Cedera kepala tidak hanya melukai bagian luar. Otak juga bisa terdampak, dan salah satu komplikasinya adalah kejang, saat sinyal listrik di otak meledak tak terkendali. Menariknya, kejang bisa muncul segera setelah cedera atau baru bertahun-tahun kemudian, bergantung pada tingkat keparahan trauma kepala dan faktor lain yang ikut bermain.
Risikonya tidak sama pada semua orang. Kejang lebih mungkin muncul bila cederanya sedang hingga berat, ada perdarahan di dalam tengkorak (hematoma, kontusio), patah tulang tengkorak yang menekan, atau luka tembus. Temuan kelainan pada CT/MRI, riwayat cedera berulang, infeksi otak, penggunaan/putus zat (misalnya alkohol), usia sangat muda atau lanjut, serta riwayat kejang sebelumnya, semuanya dapat menaikkan kemungkinan terjadinya kejang setelah trauma.
Kejang, pingsan berkepanjangan, sakit kepala yang makin berat, muntah berulang, kelemahan satu sisi tubuh, atau kebingungan setelah cedera kepala adalah tanda bahaya yang perlu segera dievaluasi oleh dokter.
Jadi, mengapa benturan atau luka pada kepala bisa berujung pada kejang? Untuk memahaminya, kamu perlu memahami bagaimana otak bekerja, apa yang terjadi ketika jaringan otak rusak, serta faktor-faktor yang membuat sebagian orang lebih rentan terhadap gangguan ini.