Craving makanan manis atau berlemak saat liburan sering dilabeli "gagal diet" atau "cheating". Namun, ini bukanlah keinginan lepas kendali secara moral, melainkan respons neurobiologis yang dipengaruhi oleh stres, hormon, dan sistem reward otak.
Penting untuk memahami bahwa craving itu adalah indikator tanda bahwa tubuh dan pikiran sedang mencari cara merespons ketidaknyamanan. Alih-alih merasa bersalah, mengenali pola-pola ini dapat membantu kamu membuat pilihan yang lebih sadar dan sehat, termasuk bagaimana mengatur stres, tidur yang cukup, dan makan dengan penuh kesadaran.
Kesimpulannya, perubahan rutinitas dan beban emosional saat liburan bisa membuat otak bereaksi dengan lebih kuat terhadap makanan manis dan berlemak. Ini adalah respons tubuh terhadap stres dan pencarian kenyamanan. Memahami alasan di balik craving ini dapat membantu kamu merespons dengan bijak, dengan memahami akar emosi dan sinyal biologis di baliknya.
Referensi
"Being Stressed Leads Your Brain to Crave More Comfort Foods, Study Finds." Healthline. Diakses Desember 2025.
Chi Kin Ip et al., “Critical Role of Lateral Habenula Circuits in the Control of Stress-induced Palatable Food Consumption,” Neuron 111, no. 16 (June 8, 2023): 2583-2600.e6, https://doi.org/10.1016/j.neuron.2023.05.010.
"The Brain Science Behind Holiday Food Cravings." WebMD. Diakses Desember 2025.
Angela Jacques et al., “The Impact of Sugar Consumption on Stress Driven, Emotional and Addictive Behaviors,” Neuroscience & Biobehavioral Reviews 103 (May 21, 2019): 178–99, https://doi.org/10.1016/j.neubiorev.2019.05.021.