ilustrasi tidak bisa tidur (pexels.com/Tima Miroshnichenko)
Studi ini didesain untuk mempelajari perubahan kimiawi dan sel pada permukaan mata tikus yang kurang tidur. Temuan studi ini menunjukkan bahwa memang kurang memiliki efek destruktif untuk mata sehingga bisa menjadi landasan riset terhadap manusia.
Meski begitu, ada beberapa kekurangan di studi tersebut. Selain subjek yang masih hewan, metodologi yang digunakan juga kurang relevan. Para tikus ditempatkan di kandang dan harus bertahan di atas kayu, dan jika tertidur, mereka akan jatuh ke air. Dengan begitu, mereka bangun untuk kembali ke atas kayu tersebut.
Akibatnya, metode tersebut justru bisa menjadi faktor yang mengubah hasil riset. Bukan tidak mungkin bahwa reaksi stres pada tikus akibat metodologi tersebut juga mengubah reaksi kimia dan sel pada tubuh tikus, termasuk mata.
Oleh karena itu, metodologi yang lebih murni (tanpa paksaan) dan observasi terhadap subjek manusia juga amat diharapkan. Meski begitu, penelitian ini telah menunjukkan bahwa kurangnya tidur bisa memengaruhi anggota tubuh lebih luas daripada yang dibayangkan selama ini.