Berawal dari kasus-kasus kanker anak di beberapa negara Eropa, para dokter mulai melihat pola yang janggal. Anak-anak ini tidak saling mengenal, hidup di negara berbeda, tetapi menunjukkan mutasi genetik yang sama—mutasi yang sangat jarang, dan biasanya terkait dengan risiko kanker yang sangat tinggi.
Ketika para ahli genetika menelusuri jejaknya, temuan itu mengarah pada satu sumber: seorang donor sperma yang proses donornya dilakukan bertahun-tahun sebelumnya. Donor ini tidak mengetahui bahwa dirinya membawa mutasi berbahaya, begitu pula bank sperma yang meloloskannya dari proses skrining standar. Dalam kurun sekitar 17 tahun, spermanya digunakan untuk membantu ratusan pembuahan di berbagai klinik IVF di Eropa.
Kasus ini memunculkan diskusi besar mengenai “blind spots” dalam regulasi donor sperma internasional. Ketika satu negara membatasi penggunaan sperma dari seorang donor, negara lain belum tentu memiliki aturan yang sama, dan perdagangan lintas-negara membuat kontrol makin sulit.
