Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi gangguan jantung (freepik.com/Lifestylememory)
ilustrasi gangguan jantung (freepik.com/Lifestylememory)

Intinya sih...

  • Henti jantung mendadak adalah penyebab utama kematian mendadak karena gangguan irama jantung dan masalah kelistrikan.
  • Henti jantung mendadak dapat dicegah dengan gaya hidup sehat.
  • Jika kamu memiliki anggota keluarga dengan riwayat irama jantung abnormal, kamu mungkin perlu berbicara dengan konselor genetik. Serangkaian tes kemungkinan akan diperlukan.

Henti jantung mendadak adalah masalah kesehatan yang serius. Kondisi ini merupakan salah satu penyebab utama seseorang kehilangan nyawa secara tiba-tiba.

Pada henti jantung mendadak, jantung bisa tiba-tiba berhenti berdetak atau berdetak secara tidak teratur. Kondisi ini terjadi ketika sistem kelistrikan jantung tidak berfungsi dengan baik, sehingga mengganggu kemampuannya untuk memompa darah secara efektif ke seluruh tubuh.

Sebagian besar henti jantung disebabkan oleh irama jantung yang tidak normal (aritmia). Namun, penyakit jantung koroner, kardiomiopati, kondisi jantung bawaan, gagal jantung, dan trauma tubuh yang serius juga dapat menyebabkan henti jantung. 

Henti jantung mendadak bisa terjadi pada orang-orang dari segala usia, suku bangsa, jenis kelamin, dan tingkat aktivitas.

Karena cukup banyaknya kasus henti jantung mendadak, kamu mungkin bertanya-tanya apakah kondisi serius ini bisa dicegah. Simak ulasannya di bawah ini.

1. Gejala

Gejala henti jantung mendadak biasanya meliputi:

  • Kehilangan kesadaran.
  • Palpitasi jantung.
  • Pusing.
  • Kelemahan. 

Sebelum pingsan, seseorang mungkin mengalami tanda-tanda henti jantung lainnya, termasuk:

  • Nyeri dada.
  • Mual dan muntah.
  • Sesak napas.

Namun, sering kali henti jantung mendadak terjadi tanpa gejala sebelumnya.

2. Faktor risiko

ilustrasi sesak napas (freepik.com/wayhomestudio)

Ada faktor atau kecenderungan genetik tertentu yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena henti jantung mendadak, baik orang tersebut memiliki gejala atau tidak.

Berikut faktor risikonya:

  • Adanya anggota keluarga dengan riwayat pingsan atau kejang berulang yang tidak dapat dijelaskan.
  • Adanya anggota keluarga yang meninggal mendadak sebelum usia 50 tahun atau riwayat kematian bayi mendadak.
  • Riwayat keluarga dengan penyakit jantung atau kelainan, seperti penyakit arteri koroner, gangguan irama jantung, kelainan jantung bawaan, gagal jantung atau kardiomiopati.
  • Adanya riwayat penyakit jantung bawaan atau didapat.
  • Memiliki kelainan jantung.
  • Penggunaan obat-obatan, seperti kokain, inhalan ilegal, dan obat-obatan terlarang.

3. Mungkinkah henti jantung mendadak dicegah?

Kabar baiknya, henti jantung mendadak dapat dicegah. Jika kamu memiliki anggota keluarga dengan riwayat irama jantung abnormal, kamu mungkin perlu berbicara dengan konselor genetik. Mereka dapat memberi tahu siapa yang mungkin berisiko atau memerlukan pengujian untuk masalah yang menyebabkan aritmia. Serangkaian tes juga dapat memberi tahumu apakah kamu berisiko mengalami henti jantung mendadak. 

Untuk mencegah henti jantung mendadak pada kemudian hari, dokter akan melakukan tes untuk mengetahui apa yang dapat menyebabkan henti jantung. Tes mungkin meliputi:

  • Elektrokardiogram.
  • MRI jantung.
  • Tes darah.
  • Pemantauan ambulasi.
  • Ekokardiogram.
  • Kateterisasi jantung.
  • Studi elektrofisiologi.

Perawatan yang dapat mencegah atau menurunkan risiko serangan jantung, meliputi:

  • Implantable cardioverter defibrillator.
  • Perawatan aritmia lainnya pada orang yang rentan.
  • Pemberian obat-obatan, seperti beta-blocker.
  • Memperbaiki penyumbatan arteri jantung dengan operasi bypass arteri koroner.

Pencegahan henti jantung mendadak juga melibatkan mengelola kondisi yang membuat seseorang memiliki risiko tinggi, seperti tekanan darah tinggi, diabetes, dan menjalani gaya hidup sehat. Ini termasuk:

  • Menghindari produk tembakau.
  • Mengonsumsi makanan yang menyehatkan jantung.
  • Menjaga berat badan yang sehat.
  • Olahraga secara teratur.

4. Cara melakukan CPR

ilustrasi seorang mengikuti pelatihan CPR atau RJP (freepik.com/rawpixel.com)

Pertolongan pertama dan darurat untuk henti jantung mendadak adalah dengan  melakukan CPR atau resusitasi jantung paru (RJP). CPR dilakukan jika orang tersebut tidak bernapas.

Caranya adalah dengan menekan dada orang tersebut dengan kuat dan cepat, sekitar 100 hingga 120 kali per menit.

Jika kamu telah terlatih dalam CPR, periksa jalan napas orang tersebut. Kemudian berikan napas buatan setelah setiap 30 kali kompresi.

Jika kamu belum terlatih, teruskan saja kompresi dada. Biarkan dada terangkat sepenuhnya di antara kompresi. Terus lakukan ini hingga AED tersedia atau ambulans tiba.

5. Kondisi jantung yang dapat menyebabkan henti jantung mendadak

Penyebab paling umum dari henti jantung mendadak adalah irama jantung yang tidak teratur yang disebut fibrilasi ventrikel. Sinyal jantung yang cepat dan tidak teratur menyebabkan ruang jantung bagian bawah bergetar secara acak alih-alih memompa darah. Kondisi jantung tertentu dapat membuat kamu lebih mungkin mengalami masalah detak jantung jenis ini. Namun, henti jantung mendadak juga dapat terjadi pada orang yang tidak memiliki penyakit jantung yang diketahui.

Kondisi jantung yang dapat menyebabkan henti jantung mendadak, meliputi:

  • Penyakit arteri koroner.
  • Serangan jantung.
  • Pembesaran jantung.
  • Penyakit katup jantung.
  • Cacat jantung bawaan.
  • Sindrom QT panjang.

Henti jantung mendadak dapat dicegah dengan gaya hidup sehat. Jika kamu memiliki masalah jantung atau anggota keluarga dengan riwayat masalah jantung, konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan saran seputar bagaimana menjaga kesehatanmu.

Referensi

"How to Prevent Cardiac Arrest– 10 Preventative Actions to Safeguard Your Heart." Avive. Diakses Juli 2024. 
"Sudden cardiac arrest." Mayo Clinic. Diakses Juli 2024. 
"Know the Warning Signs: How You Can Prevent Sudden Cardiac Death." The Children’s Hospital of Philadelphia. Diakses Juli 2024.

Editorial Team