Nyeri Haid dan Infertilitas, Keluhan Utama Endometriosis

Dialami oleh 176 juta perempuan di dunia

Sekitar 5–10 persen perempuan usia reproduksi secara global mengalami endometriosis. Akan tetapi, banyak yang tidak sadar dirinya mengidap penyakit kronis ini. Bahkan, ada yang baru terdiagnosis setelah 7–10 tahun!

Atas dasar itu, Bayer Indonesia menghelat virtual media briefing bertema "Peluncuran Pedoman Tatalaksana Diagnosis Klinis dan Manajemen Awal Endometriosis untuk Asia dan Kampanye #DontLiveWithPain" pada Selasa (29/3/2022).

Salah satu narasumber yang dihadirkan ialah Prof. Dr. dr. Hendy Hendarto, SpOG(K), Ketua Perhimpunan Fertilisasi In Vitro Indonesia (PERFITRI). Simak pemaparan lengkapnya di sini!

1. Merupakan jaringan mirip endometrium yang tumbuh di luar uterus

Nyeri Haid dan Infertilitas, Keluhan Utama Endometriosisilustrasi endometriosis (healthdirect.gov.au)

Menurut Prof. Hendy, endometriosis merupakan penyakit reproduksi perempuan, yang ditandai dengan tumbuhnya jaringan yang mirip endometrium di luar uterus (rahim). Mestinya, endometrium tumbuh di dalam rongga rahim.

Jaringan tersebut bisa menempel di usus, kandung kemih, bahkan bisa menjadi kista! Selain itu, endometriosis bisa memicu reaksi inflamasi kronis.

"Keluhannya adalah nyeri haid, nyeri panggul, nyeri ketika berhubungan seks, dan kesuburan terganggu. Berdampak pada penurunan kualitas hidup perempuan," jelasnya.

Endometriosis memengaruhi 1 dari 10 perempuan di usia reproduksi. Spesifiknya, memengaruhi sekitar 176 juta perempuan di dunia dengan rentang usia 15–49 tahun.

2. Memengaruhi kualitas sel telur

Normalnya, jaringan endometrium akan luruh dan keluar dari tubuh tiap siklus menstruasi. Namun, pada kasus endometriosis, aliran darah menstruasi justru berbalik arah dan terperangkap di tempat yang tidak semestinya.

"Ada (jaringan) yang menempel di indung telur, lama-lama menjadi kista. Selain itu, kualitas telurnya sangat menurun," terang Prof. Hendy.

Itulah mengapa 50 persen perempuan dengan endometriosis sulit untuk hamil. Selain itu, berdasarkan studi yang dikutip oleh Extend Fertility, penderita endometriosis memiliki tingkat keguguran dini yang lebih tinggi karena kualitas sel telur yang buruk atau tidak normal secara genetik.

3. Baru ketahuan setelah menjalani laparoskopi

Nyeri Haid dan Infertilitas, Keluhan Utama Endometriosisilustrasi laparoskopi (laparoscopysurgeries.com)

Prof. Hendy mengatakan bahwa endometriosis umumnya baru ketahuan setelah dilihat dengan laparoskopi. Dilansir National Health Service (NHS), laparoskopi merupakan prosedur pembedahan yang memungkinkan ahli bedah melihat bagian dalam perut dan panggul tanpa membuat sayatan besar di kulit.

Ahli bedah memakai alat yang disebut laparoskop, yaitu tabung kecil yang memiliki kamera dan cahaya (seperti senter). Lalu, gambar bagian dalam perut dan panggul ditayangkan ke monitor televisi supaya bisa dilihat lebih jelas.

Ia mencontohkan data dari RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada tahun 2014–2016. Terdapat 779 tindakan laparoskopi dalam rentang waktu tersebut dan 90,36 persen pasien yang menjalani prosedur itu adalah perempuan berusia 20–39 tahun.

Hasilnya, 44 persen yang menjalani tindakan laparoskopi didiagnosis endometriosis. Rata-rata pasien mengalami keterlambatan diagnosis hingga 5–6 tahun. Selama ini, mereka menganggap nyeri haid adalah hal yang normal sehingga tidak diperiksakan.

Baca Juga: Ini Penyebab Menorrhagia, Menstruasi Deras Lebih dari Seminggu

4. Pasien perlu menjalani terapi jangka panjang

Karena endometriosis merupakan penyakit kronis dan progresif, pasien perlu menjalani terapi jangka panjang. Berdasarkan studi yang diterbitkan dalam jurnal Fertility and Sterility di tahun 2017, terapi medis jangka panjang bertujuan untuk mengobati gejala dan mencegah kekambuhan.

Masih mengutip studi yang sama, dienogest dan hormon pelepas gonadotropin (GnRH) sama efektifnya sebagai pengobatan jangka panjang untuk meredakan nyeri yang terkait dengan endometriosis. Opsi lain, menurut Prof. Hendy adalah terapi hormon progestin.

Mengapa tidak dengan operasi atau pembedahan? Pascaoperasi, endometriosis masih bisa tumbuh lagi, sehingga pemberian obat-obatan hormonal untuk menghentikan pertumbuhan jaringan adalah pilihan yang tepat.

5. Dukungan psikologis juga perlu diberikan

Nyeri Haid dan Infertilitas, Keluhan Utama Endometriosisilustrasi dukungan emosional dari teman (pexels.com/Elina Fairytale)

Hidup dengan penyakit kronis seperti endometriosis tidaklah mudah. Kita harus terbiasa dengan rasa sakit dan menghadapi risiko infertilitas. Tidak sedikit yang merasa tak berdaya, lelah, pesimis, bahkan putus asa.

Bukan hanya pengobatan, perempuan dengan endometriosis juga membutuhkan dukungan emosional, penerimaan serta dukungan sosial atau support system. Pihak yang perlu terlibat untuk menguatkan adalah keluarga, pasangan, teman, rekan kerja, dokter, psikolog, hingga sesama penderita endometriosis.

Dengan penerimaan dari lingkungan sekitar, support system yang kuat, dan memiliki kesehatan mental yang baik, pengidap endometriosis bisa menjalani hari-harinya dengan sedikit lebih ringan. Setidaknya, mereka tahu bahwa mereka tidak sendirian dalam melewati semua ini.

Baca Juga: Pemicu Muncul Gumpalan Darah saat Haid dan Solusinya

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya