Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Petugas mengarungi banjir dengan perahu karet
gambar petugas mengarungi banjir dengan perahu karet (unsplash.com/Iqro Rinaldi)

Banjir, apalagi banjir bandang memang menyebabkan dampak kerusakan yang luar biasa. Bangunan, rumah, serta sejumlah infrastruktur hancur diterjang banjir sehingga membuat warga terisolasi. Gak sampai disitu, banjir juga menyebabkan sejumlah masalah kesehatan, termasuk penyebaran penyakit berbahaya. Salah satunya adalah leptospirosis.

Dibandingkan penyakit lain seperti flu atau diare, leptospirosis memang jarang terdengar namanya. Umumnya, kasus ini meningkat setelah badai atau banjir terjadi. Kebanyakan kasus leptospirosis biasanya gak mengancam nyawa. Meski begitu, mereka yang menderita leptospirosis parah memerlukan perawatan intensif. Pertanyaannya, apa itu leptospirosis dan bagaimana penyakit ini bisa menyebar saat banjir?

1. Leptospirosis adalah penyakit zoonosis yang menular dari hewan ke manusia

gambar seekor tikus di jalanan (freepik.com/Wirestock)

Leptospirosis adalah infeksi langka yang disebabkan oleh bakteri Leptospira. Leptospirosis tergolong sebagai penyakit zoonosis, yaitu penyakit yang menyebar dari hewan ke manusia. Dilansir WebMD, jadi saat hewan yang menderita leptospirosis buang air kecil, urinenya akan mengontaminasi tanah atau air.

Ketika manusia menyentuh tanah atau air yang sudah terkontaminasi, secara otomatis bakterinya juga akan pindah ke manusia. Berbeda dengan virus yang bisa menyebar lewat udara, bakteri leptospira memasuki manusia lewat kulit yang terluka, atau organ pernapasan seperti hidung dan mulut. Bakteri ini juga bisa menular melalui cairan tubuh seperti air mani atau ASI. Mengingat cara penularannya yang terbatas, penyakit ini jarang sekali menular di antara manusia.

2. Orang yang tinggal di daerah tropis lebih berisiko terkena leptospirosis

gambar seorang petani sedang menanam padi (freepik.com/Rawpixel.com)

Leptospirosis sebetulnya bisa menyerang siapa aja tanpa melihat asal atau tempat tinggalnya. Namun dibandingkan dengan mereka yang tinggal di wilayah beriklim dingin, leptospirosis lebih banyak menyerang orang-orang yang tinggal di wilayah tropis dengan curah hujan tinggi setiap tahun seperti Karibia, Oseania, Asia Tenggara, Asia Selatan, dan negara-negara di Sub Sahara.

Selain itu, dilansir WebMD, penyakit ini umumnya menyerang orang yang memiliki kontak langsung dengan tanah maupun hewan seperti petani, peternak, pekerja tambang, personil militer, dokter hewan, mereka yang bekerja di tempat penjagalan hewan, hingga pemilik hewan peliharaan. Terakhir, bencana banjir dan badai juga meningkatkan risiko leptospirosis. Penyebabnya apalagi kalau bukan karena akses air bersih yang terbatas sehingga para korban terpaksa menggunakan air kotor bekas banjir.

3. Gejala leptospirosis sering kali mirip dengan flu biasa

ilustrasi orang yang menderita leptospirosis (freepik.com/benzoix)

Setiap tahunnya, terdapat sekitar 1 juta kasus leptospirosis yang terjadi di seluruh dunia, dengan angka kematian mencapai 60.000 jiwa. Dilansir Medical News Today, kebanyakan kasus leptospirosis merupakan kasus ringan dengan gejala yang mirip dengan flu. Gejala ini muncul antara 2 sampai 30 hari setelah seseorang terpapar bakteri. Gejalanya sendiri meliputi demam menggigil, batuk, diare, muntah, sakit kepala, nyeri otot, ruam, mata merah, dan penyakit kuning (jaudince). Mayoritas orang yang terkena penyakit ini bahkan bisa pulih dalam waktu satu Minggu.

Meski begitu perawatan intensif tetap diperlukan, pasalnya sekitar 10 persen kasus leptospirosis dapat berkembang menjadi penyakit berbahaya yang mengancam nyawa. Orang yang mengalami leptospirosis parah biasanya akan mengalami gejala berulang, plus beberapa gejala baru tergantung pada organ vital mana yang terinfeksi bakteri. Jika yang terinfeksi adalah organ jantung, hati, dan ginjal, maka gejala yang muncul meliputi kelelahan, detak jantung gak teratur, nyeri otot, mual, mimisan, nyeri dada, pembengkakan di tangan dan kaki, hingga penyakit kuning. Jika dibiarkan, kondisi ini dapat menyebabkan gagal ginjal dan berakhir dengan kematian.

4. Bagaimana cara mencegah leptospirosis?

gambar orang yang memakai sepatu bot saat banjir (freepik.com/ninjason1)

Mencegah leptospirosis sebetulnya gak sulit, karena bakteri ini bisa dihindari dengan menjaga kebersihan diri. Jika kamu memiliki hewan ternak atau peliharaan, pastikan untuk selalu melakukan vaksinasi lengkap agar mereka terhindar dari penyakit berbahaya. Di negara maju, hewan ternak sudah divaksinasi, sedangkan di negara berkembang, vaksinasi terhadap hewan biasanya gak merata sehingga risiko penularan penyakit jadi lebih tinggi.

Selain hewan ternak, kamu juga harus mewaspadai hewan pengerat seperti tikus karena mereka adalah pembawa utama bakteri leptospira. Dilansir CDC, cara lainnya untuk mencegah leptospirosis adalah dengan menghindari aktivitas yang berhubungan dengan air kotor, entah itu aliran banjir, sungai, atau danau. Jika kamu harus melakukan aktivitas yang berhubungan dengan air kotor atau tanah, selalu gunakan pakaian dan sepatu pelindung, lalu bersihkan diri dengan mandi dan mencuci tangan segera setelah aktivitas selesai. 

Kebanyakan kasus leptospirosis memang merupakan kasus ringan, tetapi bukan berarti kita bisa menyepelekannya begitu aja. Terutama di musim hujan seperti sekarang, di mana bakteri leptospira bisa menyebar lebih mudah. Jangan ragu untuk memeriksakan diri ke klinik atau rumah sakit terdekat jika kamu merasa sakit atau bahkan mengalami gejala-gejala yang mengarah ke leptospirosis.

Referensi

“What is leptospirosis?” WebMD. Diakses Desember 2025.

“Leptospirosis.” Cleveland Clinic. Diakses Desember 2025.

“Leptospirosis: Symptoms, causes, and treatment.” Medical News Today. Diakses Desember 2025.

“Leptospirosis.” Healthline. Diakses Desember 2025.

“Leptospirosis: About.” Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Diakses Desember 2025.

“Leptospirosis: Prevention.” Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Diakses Desember 2025.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team