Akurasi Tes Darah Ini 83 Persen Deteksi Kanker Kolorektal

Diharapkan bisa menaikkan tingkat skrining kanker kolorektal

Intinya Sih...

  • Kanker kolorektal merupakan salah satu penyebab kematian utama di Indonesia.
  • Skrining dini dapat mendeteksi polip pra kanker dan mencegah perkembangan menjadi kanker.
  • Kini, tes darah yang baru mungkin akan tersedia bagi orang-orang yang ragu atau takut untuk melakukan skrining. Sebuah studi klinis menunjukkan tes darah baru ini memiliki akurasi 83 persen untuk mendeteksi kanker kolorektal.

Kanker kolorektal atau kanker usus besar adalah kanker yang berasal dari kolon atau usus besar dan/atau rektum.

Baik laki-laki maupun perempuan berisiko terkena kanker kolorektal. Jenis kanker ini umum ditemukan pada orang berusia 50 tahun ke atas. Risiko kanker kolorektal meningkat seiring dengan bertambahnya usia, dilansir Indonesia Cancer Care Community.

Skrining dapat membantu mendeteksi dini kanker kolorektal dan berpotensi menyelamatkan nyawa. Ini alasannya:

  • Kanker kolorektal umumnya berkembang dari polip (benjolan) yang bersifat pra kanker pada area kolon atau rektum. Normalnya, seharusnya polip tersebut tidak ada.
  • Seiring waktu, beberapa polip bisa berkembang menjadi kanker.
  • Skrining dapat mendeteksi polip yang bersifat pra kanker, sehingga polip ini bisa diangkat sebelum berkembang menjadi kanker.
  • Skrining juga bisa membantu deteksi dini kanker kolorektal. Makin dini kanker ditemukan, makin dini perawatan diberikan, dan makin tinggi kesuksesan perawatan.

Jenis skrining kanker kolorektal

Kolonoskopi adalah standar emas untuk skrining kanker kolorektal. Namun, biasanya, kamu harus mengonsumsi obat pencahar kuat sebelum prosedur dilakukan. Protokol pra kolonoskopi ini, ditambah dengan keharusan menjalani prosedur sedikit invasif dengan anestesi, bisa menyebabkan beberapa orang enggan menjalaninya.

Alat skrining alternatif yang disebut Cologuard (FIT-DNA) adalah pilihan opsi lainnya. Tes ini melibatkan pengumpulan sampel tinja di rumah dan mengirimkannya ke laboratorium untuk dianalisis.

Pemindaian kolonografi tomografi terkomputasi (CTC), sigmoidoskopi fleksibel, dan tes tinja seperti tes imunokimia tinja (FIT) dan tes darah okultisme tinja berbasis guaiac (gFOBT) dengan sensitivitas tinggi adalah pilihan lainnya. Namun, tes-tes ini mungkin tidak seefektif FIT-DNA atau kolonoskopi dalam mendeteksi kanker kolorektal.

Kini, tes kanker kolorektal yang baru dan lebih nyaman mungkin akan tersedia bagi orang-orang yang ragu atau takut untuk melakukan skrining. Sebuah studi klinis menunjukkan akurasi 83 persen untuk mendeteksi kanker kolorektal.

Baca Juga: 7 Gejala Kanker Usus Besar pada Pria, Perhatikan ya!

Temuan ini studi ini menawarkan opsi skrining kanker kolorektal yang lebih nyaman

Akurasi Tes Darah Ini 83 Persen Deteksi Kanker Kolorektalilustrasi kanker kolorektal atau kanker usus besar (pexels.com/Anna Tarazevich)

Diterbitkan pada 14 Maret dalam The New England Journal of Medicine, para peneliti menemukan bahwa Shield, tes berbasis darah cfDNA baru oleh Guardant, mendeteksi 83 persen kanker kolerektal pada peserta penelitian. Namun, tes darah ini tidak mendeteksi pertumbuhan pra kanker seefektif kolonoskopi.

Selama penelitian, 7.861 peserta dengan risiko rata-rata terkena kanker kolorektal menjalani tes darah baru dan kolonoskopi. Setelah para peserta menyelesaikan kedua tes tersebut, para penerliti menemukan bahwa tes darah tersebut memiliki sensitivitas 83 persen untuk kanker kolorektal, 90 persen spesifisitas untuk pertumbuhan sel abnormal lanjut (neoplasia), dan 13 persen sensitivitas untuk lesi pra kanker stadium lanjut.

Sebagai perbandingan, Cologuard memiliki perkiraan sensitivitas kanker sebesar 92 persen. Namun, seperti tes Shield, kemampuannya untuk mendeteksi pertumbuhan pra kanker dan kanker yang lebih kecil masih lebih rendah dibanding kolonoskopi.

Selain itu, dalam studi klinis, 13 persen orang tanpa kanker kolorektal mendapat hasil positif Cologuard (positif palsu), dan 8 persen pasien kanker kolorektal mendapat hasil negatif (negatif palsu).

Sebaliknya, kolonoskopi memiliki sensitivitas 75–95 persen untuk kanker dengan spesifisitas 86 persen. Pakar kesehatan menganggapnya sebagai standar emas karena dokter dapat memeriksa seluruh usus secara visual dan menghilangkan polip yang mencurigakan selama prosedur berlangsung.

Karena Cologuard dan tes darah Shield hanya melihat penanda pada sampel tinja atau darah, orang dengan hasil tes positif harus menindaklanjutinya dengan kolonoskopi.

Namun, Shield mungkin lebih nyaman dibandingkan kolonoskopi atau Cologuard, yang dapat membantu meningkatkan tingkat skrining masyarakat.

Dalam sebuah rulis, salah satu penulis studi, Daniel Chung, M.D., ahli gastroenterologi di Massachusetts General Hospital dan Profesor Kedokteran di Harvard Medical School mengatakan bahwa temuan studi ini mendukung penggunaan tes darah sebagai pilihan skrining yang dapat membantu meningkatkan tingkat skrining kanker kolorektal.

Baru-baru ini, Guardant mengajukan tes darah barunya untuk mendapatkan persetujuan pra pasar dari U.S. Food and Drug Administration (FDA) dan berharap mendapatkan keputusan dari FDA tahun ini.

Kanker kolorektal merupakan salah satu penyebab kematian utama di Indonesia. Kanker kolorektal merupakan jenis kanker ketiga yang paling umum terjadi pada laki-laki dan perempuan di Indonesia. Kanker kolorektal menempati peringkat keempat sebagai bentuk kanker paling umum di dunia, dengan rasio pasien laki-laki dan perempuan sebesar 19,4 hingga 15,3 per 100.000 orang (Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, 2019).

Pasien kanker kolorektal di Indonesia sebelumnya terbukti lebih muda dibandingkan pasien kanker kolorektal di negara maju. Lebih dari 30 persen kasus terjadi pada individu berusia 40 tahun atau lebih muda, sementara hanya 2–8 persen pasien berusia 50 tahun atau lebih muda terjadi di negara-negara industri (Jurnal Averrous, 2019).

Usia adalah penentu utama pada sebagian besar populasi. Kanker kolorektal adalah kanker kedua yang paling umum terjadi pada mereka yang berusia di atas 50 tahun, dan 90 persen dari seluruh kasus terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas dalam populasi umum.

Faktor risiko kanker kolorektal termasuk pola makan yang buruk, merokok, kurang aktif, dan obesitas.

Baca Juga: 70 Persen Pasien Kanker Kolorektal Datang pada Stadium 3 atau 4

Topik:

  • Nurulia R F

Berita Terkini Lainnya