Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Studi: Makan Sehat Gak Jamin Anak-Anak Bebas dari Gigi Berlubang

ilustrasi anak alami gigi berlubang (pexels.com/@cottonbro/)
ilustrasi anak alami gigi berlubang (pexels.com/@cottonbro/)
Intinya sih...
  • Penelitian menemukan bahwa camilan dan minuman manis tidak selalu punya kaitan langsung dengan kerusakan gigi pada anak.
  • Hasil studi ini memperlihatkan bahwa pola makan anak-anak memang bervariasi, tetapi tidak ada satu pun pola konsumsi yang secara konsisten bisa memprediksi risiko terjadinya gigi berlubang. Bahkan, anak-anak dengan pola makan yang dianggap sehat pun bisa mengalami karies, dan sebaliknya.

Selama ini, banyak orang tua percaya bahwa memberi anak makanan sehat dan menjauhkan mereka dari makanan atau minuman manis sudah cukup untuk menjaga kesehatan gigi. Namun, sebuah studi terbaru yang dimuat di jurnal BMC Oral Health menantang anggapan ini.

Penelitian tersebut menemukan bahwa camilan dan minuman manis ternyata tidak selalu punya kaitan langsung dengan kerusakan gigi pada anak. Temuan ini cukup mengejutkan, karena banyak penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa makanan dan minuman tinggi gula bisa memicu pertumbuhan bakteri penyebab gigi berlubang.

Menariknya, penelitian ini juga menyoroti faktor lain yang sering luput dari perhatian, yaitu frekuensi dan waktu makan, yang ternyata punya peran penting dalam kesehatan gigi anak.

1. Penelitian melibatkan 127 anak di New York, Amerika Serikat

Penelitian ini melibatkan sekelompok bayi sejak lahir, dengan total 127 anak yang menjalani pemeriksaan di dua klinik universitas di wilayah utara New York, Amerika Serikat (AS). Semua peserta adalah anak-anak dari keluarga yang memenuhi syarat Medicaid dan dipilih berdasarkan kriteria yang ketat. Hal ini dilakukan untuk memastikan hasil penelitian tidak dipengaruhi oleh faktor kesehatan lain yang bisa mengganggu akurasi temuan.

Data dikumpulkan saat anak berusia 12, 18, dan 24 bulan, termasuk pemeriksaan gigi secara menyeluruh. Para pengasuh juga diminta mengisi kuesioner yang memuat informasi seputar pola makan dan jenis makanan atau minuman yang dikonsumsi anak.

Penilaian kondisi gigi berlubang (karies) dilakukan oleh dokter gigi terlatih dengan protokol standar. Selain itu, sampel mikroba dari mulut anak juga diambil sebagai bagian dari penelitian yang lebih besar. Namun, untuk studi ini, fokus utamanya adalah menganalisis jamur Candida, bukan bakteri penyebab gigi berlubang.

2. Temuan studi mengenai pola makan anak dan risiko gigi berlubang

Dalam penelitian ini, para ibu diminta melaporkan seberapa sering dan seberapa banyak anak mereka mengonsumsi 15 jenis camilan dan minuman yang umum diberikan. Setiap makanan atau minuman kemudian dikategorikan berdasarkan potensi risiko karies, apakah termasuk tinggi atau rendah risiko menyebabkan gigi berlubang.

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih detail, peneliti menyusun indeks skor gabungan berdasarkan frekuensi dan jumlah konsumsi. Skor ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu indeks “sweet” (untuk makanan/minuman manis) dan “non-sweet.”

Agar data lebih mendalam, peneliti menggunakan metode statistik Latent Class Analysis (LCA) untuk mengelompokkan anak-anak ke dalam pola konsumsi tertentu berdasarkan data usia 18 dan 24 bulan.

Jenis makanan atau minuman yang hanya dikonsumsi oleh kurang dari lima anak dikeluarkan dari analisis agar hasil tetap valid secara statistik. Dari hasil seleksi ini, terdapat 13 variabel untuk usia 18 bulan dan 16 variabel untuk usia 24 bulan yang digunakan sebagai dasar pemetaan pola konsumsi camilan dan minuman anak.

3. Perbedaan pola konsumsi antar kelompok

ilustrasi camilan manis (unsplash.com/@redaquamedia)
ilustrasi camilan manis (unsplash.com/@redaquamedia)

Seiring bertambahnya usia, semua anak dalam penelitian ini menunjukkan peningkatan konsumsi makanan dan minuman, baik yang manis maupun tidak manis. Menariknya, para peneliti menemukan adanya perbedaan jenis camilan yang dikonsumsi jika dilihat dari kelompok ras.

Anak-anak yang bukan berkulit gelap cenderung lebih sering makan keripik, biskuit, dan kue kering. Sementara itu, anak-anak berkulit gelap tercatat lebih sering minum jus buah 100 persen, terutama saat mereka berusia 24 bulan.

Namun, yang cukup mengejutkan, meskipun jenis makanan dan minumannya berbeda, tetapi hasil analisis statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang berarti pada skor total konsumsi. Artinya, jika dilihat dari seberapa sering dan seberapa banyak makanan/minuman dikonsumsi, pola makan semua kelompok anak secara keseluruhan hampir sama. Jadi, perbedaan ini tidak secara langsung menjelaskan risiko gigi berlubang yang mungkin muncul di antara kelompok tersebut.

4. Tiga pola makan utama pada anak

Dengan menggunakan analisis LCA, para peneliti berhasil mengidentifikasi tiga pola konsumsi makanan dan minuman yang berbeda pada anak usia 18 dan 24 bulan, yaitu:

  1. Low sweet/high non-sweet: Konsumsi rendah camilan manis, tetapi tinggi camilan tidak manis (pola paling sehat).

  2. Medium sweet/medium non-sweet: Konsumsi tingkat sedang camilan manis, dengan asupan sedang dari makanan tidak manis.

  3. High sweet/medium non-sweet: Konsumsi tinggi camilan manis, dengan asupan sedang dari makanan tidak manis.

Menariknya, anak-anak dalam studi tersebut tidak tetap dalam satu pola makan saja. Banyak dari mereka berpindah dari satu pola ke pola lainnya seiring waktu. Ini termasuk perubahan dari pola makan sehat ke kurang sehat, dan sebaliknya. Namun, pola yang dianggap paling sehat, ternyata adalah yang paling jarang ditemukan dalam sampel studi ini.

Meskipun data dari survei nasional sempat disebutkan dalam pembahasan, tetapi para peneliti tidak menjadikan data tersebut sebagai fokus utama. Oleh karena itu, temuan ini lebih banyak mencerminkan tren yang spesifik pada populasi yang diteliti.

5. Pola makan bukan satu-satunya faktor risiko gigi berlubang

Meskipun pola konsumsi makanan dan minuman anak berubah seiring waktu, tetapi hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pola makan tersebut dengan kejadian early childhood caries (ECC) atau gigi berlubang pada usia dini.

Bahkan, beberapa anak yang memiliki pola makan tergolong sehat tetap mengalami ECC, sementara anak lain dengan pola konsumsi lebih tinggi akan makanan manis justru tidak mengalaminya.

Penelitian juga mencatat bahwa tingkat ECC tidak berbeda secara signifikan antar kelompok pola makan, baik pada usia 18 maupun 24 bulan. Meski ada variasi tingkat ECC pada anak-anak yang berpindah antar pola makan, tetapi jumlah sampel dalam subkelompok tersebut terlalu kecil untuk disimpulkan secara meyakinkan.

Lebih lanjut, faktor-faktor lain seperti ras, jenis kelamin, tingkat pendidikan orang tua, dan kebiasaan memberi makan juga tidak menunjukkan hubungan yang signifikan dengan pola makan atau risiko ECC dalam studi ini.

6. Kesimpulan

ilustrasi karies gigi (unsplash.com/Ozkan Guner)
ilustrasi karies gigi (unsplash.com/Ozkan Guner)

Hasil studi ini memperlihatkan bahwa pola makan anak-anak memang bervariasi, tetapi tidak ada satu pun pola konsumsi yang secara konsisten bisa memprediksi risiko terjadinya gigi berlubang. Bahkan, anak-anak dengan pola makan yang dianggap sehat pun bisa mengalami karies, dan sebaliknya.

Temuan ini memperkuat pemahaman bahwa ECC adalah kondisi yang multifaktorial. Masalah ini tidak hanya dipengaruhi oleh makanan dan minuman, tetapi juga oleh kebersihan gigi dan mulut, paparan fluoride, kondisi mikroba dalam rongga mulut, serta faktor lingkungan.

Para peneliti menekankan bahwa studi di masa depan sebaiknya melibatkan populasi yang lebih besar dan lebih beragam, serta memasukkan variabel penting seperti praktik kebersihan mulut dan paparan fluoride.

Walaupun pola makan anak sering kali menjadi sorotan utama dalam mencegah gigi berlubang, tetapi studi ini menunjukkan bahwa tidak ada pola konsumsi yang secara pasti memprediksi gigi berlubang pada usia dini. Kesehatan gigi anak ternyata kompleks, yang melibatkan faktor lain seperti kebersihan mulut dan lingkungan.

Referensi

Manning, Samantha, Ahmed Alkadi, Ying Meng, Hongzhe Xu, Tong Tong Wu, and Jin Xiao. “Early-Life Snack and Drink Consumption Patterns among Children: Findings from a U.S. Birth Cohort Study.” BMC Oral Health 25, no. 1 (July 13, 2025).

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us