Lebih dari setahun sejak kemunculan COVID-19, penyakit akibat virus corona strain baru, SARS-CoV-2, aktivitas masyarakat dunia tak lagi sama. Pakai masker saat ke luar rumah, rajin cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, dan jaga jarak (3M) sudah menjadi protokol kesehatan yang diterapkan secara luas.
Selain 3M, berbagai fasilitas umum mewajibkan cek suhu para pengunjungnya. Tak perlu kontak fisik, petugas menggunakan non-contact infrared thermometer (NCIT) atau yang biasa kita sebut "thermo gun". Umumnya, pengunjung tidak diperbolehkan masuk bila suhu tubuh yang terukur mencapai 37 derajat Celcius atau lebih.
Biasa "ditembakkan" ke dahi, sekarang tidak jarang thermo gun juga diarahkan ke punggung atau pergelangan tangan. Kemungkinan karena anggapan yang viral beberapa bulan lalu bahwa thermo gun yang diarahkan ke kepala bisa berefek pada otak, yang akhirnya para ahli menyatakan bahwa itu tidak terbukti.
Walau sudah disanggah banyak ahli, di beberapa tempat penggunaan thermo gun tetap diarahkan ke tangan. Pertanyaannya, manakah yang lebih efektif untuk deteksi suhu tubuh dengan thermo gun, kepala atau tangan? Berikut ini pembahasannya.