Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi nekrolisis epidermal toksik (europepmc.org)

Nekrolisis epidermal toksik adalah reaksi kulit yang langka dan mengancam jiwa, yang umumnya disebabkan oleh obat. Ini adalah bentuk parah dari sindrom Stevens-Johnson (SJS).

Pada orang dengan SJS, nekrolisis epidermal toksik didiagnosis saat lebih dari 30 persen permukaan kulit terpengaruh dan lapisan lembap tubuh atau selaput lendir mengalami kerusakan yang luas.

Nekrolisis epidermal toksik dapat terjadi pada siapa pun dari segala usia dan merupakan kondisi yang mengancam jiwa. Individu yang mengalaminya biasanya dirawat di rumah sakit, menjalani perawatan suportif termasuk mengendalikan rasa sakit, merawat luka, dan memastikan pasien mendapatkan cukup cairan. Pengobatan kondisi ini bisa memakan waktu berminggu-minggu hingga berbulan-bulan.

Jika kondisi disebabkan oleh obat, orang tersebut harus secara permanen menghindari obat tersebut dan yang terkait dengannya. Di sini, kita akan membahas lebih dalam, seputar gejala, penyebab, diagnosis, pengobatan, dan komplikasi dari nekrolisis epidermal toksik dengan informasi yang telah dirangkum dari laman Mayo Clinic dan Cleveland Clinic.

1. Gejala

Gejala dapat berkembang beberapa minggu setelah mulai mengonsumsi obat. Gejala biasanya mencakup:

  • Pegal-pegal.
  • Batuk.
  • Demam dan menggigil.
  • Sakit kepala.
  • Kemerahan dan peradangan pada mata.

Individu kemudian mengalami ruam kulit yang menyakitkan sebelum kulit melepuh dan mengelupas secara luas. Saat kulit mulai mengelupas, kemudian berkembang menjadi erosi, atau luka terbuka yang tampak seperti luka bakar. Erosi biasanya dimulai pada wajah dan dada, kemudian menyebar ke area tubuh berikut:

  • Mata, termasuk konjungtiva dan kornea.
  • Selaput lendir, seperti mulut, hidung, dan tenggorokan.
  • Saluran kemih, anus, dan kelamin.

Erosi dapat menyebabkan rasa sakit dan kesulitan saat makan, menelan, bernapas, melihat, buang air kecil dan melakukan aktivitas lainnya.

2. Penyebab

Editorial Team

Tonton lebih seru di