Kasus Gangguan Ginjal Akut Anak Naik dalam 2 Bulan Terakhir

Banyak dialami anak usia di bawah 6 tahun

Selama ini, sebagian orang menganggap bahwa gangguan ginjal hanya dialami oleh orang lanjut usia. Padahal, anak-anak juga bisa mengalaminya. Bahkan, terdapat lonjakan kasus gangguan ginjal akut pada anak di Indonesia dalam dua bulan terakhir.

Menyikapi hal tersebut, Ikatan Dokter Anak Indonesia membuat podcast bertema "Gangguan Ginjal Misterius pada Anak" yang ditayangkan di channel YouTube IDAI_TV pada Senin (10/10/2022).

Narasumber yang dihadirkan ialah dr. Henny Adriani Puspitasari, SpA(K) dan dipandu oleh dr. Reza Fahlevi, SpA selaku host. Simak, yuk!

1. Ditandai dengan penurunan produksi urine

Istilah misterius dicetuskan karena sampai saat ini masih dicari penyebab gangguan ginjal akut yang kasusnya tiba-tiba melonjak dalam dua bulan terakhir. Ini karena penyebabnya berbeda-beda pada setiap pasien, sehingga belum bisa ditarik kesimpulan.

"Di seluruh Indonesia itu cukup banyak, mungkin ada sekitar 100 kasus atau lebih, dari (bulan) Januari. Dua bulan terakhir kita melihat ada lonjakan kasus gangguan ginjal akut, lebih banyak dari yang biasa kita temukan," jelas dr. Henny.

Satu hal yang pasti, gangguan ginjal akut selalu diawali dengan penurunan produksi urine yang drastis, atau bahkan tidak keluar sama sekali. Kemudian, diikuti dengan gejala lain seperti demam, diare, batuk, dan pilek.

2. Beberapa penyebab gangguan ginjal akut

Dokter Henny mengatakan bahwa ada beberapa penyebab gangguan ginjal akut, yaitu:

  • Kekurangan cairan akibat diare atau kurang minum air.
  • Infeksi seperti demam berdarah dengue (DBD) yang menyebabkan aliran darah ke ginjal terganggu.
  • Penyakit seperti gagal jantung atau penyakit jantung bawaan (PJB).
  • Adanya sumbatan di saluran kemih.
  • Pernah mengalami kecelakaan sehingga saluran kemih rusak.

Baca Juga: Cuci Darah, CAPD, dan Cangkok, Mana Terapi Terbaik untuk Ginjal?

3. Paling banyak dialami oleh anak usia di bawah 6 tahun

Kasus Gangguan Ginjal Akut Anak Naik dalam 2 Bulan Terakhirilustrasi anak-anak (pixabay.com/esudroff)

Menurut dr. Henny, istilah resmi untuk penyakit ini adalah gangguan ginjal akut progresif atipikal. Ini karena perjalanan penyakitnya sangat cepat, tidak biasa, dan penyebabnya masih belum diketahui secara pasti.

"Anak-anak yang mengalami kondisi gangguan ginjal akut progresif atipikal ini banyak yang berusia di bawah enam tahun, tapi tidak menutup kemungkinan terjadi pada anak di atas usia tersebut," ungkapnya.

Orang tua perlu memastikan anak buang air kecil setiap 3-4 jam sekali. Selain itu, periksa warna urinenya. Jika frekuensi kencingnya berkurang dan warna urinenya pekat, segera bawa ke fasilitas kesehatan terdekat.

4. Waspada jika kadar ureum dan kreatininnya sangat tinggi

Kasus Gangguan Ginjal Akut Anak Naik dalam 2 Bulan Terakhirilustrasi uji laboratorium (pexels.com/Edward Jenner)

Sesampainya di rumah sakit, dokter biasanya akan memberi cairan infus. Namun, jika air seni tak kunjung keluar, bahkan sampai bengkak, napas menjadi cepat, hingga kejang, maka dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal.

"Kalau kadar ureum dan kreatininnya tinggi sekali, itu adalah saatnya dokter anak melakukan tindakan yang lebih advance. Misalnya memberi obat diuretik atau memutuskan kalau anak harus cuci darah," ujar alumnus Universitas Indonesia ini.

Pada kesempatan yang berbeda, dr. Eka Laksmi Hidayati, SpA(K), Sekretaris Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nefrologi IDAI, dalam Zoom meeting yang diselenggarakan oleh IDAI pada Selasa (11/10/2022), menjelaskan bahwa 80-90 persen pasien gangguan ginjal akut misterius di Jakarta memerlukan cuci darah atau hemodialisis. Menurutnya, pasien yang pulih tidak mengalami gagal ginjal kronis, sehingga tidak perlu cuci darah berkelanjutan.

5. Tidak disebabkan obat-obatan tertentu

Dalam investigasinya, IDAI mendapatkan kesimpulan bahwa kasus gangguan ginjal akut misterius yang akhir-akhir ini melonjak tidak berhubungan dengan obat-obatan, sehingga tidak ada anjuran untuk menghindari obat tertentu.

"Meski begitu, obat harus dikonsumsi dengan pengawasan dokter. Apalagi, untuk anak-anak yang masih kecil, obat terasa lebih keras efeknya. Selain itu, hati-hati (ketika) membeli obat yang tidak resmi beredar di Indonesia," dr. Eka mewanti-wanti.

Baca Juga: IDAI Laporkan 100-an Kasus Gangguan Ginjal Akut Misterius Anak

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya