Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Tanda Kamu Mengalami Kejang saat Tidur (Kejang Nokturnal)

ilustrasi kejang (freepik.com/freepik)
ilustrasi kejang (freepik.com/freepik)
Intinya sih...
  • Banyak orang yang mengalami kejang pada malam hari tidak tahu bahwa mereka mengalaminya, karena gejalanya terjadi saat seseorang sedang tidur.
  • Penyebab pasti kejang nokturnal dapat bervariasi dari orang ke orang, tetapi faktor-faktor seperti genetik, cedera otak, atau kondisi medis tertentu dapat berkontribusi.
  • Tanda-tanda kejang saat tidur di antaranya: menggigit lidah, kehilangan kendali kandung kemih dan mengompol, dan sakit kepala atau memar saat bangun tidur.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kejang yang terjadi pada malam hari dikenal sebagai kejang nokturnal. Kejang ini disebabkan oleh gangguan pada tidur, yang dapat menurunkan ambang kejang. Pemicu lainnya termasuk sleep apnea, kejang itu sendiri, dan obat antiepilepsi.

Sekitar 20 orang dengan epilepsi mengalami kejang yang hanya terjadi pada malam hari. Kejang nokturnal terlihat berbeda pada setiap orang dan mungkin sulit disaksikan jika kamu tidur sendirian. Beberapa orang mengingat kejang yang mereka alami, tetapi yang lainnya tidak. Merasa sangat lelah saat bangun keesokan harinya merupakan tanda seseorang mungkin mengalami kejang pada malam sebelumnya.

1. Mengenal kejang nokturnal

Kejang nokturnal dapat bermanifestasi sebagai berbagai jenis kejang, termasuk kejang tonik-klonik umum, kejang fokal, atau kejang absans.

Penyebab pasti kejang nokturnal dapat bervariasi dari orang ke orang, tetapi faktor-faktor seperti genetik, cedera otak, atau kondisi medis tertentu dapat berkontribusi.

Berbagai jenis kejang dapat terjadi saat tidur, dan jenis kejang tertentu lebih mungkin terjadi pada malam hari. Ini termasuk:

  • Juvenile myoclonic epilepsy (JME).
  • Kejang tonik-klonik.
  • Benign rolandic epilepsy.
  • Sindrom Landau-Kleffner.
  • Epilepsi lobus frontal.

Epilepsi nokturnal ditemukan pertama kali pada tahun 1981 ketika terlihat pada 5 orang selama studi elektroensefalogram (EEG). Kejang dapat terjadi pada siapa saja dan biasanya dimulai pada usia antara 1 hingga 60 tahun. Kejang saat tidur dapat terjadi di mana saja di otak.

2. Tanda-tanda kejang saat tidur

ilustrasi tidur (pexels.com/John-Mark Smith)
ilustrasi tidur (pexels.com/John-Mark Smith)

Banyak orang yang mengalami kejang nokturnal tidak tahu bahwa mereka mengalaminya. Gejalanya sering kali lebih sulit dikenali karena orang yang mengalaminya sedang tidur.

Kejang epilepsi dapat terjadi kapan saja saat seseorang terjaga ataupun tidur. Penelitian menunjukkan bahwa sekitar 20 persen orang dengan epilepsi hanya mengalami kejang saat tidur, 40 persen hanya mengalami kejang saat terjaga, dan 35 persen mengalami kejang saat terjaga dan tidur.

Kejang nokturnal paling sering terjadi:

  • Tepat setelah tertidur
  • Tepat sebelum bangun
  • Tepat setelah bangun

Tanda-tanda yang mungkin menunjukkan bahwa seseorang mengalami kejang nokturnal dapat meliputi:

  • Menggigit lidah.
  • Kehilangan kendali kandung kemih dan mengompol.
  • Sakit kepala atau memar saat bangun.

Kejang saat tidur juga dapat menyebabkan gerakan tak sadar, seperti:

  • Tubuh tersentak.
  • Lengan kaku.
  • Kaki kaku.
  • Menangis atau membuat suara-suara yang tidak biasa.
  • Jatuh dari tempat tidur.

Setelah kejang, orang juga bisa sangat sulit dibangunkan. Mereka mungkin juga tampak bingung dan mengantuk keesokan harinya.

3. Penyebab kejang saat tidur

Kurang tidur dapat membuat seseorang berisiko mengalami kejang. Menurut suatu penelitian, menambah waktu tidur sekitar 90 menit selama satu malam menurunkan risiko kejang hingga 27 persen selama 48 jam berikutnya.

Karena kurang tidur merupakan pemicu, apa pun yang mengganggu tidur dapat menyebabkan kejang. Ini berarti kejang, yang mengganggu tidur, sebenarnya dapat memicu lebih banyak kejang. Siklus ini sulit diputus. Gangguan tidur dan antiepilepsi (obat untuk epilepsi) juga dapat mengubah tidur dan menyebabkan kejang nokturnal.

Tidak jarang orang dengan sleep apnea juga mengalami kejang nokturnal. Sleep apnea adalah gangguan pernapasan kronis yang menyebabkan pernapasan berhenti dan mulai lagi berulang kali saat tidur. Beberapa bukti menunjukkan bahwa sleep apnea dapat memperburuk kejang nokturnal. Satu studi menemukan bahwa mengobati pasien sleep apnea juga menurunkan jumlah kejang yang mereka alami.

4. Diagnosis

ilustrasi MRI (pixabay.com/Michal Jarmoluk)
ilustrasi MRI (pixabay.com/Michal Jarmoluk)

Mendiagnosis kejang nokturnal melibatkan evaluasi menyeluruh oleh dokter, biasanya ahli saraf atau ahli epileptologi.

Proses diagnostik dapat mencakup langkah-langkah berikut:

  • Pemeriksaan riwayat medis.
  • Pemeriksaan fisik.
  • EEG.
  • Video studi tidur.
  • CT scan atau MRI otak.
  • Pemeriksaan genetik.

5. Apakah kejang saat tidur berbahaya?

Kejang nokturnal dapat menimbulkan risiko bagi individu yang mengalaminya. Tingkat keparahan bervariasi pada setiap orang dan tergantung pada faktor-faktor seperti jenis kejang, frekuensi, dan kondisi kesehatan yang mendasarinya.

Cedera parah bisa berupa jatuh atau komplikasi yang berkaitan dengan hilangnya fungsi tubuh.

Kejang pada malam hari bukanlah kondisi yang progresif, tetapi dapat berlangsung seumur hidup. Pada anak-anak, ini dapat bersifat sementara dan hilang seiring bertambahnya usia.

Sebagian besar orang yang mengalami kejang pada malam hari tidak mengalami komplikasi intelektual. Namun, beberapa orang telah mengalami gangguan intelektual, gangguan suasana hati, atau komplikasi perilaku.

Sangat penting untuk berkonsultasi dengan dokter guna menilai risiko individu dan menerapkan langkah-langkah keselamatan yang tepat.

6. Hidup dengan kejang nokturnal

ilustrasi saling memberi dukungan (pexels.com/RDNE Stock project)
ilustrasi saling memberi dukungan (pexels.com/RDNE Stock project)

Jika kamu atau seseorang yang kamu kenal mengalami kejang nokturnal, pertimbangkan tips berikut untuk membantu mengelola kondisi tersebut secara efektif:

  • Beri tahu orang-orang terkasih. Beri tahu anggota keluarga dekat, teman, atau pasangan tentang kondisimu, tanda-tandanya, dan respons tepat yang bisa dilakukan selama kejang.
  • Pakai tanda pengenal medis jika memungkinkan. Pertimbangkan untuk mengenakan gelang atau kalung tanda pengenal medis yang memberi tahu orang lain tentang kondisimu jika terjadi keadaan darurat.
  • Ubah lingkungan tidur. Singkirkan benda tajam atau yang berpotensi berbahaya dari kamar tidur, amankan furnitur, dan pertimbangkan untuk menggunakan kasur atau bantalan antiepilepsi untuk mengurangi risiko cedera.
  • Dukungan pasangan. Diskusikan peran pasangan selama kejang dan tetapkan metode komunikasi untuk memastikan keamanan dan kenyamanan.
  • Perawatan diri. Prioritaskan praktik perawatan diri, seperti teknik pengurangan stres, olahraga teratur, dan makan sehat seimbang.
  • Mungkin harus menghindari beberapa aktivitas. Tanyakan kepada dokter yang merawat apa saja aktivitas yang perlu dihindari. Contohnya mengemudi.

Jika yang mengalami kejang saat tidur adalah anak, tips di bawah ini bisa membantu:

  • Ciptakan lingkungan tidur yang aman. Singkirkan potensi bahaya dari kamar tidur, seperti kabel, benda tajam, atau furnitur yang berat.
  • Informasikan kepada pihak sekolah dan pengasuh. Beri tahu staf sekolah, guru, dan pengasuh tentang kondisi anak dan ajari mereka cara mengenali dan merespons kejang dengan tepat.
  • Buat rutinitas tidur. Tetapkan rutinitas waktu tidur yang konsisten untuk meningkatkan kebiasaan tidur yang sehat dan mengurangi pemicu.
  • Hindari stimulan. Stimulan seperti soda berkafein, kopi, teh, atau jenis minuman berkafein lainnya mungkin perlu dihindari. Tanyakan kepada dokter.
  • Hindari tidur siang. Tidur siang mungkin perlu dihindari untuk menjaga kualitas tidur malam.
  • Berolahragalah secara teratur. Olahraga teratur baik untuk anak-anak dan kesehatan mereka secara keseluruhan. Namun, hindari olahraga berat pada malam hari.

7. Pengobatan

Bagi banyak pasien, pengobatan yang tepat dapat menurunkan atau mencegah kejang. Dalam beberapa kasus, pasien mungkin tidak mengalami kejang lagi.

Pengobatan didasarkan pada:

  • Jenis kejang.
  • Kondisi yang mendasarinya.
  • Seberapa sering kejang terjadi.
  • Seberapa parah kejang tersebut.
  • Usia.
  • Kesehatan pasien secara keseluruhan.
  • Riwayat medis pasien.

Obat antikejang (atau antiepilepsi) dapat sangat membantu. Mungkin perlu beberapa kali percobaan untuk mendapatkan obat dan dosis yang tepat. Dokter akan memperhatikan efek samping untuk menemukan pengobatan terbaik.

Pembedahan dapat menjadi pilihan jika obat tidak dapat mengendalikan kejang. Stimulator saraf vagus (VNS) terkadang ditanamkan dan digunakan dengan obat antiepilepsi untuk menurunkan kejang. VNS adalah alat yang ditempatkan di bawah kulit dada. Alat ini mengirimkan energi listrik melalui saraf vagus ke leher dan naik ke otak.

Perubahan gaya hidup tertentu juga dapat digunakan, seperti:

  • Diet khusus tinggi lemak dan rendah karbohidrat (diet ketogenik).
  • Tidur yang cukup.
  • Menghindari pemicu tertentu, seperti kurang tidur.

Kejang pada malam hari berpotensi berbahaya. Bagi orang yang tidak memiliki riwayat kejang sebelumnya, kejang nokturnal dapat menjadi tanda pertama epilepsi.

Tidak peduli berapa kali kejang pada malam hari yang dialami seseorang atau obat apa yang dikonsumsi, sangat penting untuk menemui dokter jika mengalami kejang pada malam hari.

Referensi

Lanigar, Sean, and Susanta Bandyopadhyay. “Sleep and Epilepsy: A Complex Interplay,” December 1, 2017.
Schmitt, Bernhard. “Sleep and Epilepsy Syndromes.” Neuropediatrics 46, no. 03 (May 12, 2015): 171–80.
"Nocturnal seizures". Cedars Sinai. Diakses Oktober 2024.
"Nocturnal Seizures: Everything You Need to Know". Verywell Health. Diakses Oktober 2024.
"Signs That You Had a Seizure in Your Sleep". Healthnews. Diakses Oktober 2024.
Nobili, Lino, Birgit Frauscher, et al. “Sleep and epilepsy: A snapshot of knowledge and future research lines.” Journal of Sleep Research 31, no. 4 (April 29, 2022).
González, Hernán F.J., Aaron Yengo-Kahn, and Dario J. Englot. “Vagus Nerve Stimulation for the Treatment of Epilepsy.” Neurosurgery Clinics of North America 30, no. 2 (March 18, 2019): 219–30.
"Nocturnal Seizures: How to Recognize the Symptoms and Find Support". Health. Diakses Oktober 2024.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
Misrohatun H
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us

Latest in Health

See More

Apa Benar Parasetamol Meningkatkan Risiko Autisme?

23 Sep 2025, 14:52 WIBHealth