Sindrom Stevens-Johnson: Penyebab, Gejala dan Komplikasi

Bisa berakibat fatal jika tidak segera diobati

Sindrom Stevens-Johnson atau Stevens-Johnson syndrome (SJS) adalah kelainan kulit dan selaput lendir yang langka dan serius. Paling sering, kondisi ini merupakan reaksi parah terhadap obat yang diminum. Kondisi ini menyebabkan kulit melepuh dan mengelupas. Lepuh juga terbentuk di dalam tubuh, sehingga menyebabkan penderita kondisi ini kesulitan untuk makan, menelan, hingga buang air kecil.

Sindrom Stevens Johnson pertama kali dideskripsikan oleh dua dokter anak yaitu Albert Mason Stevens dan Frank Chambliss Johnson pada tahun 1922. Kedua dokter anak ini mengevaluasi gejala kondisi yang tidak diketahui pada dua anak laki-laki, dan menerbitkan laporan tentang kondisi tersebut. Sebagai hasil dari pekerjaan mereka, orang-orang menamakan kondisi ini dengan sindrom Stevens-Johnson, yang merupakan gabungan nama dari dua dokter anak tersebut.

Sindrom Stevens Johnson memiliki kemiripan dengan nekrolisis epidemal toksik (TEN). Para ahli menganggap kedua penyakit ini berada pada spektrum penyakit yang sama, dengan sindrom Stevens-Johnson menjadi bentuk yang kurang parah dibandingkan nekrolisis epidemal toksik. Nekrolisis epidermal toksik memengaruhi lebih dari 30% permukaan kulit dan kerusakan luas pada selaput lendir.

Berikut deretan fakta medis seputar sindrom Stevens-Johnson yang penting untuk diketahui.

1. Penyebab dan faktor risiko

Sindrom Stevens-Johnson: Penyebab, Gejala dan Komplikasiilustrasi obat-obatan (theconversation.com)

Penyebab utama sindrom Stevens-Johnson adalah penggunaan obat-obatan tertentu, namun beberapa orang berpendapat bahwa infeksi juga bisa menyebabkan penyakit langka ini, mengutip Medical News Today. Lebih dari 100 obat bisa menyebabkan sindrom Stevens-Johnson. Dilansir Mayo Clinic dan WbMD, beberapa obat-obatan yang bisa menyebabkan sindrom Stevens-Johnson yaitu:

  • Obat-obatan untuk asam urat, bentuk radang sendi yang menyakitkan. Obat-obatan ini terutama allopurinol (Aloprim, Zyloprim).
  • Obat-obatan untuk pereda nyeri seperti acetaminophen (Tylenol, lainnya), ibuprofen (Advil, Motrin IB, lainnya), dan naproxen sodium (Aleve).
  • Antibiotik sulfa, sejenis obat yang melawan infeksi (termasuk Bactrim dan Septra)
  • Obat-obatan yang mengobati kejang atau penyakit mental (antikonvulsan dan antipsikotik)
  • Sulfonamida antibakteri (termasuk sulfasalazine)
  • Nevirapine (Viramune, Viramune XR)

Obat-obatan yang paling mungkin menyebabkan masalah pada anak-anak yaitu antibiotik sulfa, Tylenol, dan obat-obatan yang mengobati kejang, terutama carbamazepine (Carbatrol Tegretol). Jika seseorang mengalami sindrom Stevens-Johnson, maka kemungkinan besar akan terjadi dalam 2 bulan pertama ia minum obat.

Infeksi seperti pneumonia atau virus herpes yang menyebabkan luka dingin, juga bisa memicu sindrom Stevens-Johnson. Namun ini lebih sering terjadi pada anak-anak dibandingkan orang dewasa.

Faktor-faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang terkena sindrom Stevens-Johnson yaitu meliputi:

  • Infeksi HIV: Di antara orang-orang dengan penyakit HIV, kejadian sindrom Stevens-Johnson adalah sekitar 100 kali lebih besar dibandingkan di antara populasi umum.
  • Sistem kekebalan tubuh yang melemah: Sistem kekebalan tubuh bisa dipengaruhi oleh transplantasi organ, HIV/AIDS, dan penyakit autoimun.
  • Kanker: Orang dengan kanker, terutama kanker darah, berada pada peningkatan risiko sindrom Stevens-Johnson.
  • Riwayat sindrom Stevens-Johnson: Jika seseorang pernah mengalami bentuk terkait pengobatan dari kondisi ini, maka ia berisiko kambuh jika menggunakan obat itu lagi.
  • Riwayat keluarga sindrom Stevens-Johnson: Jika anggota keluarga dekat memiliki sindrom Stevens-Johnson, maka seseorang mungkin lebih rentan mengembangkan kondisi ini.
  • Faktor Genetik: Memiliki variasi genetik tertentu menempatkan seseorang pada peningkatan risiko sindrom Stevens-Johnson, terutama jika ia menggunakan obat untuk kejang, asam urat, atau penyakit mental.

2. Tanda dan gejala

Sindrom Stevens-Johnson: Penyebab, Gejala dan Komplikasiilustrasi mengalami ruam di kulit wajah (everydayhealth.com)

Gejala awal sindrom Stevens-Johnson lebih umum daripada spesifik. Gejala-gejala ini meliputi:

  • Demam
  • Gejala seperti flu
  • Batuk
  • Pegal-pegal
  • Perasaan tidak sehat secara umum

Setelah satu hingga tiga hari, penderita sindrom Stevens-Johnson akan mengalami ruam merah atau ungu terbentuk di tubuh. Ini sering dimulai di wajah dan dada. Ruam pada akhirnya akan berubah menjadi lepuh yang mudah pecah dan kulit akan mulai mengelupas.

Dokter menggambarkan kulit penderita sindrom Stevens-Johnson menyerupai kulit yang mengalami luka bakar yang signifikan. Selain itu, penderita sindrom Stevens-Johnson akan mengembangkan area kulit yang kasar dan menyakitkan. Ruam dan lepuh kemungkinan akan melibatkan area lain, seperti:

  • Mata 
  • Mulut
  • Tenggorokan
  • Alat kelamin

Penderita sindrom Stevens-Johnson kemungkinan akan mengalami rasa sakit di mata dan alat kelamin serta kesulitan menelan, bernapas, dan buang air kecil.

Orang yang mengalami gejala di mata, bisa mengalami komplikasi jangka panjang seperti kehilangan penglihatan atau jaringan parut di sekitar mata. Namun dokter mata setuju bahwa interversi dini bisa membantu meminimalkan atau mencegah komplikasi ini.

Dilansir Medical News Today, lebih dari 50% penderita sindrom Stevens-Johnson akan mengalami komplikasi yang memengaruhi penglihatan mereka. Terkadang, sindrom Stevens Johnson bisa menyebar ke usus dan berpotensi menyebabkan gejala pencernaan. Orang mungkin akan mengalami diare dan tinja berwarna hitam.

Baca Juga: Penyakit Huntington: Penyebab, Gejala, Komplikasi, Pengobatan

3. Komplikasi yang bisa ditimbulkan

Sindrom Stevens-Johnson: Penyebab, Gejala dan Komplikasiilustrasi sesak napas (heartrhythmassociatesllc.com)

Orang dengan sindrom Stevens-Johnson perlu dirawat di rumah sakit karena komplikasi yang bisa mengancam jiwa dari kondisi tersebut. Komplikasi yang bisa terjadi yaitu meliputi:

  • Dehidrasi: Area dimana kulit telah menumpahkan kehilangan cairan dan luka di mulut serta tenggorokan bisa membuat asupan cairan menjadi sulit, sehingga terjadi dehidrasi.
  • Infeksi darah (sepsis): Sepsis tejadi saat bakteri dan infeksi memasuki aliran darah dan menyebar ke seluruh tubuh. Sepsis merupakan kondisi yang berkembang pesat dan mengancam jiwa yang bisa menyebabkan syok dan kegagalan organ.
  • Keterlibatan paru-paru: Kondisi ini bisa menyebabkan gagal napas akut.
  • Masalah mata: Ruam yang disebabkan oleh sindrom Stevens-Johnson, bisa menyebabkan peradangan pada mata, mata kering, dan sensitivitas cahaya. Dalam kasus yang parah, bisa menyebabkan gangguan penglihatan, dan jarang, bisa menyebabkan kebutaan.
  • Kerusakan kulit permanen: Saat kulit tumbuh kembali setelah sindrom Stevens-Johnson, mungkin akan ada benjolan dan pewarnaan yang tidak normal. Selain itu, penderita sindrom Stevens-Johnson kemungkinan akan memiliki bekas luka. Masalah kulit yang berkepanjangan bisa menyebabkan rambut rontok, dan kuku jari tangan dan kaki mungkin tidak tumbuh normal.

4. Diagnosis

Sindrom Stevens-Johnson: Penyebab, Gejala dan Komplikasiilustrasi konsultasi ke dokter (aarp.org)

Tes dan prosedur yang digunakan untuk menegakkan diagnosis sindrom Stevens-Johnson yaitu meliputi:

  • Tinjauan riwayat kesehatan pasien dan pemeriksaan fisik: Dokter sering bisa mengidentifikasi sindrom Stevens-Johnson berdasarkan riwayat kesehatan pasien, termasuk ulasan tentang obat yang saat ini dikonsumsi dan yang baru saja diberhentikan, dan pemeriksaan fisik.
  • Biopsi kulit: Untuk memastikan diagnosis, dan menyingkirkan kemungkinan penyebab lain, dokter akan mengambil sampel kulit untuk pengujian laboratorium (biopsi).
  • Budaya: Kultur kulit atau mulut atau kultur daerah lain, bisa diambil untuk mengkonfrmasi atau menyingkirkan kemungkinan infeksi.
  • Pencitraan: Tergantung pada gejala yang dimiliki pasien, dokter kemungkinan meminta pasien untuk menjalani pencitraan seperti rontgen dada untuk memeriksa ada tidaknya pneumonia.
  • Tes darah: Ini digunakan untuk mengkonfirmasi infeksi atau kemungkinan penyebab lainnya.

5. Pengobatan

Sindrom Stevens-Johnson: Penyebab, Gejala dan Komplikasiilustrasi dirawat di rumah sakit (dpcedcenter.org)

Penderita sindrom Stevens-Johnson perlu menerima perawatan di rumah sakit, sering kali di unit perawatan intensif, unit luka bakar, atau unit dermatologi. Saat akan memberikan perawatan, dokter pertama-tama akan mengidentifikasi apakah obat tertentu menyebabkan sindrom Stevens-Johnson, dan menghentikan penggunaannya sesegera mungkin jika terbukti memang memicu kondisi ini. Selain itu, dokter mungkin juga akan menyarankan agar pasien berhenti minum semua obat yang tidak penting.

Dokter merawat penderita sindrom Stevens-Johnson dengan perawatan suportif dan obat-obatan. Perawatan suportif kemungkinan termasuk:

  • Manajemen nyeri
  • Bantuan pernapasan
  • Perawatan alat kelamin
  • Perawatan mata
  • Suplementasi cairan dan nutrisi
  • Perawatan luka ekstensif
  • Menjaga suhu ruangan antara 86,0°F dan 89,6°F
  • Memantau kulit untuk infeksi

Untuk luka yang muncul di mulut, dokter kemungkinan merekomendasikan obat kumur disinfektan. Jika kondisi tersebut memengaruhi area lain, seperti mata atau alat kelamin, maka spesialis akan berperan dalam perawatan orang tersebut. Obat-obatan untuk mengobati sindrom Stevens-Johnson yaitu meliputi:

  • Pereda nyeri untuk mengurangi ketidaknyamanan
  • Steroid topikal untuk mengurangi peradangan
  • Antibiotik untuk pengendalian infeksi

Dokter kemungkinan juga akan meresepkan penghilang rasa sakit untuk beberapa pasien dengan rasa sakit yang berlebihan. Namun beberapa pereda nyeri bisa menyebabkan sindrom Stevens Johnson. Oleh sebab itu, konsultasikan kepada dokter terlebih dahulu tentang setiap efek yang kemungkinan akan muncul pada perawatan yang diberikan.

Terkadang, dokter mengobati sindrom Stevens-Johnson dengan agen imunomodulator, seperti glukokortikoid, imunosupresan, imunoglobulin intravena, atau kombinasi dari semuanya. Ada sedikit konsensus tentang pengobatan yang paling efektif untuk sindrom Stevens-Johnson, namun tergantung pada karakteristik orang tersebut. Beberapa dokter menyarankan bahwa penggunaan siklosporin oral tanpa label dengan atau tanpa eternacept adalah strategi pengobatan yang unggul.

Tidak semua dokter akan meresepkan glukokortikoid, karena beberapa percaya bahwa mereka mungkin:

  • Meningkatkan risiko infeksi
  • Menunda pertumbuhan kembali kulit
  • Memperpanjang masa tinggal di rumah sakit
  • Menyebabkan tingkat kematian yang lebih tinggi

Dokter umumnya setuju bahwa penelitian lebih lanjut dibutuhkan sebelum mereka bisa merekomendasikan terapi glukokortikoid untuk orang dengan sindrom Stevens-Johnson. Untuk penggunaan imunoglobulin intravena masih kontroversial.

6. Pencegahan

Sindrom Stevens-Johnson: Penyebab, Gejala dan Komplikasiilustrasi tes genetik (gunjanivfworld.com)

Untuk mencegah sindrom Stevens-Johnson, ada beberapa langkah yang bisa dicoba. 

  • Pertimbangkan tes genetik sebelum mengonsumsi obat-obatan tertentu: Badan Pengawas Obat dan Makanan AS merekomendasikan skrining untuk orang-orang keturunan Asia dan Asia Selatan untuk variasi gen yang disebut HLA-B*1502, sebelum memulai pengobatan.
  • Jika anda pernah mengalami kondisi, hindari obat yang memicunya: Jika anda pernah mengalami sindrom Stevens-Johnson dan dokter memberi tahu bahwa itu disebabkan oleh obat, maka hindari obat itu dan sejenisnya. Ini merupakan kunci untuk mencegah kekambuhan, yang biasanya lebih parah daripada episode pertama dan bisa berakibat fatal. Anggota keluarga anda juga mungkin ingin menghindari obat ini karena beberapa bentuk kondisi ini memiliki faktor risiko genetik.

Itulah deretan fakta medis seputar sindrom Stevens-Johnson. Meskipun banyak pilihan pengobatan untuk sindrom Stevens-Johnson, namun individu dengan bentuk yang lebih parah dari penyakit ini, memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi.

Selain itu, orang dewasa yang lebih tua dan orang-orang dengan kondisi medis lain yang mendasarinya, juga memiliki risiko kematian yang lebih tinggi. Oleh sebab itu, segera periksakan diri ke dokter jika memiliki tanda-tanda dari kondisi ini, terutama setelah mengonsumsi obat tertentu. Karena semakin cepat kondisi ini didiagnosis dan mendapat perawatan yang tepat, maka semakin besar juga peluang kesembuhan dan terhindar dari risiko komplikasi yang berbahaya.

Baca Juga: Mengenal Leishmaniasis, Penyakit Kulit yang Ditularkan Lalat Pasir 

Eliza Ustman Photo Verified Writer Eliza Ustman

Hobi nulis dan travelling

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Indiana Malia
  • Delvia Y Oktaviani

Berita Terkini Lainnya