Kurang Tidur dan 4 Sebab Lain dari Lemahnya Hormon Dopamin dalam Tubuh

Hormon dopamin dikenal juga sebagai hormon kebahagiaan. Ini karena ketika dopamin dilepaskan, suasana hati akan jadi lebih baik. Seseorang menjadi bahagia dan senang jika kebutuhan hormon ini terpenuhi sesuai jumlah yang tepat.
Lantas, bagaimana jika seseorang kekurangan hormon ini dalam tubuhnya? Apa hal yang bisa menjadi tanda bahwa seseorang kekurangan dopamin? Simak penjelasannya di bawah ini!
1. Kurang tidur mengganggu ritme produksi dopamin
Meskipun jumlahnya tidak banyak, kurang dari satu persen neuron pada otak, dopamin sangat berperan penting bagi fungsi otak. Dopamin berperan untuk mengirim sinyal antar sel saraf di otak yang berkaitan dengan aktivitas otak untuk mengatur berbagai fungsi kognitif dan motorik. Kurang tidur dapat menyebabkan produksi dopamin berkurang.
The Journal of Neuroscience menyatakan bahwa dopamin paling banyak dilepaskan ketika kita terbangun di pagi hari dan berkurang saat malam hari. Kurang tidur berpotensi mengganggu sistem kerja ini di dalam otak yang akhirnya membuat fungsi otak bekerja tidak maksimal.
Kondisi kekurangan dopamin juga berkaitan dengan kondisi kesehatan parkinson, kondisi adanya kerusakan pada bagian otak yang memproduksi dopamin. Orang dengan gangguan parkinson cenderung mengalami kantuk yang sangat berat karena kurangnya produksi dopamin di otak.
2. Obesitas menjadi penyebab reseptor D2 pada otak menurun
Dopamin merupakan neuromodulator yang bekerja di otak, terdiri dari D1, D2, D3, D4 dan D5. Dopamin memiliki empat jalur pada otak yang dilaluinya untuk menjalankan beberapa fungsi penting tubuh. Keempat jalur tersebut adalah jalur mesolimbik, jalur mesokortikal, jalur nigostriatal dan jalur tuberoinfundibular.
Jalur mesolimbik dikenal sebagai jalur yang mengatur tentang rasa senang dan kepuasan, tidak hanya kepuasan normal yang didapat saat mendengarkan musik atau mengonsumsi makanan yang enak, tetapi juga perasaan senang yang artifisial akibat dari penyalahgunaan obat-obatan. Jika reseptor D2 pada jalur ini distimulasi, maka perasaan senang atau puas akan dapat dirasakan oleh orang tersebut. Obesitas dapat menurunkan tingkat reseptor D2 pada otak, yang akhirnya membuat seseorang kekurangan rasa senang dari dopamin yang seharusnya berfungsi.
3. Penyalahgunaan obat menyebabkan produksi dopamin berkurang
Sama seperti yang terjadi pada kasus obesitas, orang yang diketahui menggunakan obat-obatan seperti halnya penyalahgunaan narkoba, juga mengalami kondisi dopamin yang berkurang di dalam otaknya.
Awalnya, penggunaan obat-obatan tertentu dapat menyebabkan peningkatan dopamin. Salah satunya kokain, yang bisa menghasilkan euforia dan peningkatan kadar dopamin setelah penggunaan. Namun, penggunaan obat-obatan ini dalam jangka panjang nyatanya membuat produksi dopamin semakin berkurang. Ini karena otak melakukan intervensi untuk mengurangi jumlah reseptor dopamin yang sudah tersedia selama itu.
4. Lemak jenuh mengganggu sistem saraf pusat, tempat dopamin diproduksi
Ketika kamu terbiasa mengonsumsi makanan dengan lemak jenuh seperti ayam goreng, roti mentega, cokelat, dan makanan lainnya, otak melepaskan hormon dopamin karena rasa senang dari semua makanan yang kamu terima. Namun, seiring waktu, pola makan ini justru menyebabkan dopamin mengalami defisit.
Kecenderungan konsumsi makanan tinggi lemak jenuh memiliki efek mengubah sistem saraf pada otak dan membuatnya terganggu, yang akhirnya menyebabkan produksi kadar dopamin berkurang. Secara bersamaan, ini juga akan memicu seseorang untuk kecanduan mengonsumsi gula dan makanan lemak jenuh lainnya. Oleh karena itu, pola hidup sehat dengan mengurangi asupan lemak jenuh dapat mengontrol produksi dopamin dalam otak.
5. Stres dapat memengaruhi jumlah produksi hormon dopamin dalam otak
Hormon dopamin dikenal juga sebagai hormon kebahagiaan atau kesenangan. Itulah mengapa orang yang terlihat muram dan lesu langsung dikategorikan sebagai orang yang kekurangan hormon dopamin. Faktanya, kondisi demikian memang tidak sepenuhnya salah.
Ketika seseorang dihadapi dengan kondisi pemicu stres secara terus-menerus, dapat membuat hormon dopamin yang diproduksi menjadi berkurang. Alasan-alasan seperti kesulitan keuangan, masalah hubungan asmara, stres di tempat kerja, dan banyak hal lainnya ikut memengaruhi produksi dopamin dalam otak. Oleh karena itu, kendalikan stres dengan baik agar tidak berdampak pada produksi hormon dopamin.
Hormon dopamin berperan penting dalam fungsi otak. Meski jumlahnya tidak banyak, nyatanya kekurangan hormon ini berdampak buruk bagi kelangsungan kehidupan kita. Jaga dan kendalikan produksi dopamin dengan berolahraga, makan makanan sehat, tidur cukup dan jauhi hal-hal yang dapat membuat stres berlebihan.