ilustrasi terapi fisik pada pasien multiple sclerosis (advancedneurorehab.com.au)
Hingga saat ini tidak ada pengobatan untuk menyembuhkan MS. Namun, perawatan bisa mempercepat proses pemulihan dari serangan, mengendalikan gejala, dan menghambat perkembangan penyakit. Beberapa perawatan MS antara lain:
- Terapi modifikasi penyakit (DMT): sebagian besar obat dari terapi ini dirancang untuk menurunkan frekuensi dan beratnya kekambuhan, serta untuk memperlambat perkembangan MS yang kambuh. Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) hanya menyetujui satu DMT untuk mengatasi PPMS dan tidak ada yang disetujui untuk mengatasi SPMS. DMT terdiri dari suntikan, obat oral, dan infus.
- Mengobati flare-up: flare-up bisa diobati dengan kortikosteroid oral atau intravena, seperti prednisone dan methylprednisolone. Obat ini bisa membantu mengurangi peradangan. Efek samping obat ini yaitu peningkatan tekanan darah, retensi cairan, dan perubahan suasana hati. Jika gejala yang muncul parah dan tidak merespons steroid, pertukaran plasma (plasmapheresis) merupakan pilihan. Dalam prosedur ini, bagian cairan darah pasien akan dipisahkan dari sel darah, kemudian dicampurkan dengan larutan protein (albumin) dan dikembalikan ke tubuh pasien.
- Mengobati gejala: berbagai jenis obat bisa digunakan untuk mengobati gejala individu. Gejala-gejala tersebut meliputi kelelahan, rasa nyeri, disfungsi seksual, disfungsi kandung kemih atau usus, dan kekakuan otot serta kejang.
Terapi fisik dan olahraga juga bisa meningkatkan kekuatan, kelenturan, dan masalah saat berjalan. Terapi pelengkap seperti pijat, meditasi, dan yoga bisa membantu mengurangi stres dan membuat tubuh lebih relaks.
Menurut keterangan dari National Center for Complementary and Integrative, yoga, taici, dan pijat refleksi merupakan terapi yang aman yang bisa membantu meringankan beberapa gejala pada pasien MS.
Itulah informasi seputar multiple sclerosis, penyakit neurologis yang bisa menyebabkan kelumpuhan. Kualitas hidup pasien akan tergantung pada gejala dan seberapa baik pasien dalam merespons pengobatan.
Penyakit neurologis ini jarang berakibat fatal. Akan tetapi, penyakit ini tidak bisa diprediksi bila berkembang tanpa peringatan. Oleh karena itu, bila mengalami gejala yang disebut di atas dan punya faktor risikonya, periksalah ke dokter. Makin cepat penyakit terdeteksi dan mendapat perawatan, maka makin besar pula harapan hidup pasien agar terhindar dari komplikasi berbahaya.