.com/Joice Kelly)

Menurut studi, sekitar 90 persen orang dengan OCD juga akan mengalami gangguan kecemasan, gangguan suasana hati, gangguan impuls, gangguan penggunaan zat, atau kondisi kejiwaan lainnya.

Pikiran dan desakan yang terus-menerus dari OCD menyebabkan kecemasan meningkat. Begitu pula saat orang dengan OCD berusaha mengendalikan pikiran dan tindakannya, kecemasan akan meningkat.

Selain itu, perilaku berulang OCD juga bisa dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan terkait obsesi. Sayangnya, mengikuti perilaku kompulsi hanya memberikan kelegaan sementara dari kecemasan, tetapi selanjutnya kecemasan meningkat.

7. Depresi

Menurut International OCD Foundation, 25 hingga 50 persen orang dengan OCD juga memiliki kondisi depresi berat. OCD membuat seseorang tidak punya banyak waktu berkualitas untuk hubungan, hobi, sekolah atau pekerjaan, dan aktivitas umum lainnya. 

Karena alasan ini, pengidap OCD umumnya juga memiliki depresi. Bagaimanapun, semua gejala OCD memicu depresi karena kehidupan sehari-hari orang dengan OCD dipenuhi oleh pikiran yang tidak terkendali dan dorongan untuk terlibat dalam perilaku yang tidak masuk akal dan berlebihan.

Depresi pada orang dengan OCD ditandai dengan tidak menikmati aktivitas, terisolasi, nafsu makan berkurang, tidur terganggu, penurunan dorongan seks, sering menangis, putus asa, dan merasa tidak berdaya.

Umumnya, depresi dimulai setelah gejala OCD muncul, yang artinya depresi terjadi sebagai respons terhadap kesulitan terkait OCD. Jarang sekali depresi dan OCD dimulai pada waktu bersamaan atau depresi muncul sebelum OCD.

8. Keadaan emosional negatif

Sifat OCD yang menyusahkan dapat menyebabkan keadaan emosi negatif, seperti frustrasi, rasa bersalah, malu, atau malu. Orang dengan OCD mungkin merasa frustrasi karena ketidakmampuannya mengendalikan dalam pikiran dan perilaku, mengutip laman Onlymyhealth.

9. Dampak pada hubungan

ilustrasi pasangan berkonflik (pexels.com/ RDNE Stock Project)

OCD dapat membebani hubungan dengan keluarga, teman, dan pasangan. Obsesi dan kompulsi mungkin sulit dipahami orang lain, sehingga menyebabkan frustrasi, kesalahpahaman, atau ketegangan dalam interaksi.

Orang-orang terdekat mungkin mengalami kesulitan dalam memberikan dukungan yang tepat atau menjadi frustrasi karena dampak OCD terhadap kehidupan dan dinamika hubungan orang tersebut.

Butuh waktu dan komitmen bagi orang dengan OCD maupun orang-orang di sekitarnya untuk mengatasi kondisi ini. Dengan perawatan yang tepat dan usaha keras, sangat mungkin untuk menangani kompulsi dan obsesi yang mengganggu kehidupan dan beralih ke kehidupan yang lebih baik.

Referensi

Cinto Segalàs et al., “Sleep Disturbances in Obsessive-compulsive Disorder: Influence of Depression Symptoms and Trait Anxiety,” BMC Psychiatry 21, no. 1 (January 14, 2021), https://doi.org/10.1186/s12888-021-03038-z.

Vladan Starcevic et al., “Use of Benzodiazepines in Obsessive–compulsive Disorder,” International Clinical Psychopharmacology 31, no. 1 (October 1, 2015): 27–33, https://doi.org/10.1097/yic.0000000000000100.

"Can Xanax Help Me Get a Grasp on My OCD Symptoms?" Impulse Therapy. Diakses Juli 2025.

"What is OCD like? Symptoms, Causes, Health Risks & Treatment Options." Pathlight. Diakses Juli 2025.

"Obsessive-Compulsive Disorder: When Unwanted Thoughts or Repetitive Behaviors Take Over." National Institute of Mental Health. Diakses Juli 2025.

Shanara Visvalingam et al., “The Causes and Consequences of Shame in Obsessive-compulsive Disorder,” Behaviour Research and Therapy 151 (February 18, 2022): 104064, https://doi.org/10.1016/j.brat.2022.104064.

Hilary Weingarden and Keith D. Renshaw, “Shame in the Obsessive Compulsive Related Disorders: A Conceptual Review,” Journal of Affective Disorders 171 (September 20, 2014): 74–84, https://doi.org/10.1016/j.jad.2014.09.010.

"Shame and Guilt in OCD." Verywell Mind. Diakses Juli 2025.

Abhimanyu Singh, Vaibhav P Anjankar, and Bhagyesh Sapkale, “Obsessive-Compulsive Disorder (OCD): A Comprehensive Review of Diagnosis, Comorbidities, and Treatment Approaches,” Cureus, November 17, 2023, https://doi.org/10.7759/cureus.48960.

"OCD and Depression." International OCD Foundation. Diakses Juli 2025.

Editorial Team