12 Hal yang Wajib Kamu Tahu sebelum Mulai Pengobatan HIV

Pengobatan membantu pasien HIV hidup lebih sehat dan lama

Orang yang positif human immunodeficiency virus (HIV) perlu menjalani terapi antiretroviral (ART atau ARV) untuk menangani kondisinya.

Walaupun tidak bisa menyembuhkan, tetapi ART bisa membantu orang dengan HIV untuk hidup lebih sehat dan lama.

HIV adalah virus yang menghancurkan sel CD4, yang merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh. Sistem kekebalan melindungi tubuh dari kuman, seperti bakteri, jamur, dan virus.

Ketika sistem kekebalan tubuh kehilangan terlalu banyak sel CD4, maka tubuh menjadi lemah dan tidak mampu lagi melawan kuman, sehingga menyebabkan infeksi oportunistik yang dapat menyebabkan penyakit serius atau kematian.

Kalau kamu baru didiagnosis HIV dan akan menjalani pengobatan, ada beberapa hal yang perlu kamu tahu. Mulai dari potensi manfaat, efek samping, sampai kapan harus meminumnya, hingga apa yang terjadi jika berhenti menggunakannya.

1. Kenapa harus minum obat?

Mengutip dari GoodRx Health, waktu terbaik untuk memulai ART adalah sesegera mungkin setelah kamu dinyatakan positif HIV. Rangkaian perawatan HIV penting dalam mencapai dan mempertahankan jumlah HIV yang tidak terdeteksi di tubuh.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa memulai ART pada hari yang sama dengan diagnosis dapat memberikan hasil yang lebih baik (HIV Medicine, 2019).

Namun, di luar itu kamu juga harus merasa siap untuk memulai pengobatan karena ART akan digunakan dalam jangka panjang.

Waktu pengobatan juga penting jika hasil tes kamu positif HIV saat menggunakan profilaksis pra pajanan (PrEP). PrEP bukanlah regimen pengobatan HIV yang lengkap. Jadi makin cepat kamu beralih ke ART setelah diagnosis, makin baik.

2. Efek samping ART

12 Hal yang Wajib Kamu Tahu sebelum Mulai Pengobatan HIVilustrasi virus HIV (commons.wikimedia.org/NIAID)

Perawatan HIV dapat membantu pasien HIV hidup lebih lama dan lebih sehat, dilansir HIVinfo. Obat HIV juga mengurangi risiko penularan. Namun, obat HIV, seperti obat-obatan lainnya, bisa menyebabkan efek samping. Walaupun sebagian besar bisa ditangani, tetapi ada beberapa efek samping serius.

Secara keseluruhan, manfaat obat HIV jauh lebih besar daripada risiko efek sampingnya. Obat-obatan yang lebih baru hanya menyebabkan sedikit efek samping dibandingkan yang digunakan pada masa lalu.

Seiring dengan kemajuan pengobatan HIV, kecil kemungkinannya kamu akan mengalami efek samping obat. 

Efek samping yang umum dari pengobatan HIV meliputi:

  • Sakit kepala.
  • Diare.
  • Kelelahan.
  • Merasa sakit.

Kamu mungkin akan memiliki perasaan yang lebih buruk saat pertama kali memulai pengobatan HIV. Namun, sebagian besar efek samping ini akan hilang seiring tubuh terbiasa. Beri tahu dokter jika mengalami efek samping ringan, tetapi jangan berhenti minum obat.

Beberapa efek samping pengobatan HIV mungkin lebih jarang terjadi, atau terbatas pada obat atau kelas tertentu. Contohnya meliputi:

  • Masalah tidur, seperti mimpi buruk atau insomnia.
  • Perubahan suasana hati.
  • Reaksi alergi
  • Masalah hati atau ginjal.
  • Perubahan metabolisme, seperti kadar kolesterol dan glukosa darah (gula) yang lebih tinggi.
  • Peningkatan lemak perut.

Jika khawatir tentang efek samping pengobatan HIV, berkonsultasilah dengan dokter. Banyak efek samping yang umum hilang sendiri seiring waktu.

Efek samping lain dapat diatasi dengan memantau pemeriksaan darah selama tindak lanjut rutin. Jika diperlukan, regimen pengobatan mungkin akan disesuaikan seandainya ada efek samping yang menjadi masalah.

3. Bagaimana jika tidak minum obat?

HIV menyerang sel CD4, yaitu sel yang melawan infeksi yang merupakan bagian dari sistem kekebalan. Obat HIV bekerja dalam berbagai cara, tetapi pada dasarnya memblokir HIV agar tidak menyerang sel kekebalan CD4.

Tanpa obat HIV, virus dapat berkembang biak dan melemahkan sistem kekebalan tubuh. Ini akan menempatkan kamu pada risiko infeksi yang lebih tinggi.

Ketika terjadi kerusakan parah pada sistem kekebalan tubuh, HIV berkembang menjadi acquired immunodeficiency syndrome (AIDS). Ini menempatkan kamu pada risiko infeksi oportunistik yang lebih sering terjadi pada orang dengan sistem kekebalan yang lemah.

4. Tujuan pengobatan HIV

12 Hal yang Wajib Kamu Tahu sebelum Mulai Pengobatan HIVilustrasi minum obat (freepik.com/freepik)

Pengobatan HIV adalah untuk menjaga tingkat HIV tetap rendah untuk mencegah infeksi dan komplikasi terkait HIV/AIDS.

Selama perawatan, kamu akan melakukan tes laboratorium secara berkala untuk memantau kesehatan. Dua hal yang mungkin akan diperiksa secara rutin adalah viral load HIV dan jumlah CD4.

Viral load HIV

Tes ini mengukur berapa banyak HIV dalam darah. Target yang diinginkan adalah angkanya rendah, idealnya berarti virus tidak terdeteksi. 

Tidak terdeteksi artinya jumlah HIV sangat sedikit sehingga laboratorium tidak dapat mendeteksinya. Namun, ini bukan berarti jumlahnya nol atau sembuh, dan kamu harus melanjutkan pengobatan HIV agar penyakitnya tidak terdeteksi.

Selain itu, memiliki viral load yang tidak terdeteksi saat meminum obat ART sesuai resep berarti kamu tidak akan menularkan HIV ke orang lain melalui hubungan seks.

Jumlah CD4

Angka ini digunakan untuk mengukur kesehatan sistem kekebalan tubuh. Targetnya adalah angkanya meningkat seiring dengan pengobatan.

Jika jumlahnya rendah, terutama di bawah 200 atau 250 sel per mcL, kamu berisiko lebih tinggi mengalami infeksi oportunistik.

Baca Juga: Mengenal Cincin Vagina untuk Mencegah HIV

5. Risikonya jika terlambat memulai ART

Dirangkum dari laman The Well Project, ada beberapa risiko yang membayangi pasien HIV jika terlambat memulai pengobatan ART, seperti:

  • Usia hidup yang lebih pendek.
  • Memiliki sistem kekebalan tubuh yang sangat lemah. Ini berarti butuh waktu lebih lama untuk memulihkan sistem kekebalan ke kekuatan maksimal untuk kembali sehat. Penelitian menunjukkan bahwa menunda pengobatan dapat meningkatkan kemungkinan kondisi HIV berkembang menjadi AIDS dan mengalami penyakit serius lainnya.
  • Memiliki kemungkinan lebih besar terkena sindrom pemulihan kekebalan atau immune reconstitution inflammatory syndrome (dapat memperburuk beberapa infeksi ketika mulai memakai obat HIV dan memiliki sedikit sel CD4).
  • Menularkan HIV kepada orang lain, termasuk pasangan seksual dan bayi, jika kamu hamil.

6. Harus menggunakan obat sesuai resep

12 Hal yang Wajib Kamu Tahu sebelum Mulai Pengobatan HIVilustrasi antiretroviral, ART, atau ARV (commons.wikimedia.org/NIAID)

Kamu harus minum obat-obatan untuk HIV sesuai resep atau instruksi dokter. Ini penting untuk membantu menjaga kadar obat dalam darah tetap cukup tinggi untuk mencegah HIV berkembang biak dalam tubuh.

Kalau menggunakannya asal-asalan, ini akan menyebabkan resistansi obat HIV. Jika terjadi, maka HIV terus menggandakan dirinya meski pengobatan sedang berjalan. Resistansi dapat membuat pengobatan HIV menjadi lebih sulit di masa depan karena obat-obatan tertentu tidak lagi bekerja.

Ada beberapa alasan kenapa obat HIV tidak boleh digunakan sembarangan. Bicarakan dengan tim perawatan HIV kamu tentang langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menghindari kesalahan umum ini:

  • Tidak tahu cara meminumnya: Pahami cara minum obat dengan benar. Simpan daftar obat dengan petunjuk rinci.
  • Lupa minum obat: Setel alarm atau gunakan aplikasi pengingat pengobatan.
  • Kehabisan obat lebih awal: Ini mungkin disebabkan oleh penggunaan obat yang lebih banyak daripada yang ditentukan. Ini tak hanya menyebabkan kamu kehabisan obat sebelum waktunya, tetapi juga meningkatkan risiko efek samping.
  • Lupa mengisi ulang obat tepat waktu: Jika kesulitan mengisi ulang obat tepat waktu, bicarakan dengan apoteker tentang isi ulang otomatis atau pengingat isi ulang.

7. Jenis obat ART

Ada lusinan obat berbeda yang disetujui untuk mengobati HIV. Obat-obatan ini bekerja dengan berbagai cara untuk mencegah replikasi HIV di dalam tubuh.

ART sangat sukses karena menggabungkan beberapa obat menjadi satu regimen yang ampuh yang dapat menyerang HIV di berbagai titik dalam siklus hidupnya, sehingga membantu memastikan bahwa virus tidak dapat bermutasi menjadi resistan terhadap pengobatan.

Setiap regimen ART menggabungkan obat dari dua atau lebih golongan obat berikut:

  • Entry inhibitor.
  • Integrase inhibitor.
  • Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI).
  • Nucleoside or nucleotide reverse transcriptase inhibitor (NRTI).
  • Protease inhibitor.

Entry inhibitor

HIV bekerja dengan menyerang sel-sel di dalam tubuh, terutama sel T CD4, yang merupakan bagian penting dari sistem kekebalan tubuh, dan mengubahnya menjadi pabrik yang memproduksi lebih banyak HIV. Obat ini menghalangi HIV memasuki sel CD4 tersebut.

Ada empat entry inhibitor yang disetujui:

  • Enfuvirtide (Fuzeon). Enfuvirtide adalah penghambat fusi, yang menghentikan penggabungan dinding luar HIV dengan dinding luar sel CD4.
  • Fostemsavir (Rukobia). Fostemsavir adalah penghambat perlekatan, yang mencegah HIV menempel pada protein tertentu di luar sel CD4.
  • Maraviroc (Selzentry). Maraviroc adalah antagonis CCR5, yang memblokir reseptor spesifik di luar sel CD4—dikenal sebagai reseptor CCR5—yang digunakan oleh sebagian besar jenis HIV untuk menempel pada sel.
  • Ibalizumab (Trogarzo). Ibalizumab adalah inhibitor pasca-perlekatan, yang mencegah HIV memasukkan materi genetiknya ke dalam sel CD4 meskipun HIV berhasil menempel di luar sel.

Proses masuknya HIV ke dalam sel CD4 sangat kompleks dan melibatkan beberapa tahap. Beberapa subtipe entry inhibitor masing-masing bekerja pada bagian proses masuk yang sedikit berbeda.

HIV integrase inhibitor

Integrase strand transfer inhibitor (INSTI) menghentikan HIV menggunakan integrase, enzim spesifik yang digunakan virus untuk memasukkan materi genetiknya ke dalam sel CD4.

Ada empat INSTI yang disetujui:

  • Cabotegravir (Apretude).
  • Dolutegravir (Tivicay).
  • Elvitegravir (Vitekta).
  • Raltegravir (Isentress).

NNRTI

NNRTI menghentikan HIV menggunakan reverse transkriptase, suatu enzim yang digunakan virus untuk mengubah RNA menjadi DNA, yang merupakan bagian penting dari proses replikasi virus.

Ada enam NNRTI yang disetujui:

  • Delavirdine (Rescriptor).
  • Doravirine (Pifeltro).
  • Efavirenz (Sustiva).
  • Etravirine (Intelence).
  • Nevirapine (Viramune).
  • Rilpivirine (Edurant).

NRTI

Sama seperti NNRTI, NRTI menghentikan penggunaan reverse transkriptase HIV, yaitu enzim yang digunakan virus untuk mengubah RNA menjadi DNA, meskipun cara kerjanya sedikit berbeda dengan NNRTI.

Ada delapan NRTI yang disetujui:

  • Abacavir (Ziagen).
  • Didanosine (Videx atau ddI).
  • Emtricitabine (Emtriva atau FTC).
  • Lamivudine (Epivir atau 3TC).
  • Stavudine (Zerit atau d4T).
  • Tenofovir alafenamide (TAF).
  • Tenofovir disoproxil fumarate (Viread atau TDF).
  • Zalcitabine (Hivid atau ddC)

Protease inhibitor

Inhibitor protease (PI) menghentikan HIV menggunakan protease, jenis enzim lain yang digunakan virus. Protease membantu partikel virus HIV yang baru dibuat untuk berkembang menjadi virus yang terbentuk sempurna yang dapat menginfeksi sel CD4 lainnya.

Ada 10 protease inhibitor yang disetujui:

  • Amprenavir (Agenerase).
  • Atazanavir (Reyataz).
  • Darunavir (Prezista).
  • Fosamprenavir (Lexiva).
  • Indinavir (Crixivan).
  • Lopinavir/ritonavir (Kaletra).
  • Nelfinavir (Viracept).
  • Ritonavir (Norvir).
  • Saquinavir (Invirase).
  • Tipranavir (Aptivus)

Obat HIV kombinasi

Agar efektif dalam jangka panjang, regimen ART harus terdiri dari kombinasi obat HIV dari dua golongan obat atau lebih. Agar lebih mudah dalam menggunakan regimen multi obat ini, para ahli sering mengembangkan pil yang mengandung banyak ART, dan banyak di antaranya yang hanya perlu diminum sekali sehari untuk menjaga virus pada tingkat yang tidak terdeteksi. Obat ini sering disebut oleh dokter sebagai obat kombinasi dosis tetap.

Ada 22 obat kombinasi dosis tetap yang disetujui:

  • Atripla (efavirenz/emtricitabine/tenofovir disoproxil fumarat).
  • Biktarvy (bictegravir/emtricitabine/tenofovir alafenamide).
  • Cabenuva (cabotegravir/rilpivirine).
  • Cimduo (lamivudin/tenofovir disoproxil fumarat).
  • Combivir (lamivudin/zidovudin).
  • Complera (emtricitabine/rilpivirine/tenofovir disoproxil fumarat).
  • Delstrigo (doravirine/lamivudine/tenofovir disoproxil fumarat).
  • Descovy (emtricitabine/tenofovir alafenamide).
  • Dovato (dolutegravir/lamivudin).
  • Dutrebis (lamivudin/raltegravir).
  • Epzicom (abacavir/lamivudin).
  • Evotaz (atazanavir/cobicistat).
  • Genvoya (cobicistat/emtricitabine/elvitegravir/tenofovir alafenamide).
  • Juluca (dolutegravir/rilpivirin).
  • Odefsey (emtricitabine/rilpivirine/tenofovir alafenamide).
  • Prezcobix (cobicistat/darunavir).
  • Stribild (cobicistat/elvitegravir/emtricitabine/tenofovir disoproxil fumarat).
  • Symfi Lo (efavirenz/lamivudine/tenofovir disoproxil fumarat).
  • Symtuza (cobicistat/darunavir/emtricitabine/tenofovir alafenamide).
  • Triumeq (abacavir/dolutegravir/lamivudin).
  • Trizivir (abacavir/lamivudin/zidovudin).
  • Truvada (emtricitabine/tenofovir disoproxil fumarat).

8. Obat HIV tidak hanya berbentuk pil

12 Hal yang Wajib Kamu Tahu sebelum Mulai Pengobatan HIVilustrasi jarum suntik (pexels.com/Anna Shvets)

Kebanyakan regimen pengobatan HIV tersedia dalam bentuk tablet oral. Namun, sejak Januari 2021, ada Cabenuva (cabotegravir/rilpivirine), yaitu regimen HIV lengkap yang dapat disuntikkan pertama.

Ini adalah injeksi jangka panjang yang diberikan setiap 1 hingga 2 bulan sekali. Obat ini dapat menggantikan obat HIV oral jika kamu memiliki viral load tidak terdeteksi dengan regimen pengobatan kamu saat ini.

Pada Desember 2022, U.S. Food and Drug Administration (FDA) menyetujui Sunlenca (lenacapavir). Ini adalah injeksi dua kali setahun yang cara kerjanya berbeda dibandingkan obat HIV lainnya. Namun, Sunlenca tidak digunakan sendiri, dan biasanya diperuntukkan bagi orang yang telah mencoba pengobatan lain namun tidak berhasil.

Obat HIV injeksi bukanlah pilihan obat pertama HIV. Namun, Cabenuva bisa menjadi pilihan masa depan jika kamu memiliki viral load yang terkontrol dengan baik, tidak suka minum pil setiap hari, dan jika obat ini tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan. Jika tersebut, Sunlenca mungkin disarankan oleh jika pengobatan HIV yang dijalani belum berhasil.

9. Waspada interaksi obat

Obat HIV dapat berinteraksi dengan sejumlah obat lain. Beberapa di antaranya dapat menyebabkan kadar obat HIV menjadi terlalu tinggi. Hal ini dapat menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan.

Yang lain dapat menyebabkan kadarnya menjadi terlalu rendah, yang dapat menyebabkan resistansi obat HIV atau HIV yang kurang terkontrol.

Jika khawatir tentang kemungkinan interaksi, segera hubungi dokter atau apoteker. Mereka dapat memberi tahu jika obat yang kamu pakai sesuai dengan regimen HIV kamu.

Selalu beri tahu dokter atau apoteker daftar lengkap obat-obatan, suplemen, dan obat bebas yang kamu gunakan, atau perubahan obat apa pun. Informasi ini membantu dokter dan apoteker melakukan skrining interaksi apa pun dan memastikan kamu mendapatkan jumlah obat yang tepat.

10. Tidak ada obat HIV "terbaik"

12 Hal yang Wajib Kamu Tahu sebelum Mulai Pengobatan HIVilustrasi HIV menyerang imun tubuh (commons.wikimedia.org/NIAID)

Tidak ada satu pun obat HIV yang cocok untuk semua orang. Para ahli telah membuat daftar pilihan pengobatan pilihan pertama. Ini adalah pilihan yang disukai kebanyakan orang ketika mereka pertama kali memulai pengobatan. 

Mengutip MedlinePlus, yang terpenting adalah minum obat setiap hari sesuai instruksi. Jika melewatkan dosis atau tidak mengikuti jadwal rutin, pengobatan mungkin tidak berhasil dan virus HIV menjadi kebal terhadap obat-obatan tersebut.

Obat HIV dapat menimbulkan efek samping. Sebagian besar dapat ditangani, tetapi ada beberapa yang bisa berakibat serius. Beri tahu dokter tentang efek samping apa pun yang kamu alami.

Jangan berhenti minum obat tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter. Mungkin akan ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk membantu mengelola efek sampingnya. Dalam beberapa kasus, dokter mungkin memutuskan untuk mengganti obat.

Dokter akan meninjau riwayat kesehatan saat menentukan obat mana yang cocok untukmu. Ini biasanya didasarkan pada:

  • Resistansi obat HIV.
  • Kondisi medis lainnya, seperti masalah ginjal, hati, atau tulang.
  • Potensi interaksi obat.
  • Alergi obat.
  • Gaya hidup dan preferensi pasien.
  • Status pertanggungan asuransi.

11. Diminum dalam jangka panjang

Menurut laman HIV.gov, obat HIV sangat efektif dalam menurunkan jumlah HIV dalam tubuh dan melindungi sistem kekebalan. Namun, ART bukan obat penyembuh, jadi kamu harus terus meminumnya dalam jangka panjang.

Sekalipun viral load tidak terdeteksi, obat HIV harus terus diminum untuk mempertahankannya. Ini berlaku meskipun kamu merasa sehat.

Penting juga untuk mengikuti semua janji tindak lanjut untuk memastikan bahwa regimen pengobatan kamu saat ini bekerja dengan baik. Ingatlah bahwa regimen pengobatan HIV bisa berubah seiring waktu.

12. Cara disiplin minum obat HIV

12 Hal yang Wajib Kamu Tahu sebelum Mulai Pengobatan HIVilustrasi waktu minum obat (freepik.com/freepik)

Sekali lagi perlu diingat bahwa ART harus diminum setiap hari dan jangan sampai terlewatkan.

Untuk menjaga kepatuhan, cobalah strategi ini:

  • Gunakan kotak obat tujuh hari. Seminggu sekali, isi ulang kotak pil dengan obat HIV untuk dosis selama seminggu.
  • Minum obat pada waktu yang sama setiap hari. Pasang alarm untuk mengingatkan kamu.
  • Minta bantuan anggota keluarga atau teman untuk mengingatkan minum obat.
  • Rencanakan dan persiapkan perubahan dalam rutinitas harian, termasuk akhir pekan dan hari libur. Jika akan bepergian, bawalah obat yang cukup selama perjalanan.
  • Gunakan aplikasi, buku harian pengobatan online, atau kertas untuk mencatat setiap obat saat meminumnya. Meninjau buku harian akan membantu mengidentifikasi waktu-waktu saat kamu paling mungkin lupa minum obat.
  • Hadiri semua janji temu tindak lanjut dengan dokter.

Obat HIV aman dan efektif. Obat-obatan ini dapat membuat jumlah virus tidak terdeteksi dalam tes laboratorium. Namun, ini tetap bukan obat penyembuh, dan kamu harus terus meminumnya agar penyakit terkontrol dengan baik.

Pastikan untuk mendiskusikan pilihan pengobatan dengan tim perawatan HIV sehingga mereka dapat menemukan regimen obat yang paling sesuai dengan kamu.

Baca Juga: Apakah Ciuman Bisa Menularkan HIV? Ini Fakta dan Risikonya

Topik:

  • Nurulia R F

Berita Terkini Lainnya