ilustrasi anak autis bermain (pexels.com/cottonbro)
Menelisik studi dalam Journal of Autism and Developmental Disorders tahun 2012, dipaparkan bahwa stimming adalah alat untuk "mengatasi". Konteks di sini berarti stimming bukan perilaku buruk yang perlu dihentikan. Akan tetapi, jika stimming sudah menjurus pada tindakan yang membahayakan diri sendiri bahkan orang lain, maka perlu strategi khusus untuk menghentikannya.
Terdapat beberapa strategi untuk membantu mengelola stimming pada penyandang autisme, di antaranya adalah:
- Analisis perilaku terapan: Bentuk terapi perilaku yang bertujuan untuk membuat anak autis beradaptasi dengan situasi sosial yang mungkin tidak mereka pahami. Ini melibatkan penguatan positif untuk perilaku positif dan konsekuensi untuk perilaku negatif.
- Diet sensorik: Bentuk terapi okupasi yang berusaha mengurangi rangsangan sesuai kebutuhan sensoriknya.
- Setting khusus dalam lingkungan: Ini mungkin melibatkan penempatan anak di ruang kelas yang lebih kecil, ruangan kedap suara, dan menghilangkan benda-benda yang mungkin mengganggu.
- Pemberian obat-obatan: Jika diperlukan, obat-obatan seperti risperidone dan aripiprazole dapat diresepkan untuk mengurangi iritabilitas dan agresivitas.
Pada dasarnya stimming tidak perlu diobati, kecuali jika sifatnya konstan, mengganggu, dan berbahaya. Di samping itu, stimming mungkin memiliki banyak fungsi bagi penyandang autisme. Nah, demikianlah pembahasan mengenai tindakan stimming pada autisme.