Kenali Perbedaan Anemia Aplastik dan Leukemia

Sama-sama memengaruhi darah namun tidak sama

Intinya Sih...

  • Leukemia dan anemia aplastik merupakan kondisi yang memengaruhi darah dan sumsum tulang.
  • Anemia aplastik didefinisikan sebagai kegagalan sumsum tulang yang mengakibatkan sintesis sel darah tidak mencukupi, sedangkan leukemia adalah penyakit darah dan sumsum tulang yang menyebabkan proliferasi sel darah putih yang menyimpang.
  •  

Leukemia dan anemia aplastik merupakan kondisi yang sama-sama memengaruhi darah dan sumsum tulang, tetapi penyebab dan gejalanya berbeda.

Anemia aplastik adalah kelainan darah yang jarang namun serius. Pada orang dengan kondisi ini, sumsum tulang tidak menghasilkan cukup sel darah baru. Ini terjadi ketika ada kerusakan sel induk di dalam sumsum tulang.

Di sisi lain, leukemia adalah kanker pada sel-sel pembentuk darah awal. Umumnya, leukemia adalah kanker pada sel darah putih, tetapi beberapa leukemia dimulai pada jenis sel darah lain.

Anemia aplastik didefinisikan sebagai kegagalan sumsum tulang yang mengakibatkan sintesis sel darah tidak mencukupi, sedangkan leukemia adalah penyakit darah dan sumsum tulang yang menyebabkan proliferasi sel darah putih yang menyimpang.

Baca terus artikel ini untuk mengetahui perbedaan leukemia dan anemia aplastik lebih lanjut.

Baca Juga: Apa Itu Anemia Aplastik? Ini Penyebab hingga Pengobatannya

1. Perbedaan gejala

Kenali Perbedaan Anemia Aplastik dan Leukemiailustrasi pasien leukemia (freepik.com/freepik)

Anemia aplastik

Anemia aplastik tidak selalu menimbulkan gejala yang nyata, terutama pada tahap awal. Namun, kekurangan sel darah dapat menyebabkan anemia (karena rendahnya jumlah sel darah merah); peningkatan kerentanan terhadap infeksi (karena rendahnya jumlah sel darah putih); dan mudah berdarah dan memar (karena rendahnya jumlah trombosit).

Gejala lain bisa meliputi:

  • Kelelahan yang luar biasa.
  • Sakit kepala dan pusing.
  • Detak jantung cepat atau tidak teratur.
  • Sesak napas.
  • Kulit pucat.
  • Mimisan dan gusi berdarah.
  • Ruam kulit.
  • Demam.

Leukemia

Baik pada leukemia akut (berkembang sangat cepat) maupun leukemia kronis (berkembang lambat), ketika jumlah sel leukemia meningkat, sel-sel normal akan keluar dari sumsum tulang dan gejala mungkin mulai berkembang.

Gejala leukemia akut umumnya muncul secara tiba-tiba dan bisa juga mirip dengan gejala virus atau flu. Gejalanya bisa cukup parah sehingga membuat kamu ingin mendapatkan pengobatan dari dokter.

Ketika leukemia kronis pertama kali berkembang, gejalanya mungkin tidak muncul selama beberapa tahun. Leukemia limfositik kronis (CLL) dan leukemia myeloid kronis (CML) sering ditemukan sebagai temuan kebetulan berupa peningkatan jumlah sel darah putih selama tes darah rutin yang merupakan bagian dari pemeriksaan rutin.

Namun, seiring waktu, seiring dengan meningkatnya jumlah sel yang sakit, sel tersebut dapat menyusup ke sumsum tulang dan/atau organ lain hingga menyebabkan masalah yang signifikan.

Tanda dan gejala yang mungkin timbul akibat leukemia akut atau kronis yang paling umum meliputi:

  • Anemia.
  • Memar dan pendarahan, akibat rendahnya kadar trombosit, komponen darah yang penting untuk pembekuan darah dan penyembuhan luka.
  • Infeksi yang disebabkan oleh rendahnya tingkat sel darah putih yang melawan penyakit.
  • Demam, berkeringat hingga basah kuyup, penurunan berat badan yang tidak disengaja, dan kelelahan.

Sel leukemia juga dapat menyerang hati, limpa, kelenjar getah bening, dan organ lainnya, terutama pada CLL dan leukemia limfositik akut (ALL), menyebabkan ketidaknyamanan dan/atau gangguan fungsi organ normal.

Gejala-gejala di atas juga bisa disebabkan oleh kondisi lain, belum tentu akibat leukemia.

2. Perbedaan penyebab

Leukemia

Leukemia berkembang ketika DNA dalam sel darah yang disebut leukosit bermutasi atau berubah, sehingga melumpuhkan kemampuannya untuk mengendalikan pertumbuhan dan pembelahan.

Dalam beberapa kasus, sel-sel yang bermutasi ini keluar dari sistem kekebalan tubuh dan tumbuh di luar kendali, sehingga menyingkirkan sel-sel sehat dalam aliran darah.

Walaupun penyebab pasti leukemia sering kali tidak diketahui, tetapi ada faktor risiko tertentu yang terkait, seperti:

  • Jenis kelamin: Laki-laki lebih mungkin terkena leukemia dibanding perempuan.
  • Usia: Risiko dari sebagian besar leukemia meningkat seiring bertambahnya usia. Usia rata-rata pasien yang didiagnosis dengan leukemia myeloid akut (AML), CLL, atau CML adalah 65 tahun ke atas. Namun, sebagian besar kasus ALL terjadi pada usia di bawah 20 tahun. Usia rata-rata pasien ALL saat didiagnosis adalah 15 tahun.
  • Kelainan darah: Kelainan darah tertentu, termasuk kelainan mieloproliferatif kronis seperti polisitemia vera, mielofibrosis idiopatik, dan trombositemia esensial meningkatkan kemungkinan terjadinya AML.
  • Riwayat keluarga: Kebanyakan leukemia tidak memiliki hubungan kekeluargaan. Namun, jika kamu merupakan kerabat tingkat pertama dari pasien CLL, atau jika kamu mempunyai saudara kembar identik yang mengidap AML atau ALL, kamu mungkin mempunyai peningkatan risiko terkena penyakit tersebut.
  • Sindrom bawaan: Beberapa sindrom bawaan termasuk sindrom Down, anemia Fanconi, sindrom Bloom, ataksia-telangiektasia, dan sindrom Blackfan-Diamond tampaknya meningkatkan risiko AML.
  • Merokok: Meskipun merokok mungkin bukan penyebab langsung leukemia, tetapi kebiasaan buruk ini memang meningkatkan risiko AML.
  • Radiasi: Paparan radiasi berenergi tinggi (misalnya ledakan bom atom) dan paparan intens terhadap radiasi berenergi rendah dari medan elektromagnetik (misalnya saluran listrik) dapat meningkatkan risiko berkembangnya leukemia.
  • Bahan kimia: Paparan jangka panjang terhadap pestisida tertentu atau bahan kimia industri seperti benzena dianggap sebagai risiko leukemia.
  • Medan elektromagnetik: Paparan dalam waktu lama, seperti tinggal di dekat sutet, dapat meningkatkan risiko terkena ALL.
  • Terapi kanker sebelumnya: Jenis kemoterapi dan terapi radiasi tertentu untuk kanker lain dianggap sebagai faktor risiko leukemia.

Anemia aplastik

Anemia aplastik memiliki banyak penyebab. Terkadang, kondisi ini terjadi tanpa alasan yang diketahui. Penyebab lainnya terkait dengan penyakit atau kelainan sebelumnya.

Penyebab anemia aplastik yang didapat (acquired) bisa termasuk:

  • Riwayat penyakit menular tertentu (seperti hepatitis, HIV, virus Epstein-Barr, CMV, atau paravirus B19).
  • Riwayat mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti antibiotik dan antikonvulsan.
  • Paparan racun tertentu, seperti logam berat.
  • Paparan radiasi.
  • Riwayat penyakit autoimun, seperti lupus.
  • Kondisi yang diwariskan.

3. Pengobatan

Kenali Perbedaan Anemia Aplastik dan Leukemiailustrasi transfusi darah (unsplash.com/Aman Chaturvedi)

Anemia aplastik

Dokter akan membuat rencana perawatan berdasarkan usia, kesehatan secara keseluruhan, dan riwayat kesehatan; seberapa sakitnya kamu; seberapa baik kamu bisa menoleransi obat-obatan, prosedur, atau terapi tertentu; berapa lama penyakit diperkirakan berlangsung; serta preferensi kamu.

Anemia aplastik adalah penyakit serius. Perawatan biasanya tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Karena penyebab tertentu, kamu mungkin bisa pulih setelah pengobatan. Namun, kondisinya bisa kembali lagi. Untuk mengatasi jumlah darah rendah, pengobatan dini mungkin termasuk:

  • Transfusi darah (baik sel darah merah dan trombosit).
  • Terapi antibiotik preventif.
  • Kebersihan yang baik untuk mencegah infeksi.
  • Perhatian khusus saat membuat makanan (seperti hanya memakan makanan yang dimasak dengan baik).
  • Menghindari lokasi konstruksi yang mungkin menjadi sumber jamur tertentu.
  • Obat untuk merangsang sumsum tulang memproduksi sel.
  • Perawatan untuk mengurangi respons sistem kekebalan tubuh.
  • Terapi hormon.

Pada orang-orang tertentu, transplantasi sumsum tulang dapat menyembuhkan anemia aplastik.

Leukemia

Tim perawatan kanker akan membuat rencana perawatan khusus untuk kamu berdasarkan pada kondisi kesehatan kamu dan kondisi spesifik kanker yang dimiliki. Preferensi kamu juga penting saat merencanakan pengobatan.

Beberapa hal yang dipertimbangkan oleh tim perawatan kanker dalam merencanakan pengobatan meliputi jenis leukemia yang dimiliki, usia, kelainan kromosom, kesehatan secara keseluruhan, dan masalah medis apa pun yang dialami.

Berikut ini pilihan pengobatan untuk leukemia:

  • Kemoterapi adalah pengobatan utama untuk banyak jenis leukemia.
  • Terapi radiasi paling sering digunakan untuk menargetkan area tubuh di mana sel-sel leukemia telah terbentuk. Ini juga digunakan untuk mempersiapkan sumsum tulang untuk transplantasi sel induk.
  • Terapi suportif diberikan untuk mengatasi masalah (komplikasi) dari beberapa jenis leukemia dan pengobatannya.
  • Pembedahan dapat digunakan dalam kasus yang jarang terjadi untuk mengangkat limpa.
  • Transplantasi sel induk digunakan untuk beberapa orang dengan jenis leukemia tertentu.
  • Terapi bertarget ditawarkan untuk beberapa jenis leukemia.
  • Menunggu dengan waspada adalah pilihan pengobatan bagi beberapa penderita leukemia kronis.
  • Uji klinis mencari cara-cara baru untuk mencegah, menemukan, dan mengobati kanker. Bicarakan dengan dokter jika ada uji klinis yang tersedia untuk kamu ikuti.

Baca Juga: Leukemia Limfositik Kronis: Gejala, Diagnosis, Pengobatan

Referensi

American Cancer Society. Diakses pada April 2024. Leukemia.
Moffitt Cancer Center. Diakses pada April 2024. Aplastic Anemia.
Memorial Sloan Kettering Cancer Center. Diakses pada April 2024. Leukemia Symptoms & Signs.
City of Hope. Diakses pada April 2024. Leukemia causes and risk factors.
Johns Hopkins Medicine. Diakses pada April 2024. Aplastic Anemia.
Canadian Cancer Society. Diakses pada April 2024. Treatments for leukemia.
Knya.
Diakses pada April 2024. Difference Between Aplastic Anemia and Leukemia.

Topik:

  • Nurulia R F

Berita Terkini Lainnya