Studi: 1 dari 3 Perempuan Diserang Migrain saat Menstruasi

Migrain yang terjadi sering kali parah

Di antara perempuan yang menderita migrain, sepertiganya melaporkan serangan sakit kepala sebelah tersebut cenderung terjadi saat menstruasi, menurut studi.

Dilaporkan juga bahwa migrain yang terjadi saat menstruasi acap kali sering terjadi dan parah, tetapi hanya sekitar 1 dari 5 responden yang mengatakan bahwa mereka menggunakan obat pencegah migrain.

Tidak banyak perempuan penderita migrain yang berkonsultasi dengan dokter spesialis

Studi: 1 dari 3 Perempuan Diserang Migrain saat Menstruasiilustrasi migrain (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Studi baru ini didanai oleh Pfizer, perusahaan yang membuat obat migrain. Temuan studi ini dijadwalkan untuk dipresentasikan pada pertemuan tahunan American Academy of Neurology pada 13-18 April di Denver, Amerika Serikat (AS).

Tim peneliti mengamati data yang dikumpulkan dari perempuan dewasa penderita migrain sebagai bagian dari 2021 U.S. National Health and Wellness Survey.

Mereka menemukan, sepertiga perempuan mengatakan migrain mereka sering terjadi saat menstruasi. Lebih dari separuh kasus (52,5 persen) merupakan perempuan pada fase pramenopause.

Migrain sering terjadi selama periode menstruasi—rata-rata 8,4 hari sakit kepala per bulan—dan sering kali parah, dengan lebih dari 56 persen—menggolongkan tingkat keparahannya sebagai sedang hingga parah pada skala standar.

Banyak perempuan berusaha untuk mengobati serangan yang terjadi, baik dengan obat bebas (sekitar 42 persen) maupun obat resep (sekitar 49 persen).

Hanya sekitar 21 persen perempuan yang menggunakan obat yang ditujukan untuk mencegah migrain.

“Migrain adalah penyakit otak seumur hidup yang tidak dapat disembuhkan, dan tujuan terapi pencegahan adalah untuk mengurangi beban penyakit dan meningkatkan kualitas hidup. Sayangnya, pengobatan baru yang khusus untuk penyakit memerlukan biaya yang mahal, sehingga pengobatan generik yang lebih lama sering digunakan dan memiliki efek samping yang lebih besar,” kata penulis utama studi, Dr. Jessica Ailani, profesor neurologi klinis di Fakultas Kedokteran Universitas Georgetown, AS, dilansir U.S. News.

Menurut Jessica, terlalu banyak perempuan penderita migrain yang hanya menahan rasa sakitnya dan tidak pernah berkonsultasi dengan spesialis sakit kepala.

Karena temuan ini akan dipresentasikan pada pertemuan medis, temuan ini harus dianggap sebagai permulaan sampai dipublikasikan dalam jurnal peer-review.

Baca Juga: Studi: Kualitas Tidur Malam yang Buruk Bisa Picu Migrain

Referensi

News-Medical. Diakses pada April 2024. Study reveals high prevalence of menstrual migraines in U.S. women.
U.S. News. Diakses pada April 2024. One in 3 Women With Migraines Say Attacks Occur During Periods.

Topik:

  • Nurulia R F

Berita Terkini Lainnya