Hidup Tanpa Sendawa Bisa Sangat Menyiksa

Orang yang tidak bisa sendawa atau serdawa karena kondisi kesehatan yang langka akan merasa cemas, depresi dan malu, menurut sebuah studi dalam jurnal Neurogastroenterology & Motility yang terbit pada 20 Desember 2023.
Kondisi langka ini disebut retrograde cricopharyngeus dysfunction (R-CPD), atau dikenal sebagai "no-burp syndrome", membuat penderitanya tidak bisa sendawa dan ini memengaruhi keseharian mereka.
R-CPD melibatkan kerusakan otot krikofaringeus sehingga otot tersebut tidak cukup rileks untuk membuat pasien dapat mengeluarkan gas.
Gejala no-burp syndrome seperti kembung
Menurut laman Gizmodo, para ahli di Texas, Amerika Serikat, mengamati dampak sosial dari R-CPD. Peneliti merekrut orang-orang melalui komunitas Reddit dan mewawancarainya secara daring. Para relawan ditanyai berbagai pertanyaan tentang bagaimana kondisi tersebut memengaruhi kehidupan mereka sehari-hari.
Sebagian besar responden (90 persen atau lebih) melaporkan gejala yang biasa terlihat pada R-CPD, seperti kembung dan nyeri dada setelah makan, kentut berlebihan, dan suara seperti berkumur (gurgling) dari dada dan leher bagian bawah yang membuat mereka canggung secara sosial
Lebih dari setengah melaporkan tidak bisa muntah.
Lebih dari 87 persen melaporkan mengalami gejala setiap hari.
Kebanyakan dari mereka juga pernah mengalami gejala-gejala tersebut selama yang mereka ingat, atau pertama kali menyadarinya ketika masih anak-anak dan tidak ada kasus yang ditemukan setelah usia 35 tahun—sebuah temuan yang mendukung gagasan bahwa R-CPD adalah kelainan bawaan, bukan kelainan yang bisa muncul di kemudian hari.
Penderita kerap kali harus berbaring atau memaksakan diri untuk meringankan gejala nyeri. Penyakit ini dapat diobati dengan suntik Botox ke otot yang terkena dampak.
Para peneliti menemukan bahwa peserta melaporkan tingkat rasa malu, kecemasan, dan depresi yang tinggi serta dampak negatif pada hubungan dan kehidupan kerja responden.
Banyak penderita yang merasa tidak mampu mendapatkan pertolongan. Hanya sekitar separuh responden melaporkan bahwa mereka membicarakan kondisi mereka dengan penyedia layanan kesehatan primer, dan sekitar 90 persen dari kelompok tersebut melaporkan tidak mendapatkan dukungan atau saran yang memadai dari dokter.
"R-CPD masih asing bagi banyak penyedia layanan kesehatan sehingga pasien kurang terlayani. Hal ini tidak hanya memengaruhi kehidupan sehari-hari, tetapi juga hubungan pribadi dan profesional," tulis peneliti dalam laporannya.
Mereka melanjutkan, meningkatkan kesadaran dengan memahami ciri-ciri dasar penyakit dapat meningkatkan tingkat diagnosis dan pengobatan serta kualitas hidup.