Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Kondisi Medis yang Menyebabkan Bau Mulut, Perlu Diwaspadai!

ilustrasi bau mulut (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Kurangnya menjaga kebersihan mulut dan gigi, dehidrasi, mengonsumsi makanan tertentu, serta merokok dapat menyebabkan bau mulut atau disebut juga halitosis. Akan tetapi, bila kondisi yang menganggu kenyamanan ini tak kunjung hilang ketika telah merawat kesehatan gigi dan mulut dengan baik.

Maka, bau mulut tersebut bisa saja menjadi indikasi dari suatu kondisi medis yang lebih serius. Pasalnya, ada beberapa penyakit serta masalah kesehatan lainnya yang dapat menimbulkan halitosis terhadap pengidapnya. Daripada bingung, cek daftar lengkapnya di bawah ini, yuk!

1. GERD (gastroesophageal reflux disease)

ilustrasi mual (pexels.com/cottonbro)

Melemahnya katup atau sfingter yang terletak di kerongkongan bagian bawah umumnya dialami oleh pengidap GERD (gastroesophageal reflux disease). Alhasil, kondisi tersebut memungkinkan makanan serta asam lambung malah naik menuju kerongkongan.

Akibatnya, muncullah rasa pahit ataupun asam di mulut serta sensasi perih atau seperti terbakar di area dada dan ulu hati. Mengutip Everyday Health, asam lambung yang naik menuju kerongkongan juga akan menimbulkan bau mulut pada pengidap GERD.

2. Sinusitis

ilustrasi hidung tersumbat (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Gejala khas yang biasanya ditimbulkan oleh sinusitis adalah hidung tersumbat, nyeri di bagian wajah, serta membuat kemampuan indra penciuman menurun. Umumnya, penyakit yang menyebabkan peradangan di lapisan sinus ini diakibatkan oleh infeksi virus, bakteri maupun alergi.

Biasanya pengidap sinusitis juga akan mengalami halitosis. Dilansir Cleveland Clinic, kondisi ini terjadi karena adanya penumpukan lendir yang telah terpapar bakteri ataupun virus turun dari hidung menuju tenggorokan. Akibatnya, kondisi tersebutlah yang akhirnya menyebabkan bau mulut.

3. Diabetes melitus

ilustrasi pemeriksaan gula darah (pexels.com/PhotoMIX Company)

Meskipun tak semua pengidap diabetes mengalami bau mulut. Akan tetapi, penyakit kronis ini menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah. Alhasil, kondisi tersebut membuat menurunnya pasokan aliran darah ke seluruh tubuh, termasuk gusi, seperti yang dijelaskan dari laman Healthline.

Hal inilah yang akhirnya menyebabkan gusi rentan terkena infeksi sehingga dapat menimbulkan bau mulut pada pengidap diabetes. Selain itu, meningkatnya kadar glukosa pada air liur juga menjadi lingkungan yang ideal bagi bakteri untuk berkembang biak.

4. Gagal ginjal

ilustrasi bau mulut (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Masalah bau mulut yang dialami oleh pengidap gagal ginjal akan tercium amis maupun berbau seperti urin. Hal tersebut diakibatkan ginjal yang tak berfungsi dengan baik lagi sehingga tidak mampu menyaring zat sisa metabolisme serta racun dari darah.

Nah, zat toksin yang tak dapat disaring tersebut akhirnya menumpuk dan lalu menyebar ke seluruh tubuh. Inilah alasannya mengapa pengidap gagal ginjal mengalami permasalahan bau mulut yang tercium amis ataupun berbau seperti urin.

5. Batu amandel

ilustrasi sikat gigi (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Kurangnya menjaga kebersihan mulut dapat menyebabkan penumpukan sisa makanan, bakteri serta sel kulit mati di celah-celah permukaan amandel. Seiring berjalannya waktu, tumpukan kotoran ini akhirnya mengendap dan mengeras seperti batu.

Menurut keterangan dari laman WebMD, batuan amandel inilah yang menjadi rumah yang begitu ideal bagi para bakteri berkembang biak. Jika sudah seperti itu, maka bukan tak mungkin timbul bau mulut yang juga disertai dengan sakit tenggorokan.

6. Penyakit hati

ilustrasi bau mulut (pexels.com/Pixabay)

Bau mulut yang khas seperti berbau belerang biasanya dialami oleh pengidap gangguan hati yang kronis ataupun pasien sirosis hati. Kondisi inilah yang disebut sebagai fetor hepaticus yang umumnya menjadi indikasi awal sebelum muncul gejala lainnya.

Masih berdasarkan keterangan dari Healtine, bau mulut yang menjadi indikasi adanya gangguan hati terjadi akibat liver gagal menguraikan metabolisme protein dari amoniak menjadi urea. Akibatnya, zat toksin (amoniak) tersebut justru menyebar ke seluruh tubuh, termasuk menuju paru-paru.

Meski tidak berbahaya, bau mulut dapat menurunkan kepercayaan diri serta menganggu kenyamanan orang-orang di sekitar. Oleh sebab itu, permasalahan halitosis tak bisa diabaikan begitu saja. Apalagi, kondisi ini dapat menjadi suatu indikasi penyakit yang lebih serius.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Tania Stephanie
EditorTania Stephanie
Follow Us