Peneliti senior dari University of South Australia, Prof. Elina Hyppönen, menjelaskan bahwa selama ini, para peneliti menduga vitamin D memiliki peran dalam mencegah gangguan neurokognitif. Meski begitu, bukti hubungan antara kedua variabel tersebut masih minim.
"Dengan desain genetik baru ini, kami ingin melihat apakah ada kausalitas antara vitamin D dan kesehatan otak, serta apakah peningkatan vitamin D pada mereka yang kekurangan akan membantu," ujar Prof. Elina sebagaimana dilansir Medical News Today.
Pada tahun 2018, sebuah riset analisis di Australia juga mencari tahu hubungan vitamin D terhadap pencegahan penyakit neurodegeneratif seperti Parkinson dan Alzheimer. Setelah menelaah lebih dari 70 studi, tidak ada bukti bahwa vitamin D bisa melindungi otak.
ilustrasi vitamin D (anamed.kz)
Penelitian Prof. Elina dan tim menjadi bantahan terhadap studi di Australia pada 2018 tersebut. Menurut Prof. Elina, penelitian ini menjadi bukti pentingnya mencegah defisiensi vitamin D di kalangan masyarakat. Bukan hanya otak, vitamin D yang cukup juga berguna untuk seluruh tubuh.
"Menurut saya, strategi melengkapi makanan dengan vitamin D harus dipertimbangkan, dan pada negara yang sudah menerapkannya, alangkah lebih baik jika konsentrasinya ditingkatkan di seluruh populasi," ujar Prof. Elina.
Mengenai studi selanjutnya, Prof. Elina sudah merencanakan untuk mencari tahu apakah manfaat vitamin D dari studinya saat ini adalah benar-benar hubungan sebab-akibat. Selain itu, penelitian selanjutnya juga akan melihat apakah konsentrasi serum vitamin D dalam studi ini bisa berlaku untuk gangguan kesehatan lainnya.