Apakah Penyakit Pes Masih Ada di Indonesia?

Penyakit pes pernah menewaskan puluhan juta orang

Intinya Sih...

  • Pes pernah menewaskan puluhan juta orang di Asia, Eropa, dan Afrika Utara pada abad ke-14.
  • Di Indonesia, penyakit pes masih terdapat di Indonesia pada manusia (secara serologis) dan ada beberapa wilayah yang dipantau.
  • Bakteri pes dapat menular melalui gigitan kutu, kontak dengan cairan yang terkontaminasi, dan droplet yang mengandung bakteri pes.

Malapateka di dunia kesehatan terjadi pada abad ke-14 melalui penyakit pes atau dikenal sebagai "Black Death". Pes menewaskan puluhan juta orang di Asia, Eropa, dan Afrika Utara.

Penyakit menular ini disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis (pes), yang biasanya ditemukan pada mamalia kecil seperti tikus dan kutunya. Penyakit ini ditularkan antar hewan melalui kutu (bakteri zoonosis), yang kemudian dapat menular dari hewan ke manusia.

Black Death menyerang Eropa pada 1400 yang menyebabkan sepertiga populasi di sana terdampak, atau sebanyak 25 juta orang. Penyakit ini juga masuk ke Indonesia pada 1910.

1. Penyakit pes di Indonesia

Penyakit pes masih terdapat di Indonesia pada manusia (secara serologis). Di Indonesia, wilayah utama yang dipantau untuk penyebaran wabah ada di desa-desa di lembah tinggi, yang membentang di antara puncak dua gunung berapi, menurut Indonesia Research Partnership on Infectious Diseases.

Wilayah-wilayah ini terbagi dalam empat fokus, yaitu:

  1. Selo dan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.
  2. Cangkringan di Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
  3. Ciwidey di Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
  4. Nongkojajar di Kabupaten Pasuran, Jawa Timur.

Wabah ini dibawa ke Jawa Timur oleh tikus dan kutu yang terinfeksi di dalam muatan beras yang diimpor dari Rangoon (Myanmar) ke pelabuhan Surabaya pada November 1910. Dari tahun 1910 hingga 1920, total 240.375 kematian akibat wabah dilaporkan di Jawa.

Kemudian pada 1987, terjadi wabah di Kecamatan Nongkojajar, Kabupaten Pasuruan yang dilaporkan sebanyak 248 kasus dengan 21 kematian. Di kabupaten yang sama, satu kasus terjadi pada tahun 1997. Bakteri pes kemudian diisolasi dari hewan pengerat di desa Sulorowo.

Wabah pada manusia terakhir terjadi di Kabupaten Pasuruan pada tahun 2007 yang menyebabkan satu orang meninggal dunia. Pemerintah bekerja sama dengan masyarakat untuk memperkuat pengawasan hewan pengerat (perangkap hewan pengerat dan identifikasi kutu) dan pengawasan manusia (penemuan kasus aktif).

Meski belum ada laporan lagi, tetapi pengawasan harus dilakukan secara konsisten. Tidak adanya kasus baru juga bisa menjadi tanda "masa tenang" yang dapat berlangsung selama 10 tahun atau lebih lama. Selanjutnya, kemungkinan bisa terjadi ledakan tiba-tiba yang disebabkan oleh hewan pengerat atau manusia. Di situlah wabah mungkin bisa terjadi.

2. Penularan

Apakah Penyakit Pes Masih Ada di Indonesia?ilustrasi bakteri Yersinia pestis, bakteri penyebab pes (flickr.com/NIAID)

Bakteri pes dapat menular ke manusia melalui cara-cara ini:

  • Gigitan kutu

Bakteri pes paling sering ditularkan melalui gigitan kutu yang terinfeksi. Selama wabah epizootik, banyak hewan pengerat mati, menyebabkan kutu lapar mencari sumber darah lain.

Manusia dan hewan yang mengunjungi tempat-tempat di mana hewan pengerat baru-baru ini mati karena wabah berisiko tertular melalui gigitan kutu.

Anjing dan kucing juga dapat membawa kutu yang terinfeksi wabah ke dalam rumah. Paparan gigitan kutu dapat menyebabkan penyakit pes primer atau pes septikemik.

  • Kontak dengan cairan atau jaringan yang terkontaminasi

Manusia dapat tertular ketika memegang jaringan atau cairan tubuh hewan yang tertular wabah.

Misalnya, seorang pemburu yang menguliti kelinci atau hewan lain yang terinfeksi tanpa melakukan tindakan pencegahan yang tepat dapat terinfeksi bakteri pes. Bentuk paparan ini paling sering menyebabkan pes bubonik atau pes septikemik.

  • Droplet

Ketika seseorang menderita pes pneumonik, mereka mungkin mengeluarkan droplet yang mengandung bakteri pes ke udara. Jika droplet yang mengandung bakteri ini terhirup oleh orang lain, maka dapat menyebabkan pes pneumonik.

Biasanya ini memerlukan kontak langsung dan dekat dengan pengidap pes pneumonik. Penularan melalui droplet ini adalah satu-satunya cara pes dapat menyebar antar manusia.

Kucing sangat rentan terhadap pes dan dapat tertular melalui makanan hewan pengerat yang terinfeksi. Kucing yang sakit berisiko menularkan droplet pes infeksius ke pemiliknya atau dokter hewan.

Baca Juga: Infeksi Mycoplasma pneumoniae, Apakah Berbahaya?

3. Gejala

Gejala pes tergantung pada bagaimana seseorang terkena bakteri pes. Pes dapat mempunyai bentuk klinis yang berbeda-beda, tetapi yang paling umum adalah bubonik, pneumonik, dan septikemik.

  • Bubonik

Masa inkubasi pes bubonik biasanya 2 hingga 8 hari.

Pasien mengalami demam, sakit kepala, menggigil, dan kelemahan serta satu atau lebih kelenjar getah bening yang membengkak dan nyeri. Bentuk ini biasanya disebabkan oleh gigitan kutu yang terinfeksi.

Bakteri berkembang biak di kelenjar getah bening dekat tempat bakteri masuk ke dalam tubuh manusia.

Jika pasien tidak diobati dengan antibiotik yang tepat, bakterinya bisa menyebar ke bagian tubuh lain.

  • Septikemik

Masa inkubasi pes septikemik tidak diketahui dengan pasti, tetapi kemungkinan terjadi dalam beberapa hari setelah terpapar.

Ini bisa menyebabkan demam, menggigil, kelemahan ekstrem, sakit perut, syok, dan kemungkinan pendarahan pada kulit dan organ lainnya. Kulit dan jaringan lain bisa menjadi hitam dan mati, terutama pada jari tangan, kaki, dan hidung.

Pes septikemik dapat terjadi sebagai gejala pertama pes atau mungkin berkembang dari pes bubonik yang tidak diobati.

Bentuk ini diakibatkan oleh gigitan kutu yang terinfeksi atau dari penanganan hewan yang terinfeksi.

  • Pneumonik

Masa inkubasi pes pneumonik biasanya hanya 1 hingga 3 hari.

Pasien mengalami demam, sakit kepala, lemas, dan pneumonia yang berkembang pesat dengan sesak napas, nyeri dada, batuk, dan terkadang lendir berdarah atau encer.

Pes pneumonik dapat berkembang karena menghirup droplet infeksi atau mungkin berkembang dari pes bubonik atau pes septikemik yang tidak diobati setelah bakteri menyebar ke paru-paru.

Pneumonia dapat menyebabkan gagal napas dan syok. Pes pneumonik adalah bentuk penyakit yang paling serius dan merupakan satu-satunya bentuk pes yang dapat ditularkan dari orang ke orang (melalui droplet infeksius).

4. Diagnosis

Apakah Penyakit Pes Masih Ada di Indonesia?ilustrasi sampel darah (pexels.com/Karolina Grabowska)

Tanda paling umum dari pes bubonik adalah kelenjar getah bening yang bengkak dan nyeri yang disebut bubo. Dokter mungkin mencurigai pes jika kamu mengalami gigitan kutu atau bubo.

Beri tahu informasi ini kepada dokter:

  • Tinggal atau baru saja mengunjungi daerah yang terdapat infeksi pes.
  • Telah digigit kutu.
  • Telah menangani hewan yang mungkin tertular.
  • Memiliki satu atau lebih kelenjar getah bening yang nyeri.

Untuk mendiagnosis pes, dokter akan mengambil sampel darah, ludah (lendir atau dahak), atau cairan dari kelenjar getah bening. Sampel akan diteliti untuk mencari tanda-tandan bakteri Y. pestis.

5. Pengobatan

Pes adalah penyakit yang sangat serius namun dapat diobati dengan antibiotik. Makin dini pasien mendapat perawatan medis, makin besar peluang untuk sembuh total.

Orang yang melakukan kontak dekat dengan pasien pes pneumonik yang sakit parah dapat dievaluasi dan mungkin ditempatkan di bawah observasi. Terapi antibiotik preventif juga dapat diberikan, tergantung pada jenis dan waktu kontak pribadi.

Antibiotik yang bisa diberikan antara lain:

  • Ciprofloxacin.
  • Levofloxacin.
  • Moxifloxacin.
  • Doxycycline.
  • Gentamicin.
  • Streptomycin.
  • Chloramphenicol.
  • Trimethoprim-sulfamethoxazole.

6. Pencegahan

Apakah Penyakit Pes Masih Ada di Indonesia?ilustrasi hewan peliharaan (pexels.com/Japheth Mast)

Berikut ini cara mencegah pes:

  • Kurangi habitat hewan pengerat di sekitar rumah, tempat kerja, dan tempat rekreasi. Singkirkan semak-semak, tumpukan batu, sampah, kayu bakar yang berantakan, dan kemungkinan persediaan makanan hewan pengerat, seperti makanan hewan peliharaan dan hewan liar. Jadikan rumah dan bangunan luar bebas hewan pengerat.
  • Pakai sarung tangan jika kamu menangani atau menguliti hewan yang berpotensi terinfeksi untuk mencegah kontak antara kulit kamu dan bakteri pes.
  • Gunakan obat nyamuk jika kamu merasa bisa terkena kutu hewan pengerat saat beraktivitas seperti berkemah, mendaki gunung, atau bekerja di luar ruangan. Produk yang mengandung DEET dapat dioleskan pada kulit begitu juga dengan pakaian dan produk yang mengandung permethrin dapat dioleskan pada pakaian.
  • Jauhkan kutu dari hewan peliharaan dengan menggunakan produk pembasmi kutu. Hewan yang berkeliaran bebas lebih besar kemungkinannya untuk melakukan kontak dengan hewan atau kutu yang tertular pes dan dapat membawanya ke rumah. Jika hewan peliharaan sakit, segera dapatkan perawatan dari dokter hewan.
  • Jangan biarkan anjing atau kucing yang berkeliaran bebas di daerah endemik tidur di tempat tidur kamu.

Baca Juga: 5 Fakta Kelam Black Death, Pandemi Paling Mengerikan dalam Sejarah  

Referensi

World Health Organization. Diakses pada Maret 2024. Plague.
Cleveland Clinic. Diakses pada Maret 2024. Plague.
Centers for Disease Control and Prevention. Diakses pada Maret 2024. Plague.

Baca Juga: Sejarah Kelam Wabah Black Death, Pandemik di Abad Pertengahan

Topik:

  • Nurulia R F

Berita Terkini Lainnya