Apa Saja Bahaya Racun Asam Bongkrek? 

Keracunan asam bongkrek bersifat fatal

Intinya Sih...

  • Asam bongkrek dihasilkan oleh bakteri B. Gladioli pada tempe bongkrek yang terkontaminasi.
  • Keracunan asam bongkrek bisa menyebabkan gejala fatal dan kematian.
  • Tidak ada antidotum spesifik untuk keracunan asam bongkrek.

Asam bongkrek merupakan salah satu senyawa toksik mitokondrial yang dihasilkan oleh bakteri Burkholderia gladioli pathovar cocovenenans. B. Gladioli menghasilkan senyawa beracun toksoflavin dan asam bongkrek.

Asam bongkrek tidak berbau dan tidak berasa, sehingga produk makanan yang terkena dampak dapat memiliki penampilan, bau, dan rasa yang normal.

Toksoflavin dan asam bongkrek dihasilkan pada tempe bongkrek, yang merupakan tempe berbahan ampas kelapa.

Sebenarnya tempe bongkrek yang kualitasnya baik dan diolah dengan fermentasi yang sempurna dan higienis hanya mengandung kapang tempe. Namun, tempe yang fermentasinya tidak sempurna dan berkualitas buruk akan ditumbuhi B. gladioli. Diketahui kultur jamur R. Oligosporus sering dikontaminasi oleh bakteri B. gladioli pathovar cocovenenans.

Bahaya keracunan asam bongkrek

Apa Saja Bahaya Racun Asam Bongkrek? ilustrasi racun (pixabay.com/Jalyn Bryce)

Asam bongkrek bisa menyebabkan keracunan pada manusia dan hewan. Keracunan yang disebabkan oleh konsumsi tempe bongkrek yang terkontaminasi bisa terjadi sangat cepat, dalam kurun waktu 1–10 jam. Gejala keracunan asam bongkrek bisa muncul dengan cepat.

Organ tubuh yang menjadi target utama asam bongkrek adalah jantung, otak, dan ginjal.

Tanda dan gejala keracunan asam bongkrek serupa dengan temuan klinis dari racun mitokondria lainnya, tetapi bervariasi dalam tingkat keparahan dan perjalanan waktu.

Gejala yang dilaporkan termasuk:

  • Malaise (perasaan kurang sehat dan lesu).
  • Pusing.
  • Mengantuk atau keinginan kuat untuk tidur.
  • Keringat berlebih.
  • Jantung berdebar.
  • Sakit perut.
  • Muntah.
  • Diare.
  • Hematochezia (munculnya darah segar pada tinja atau feses).
  • Oliguria (keluaran urine kurang dari 400 ml per hari atau kurang dari 20 ml per jam).
  • Hematuria (kencing berdarah).
  • Retensi urine (kandung kemih tidak dapat kosong sepenuhnya walaupun sudah buang air kecil).

Temuan selama pemeriksaan pasien meliputi:

  • Hipotensi (tekanan darah rendah).
  • Aritmia (gangguan irama jantung).
  • Hipertermia (suhu tubuh mengalami peningkatan secara signifikan melebihi 38,5 derajat Celcius).
  • Ikterus (penyakit kuning).
  • Kelesuan.
  • Delirium (kebingungan atau linglung parah).
  • Syok (tekanan darah turun drastis sehingga organ-organ dan jaringan tubuh tidak mendapatkan aliran darah yang cukup).
  • Koma.
  • Kematian.

Keracunan asam bongkrek bersifat fatal dan biasanya merupakan penyebab kematian korban. Ini karena toksin yang dihasilkan dapat mengganggu metabolisme glikogen dengan memobilisasi glikogen dari hati, sehingga terjadi glikemia yang kemudian berubah menjadi hipoglikemia dan dapat menyebabkan korban meninggal.

Berbagai gejala awal ditemukan pada 4–6 jam setelah mengonsumsi makanan yang
mengandung asam bongkrek sebelum menjadi koma, dengan kematian terjadi 1–20 jam setelah munculnya gejala awal pada kasus yang fatal.

Tingkat kematian terkait keracunan asam bongkrek tinggi. Antidotum spesifik keracunan asam bongkrek belum ada. Terapi nonspesifik ditujukan untuk menyelamatkan nyawa, mencegah absorbsi racun lebih lanjut, dan mempercepat ekskresi. Arang aktif digunakan untuk mengatasi gangguan sirkulasi dan respirasi.

LD50 (dosis tunggal suatu zat yang secara statistik diperkirakan akan membunuh 50 persen hewan percobaan) asam bongkrek adalah 3,16 mg/kg berat badan.

Penting untuk diketahui bahwa memasak makanan yang terkontaminasi asam bongkrek tidak membuat makanan tersebut menjadi aman untuk dikonsumsi. Walaupun bakterinya mati, tetapi toksin yang dihasilkannya tahan panas.

Baca Juga: 7 Racun Alami dalam Makanan yang Bahayakan Kesehatan

Referensi

Nutrition Scientific Journal, 2023. Vol. 2, No.1: 73-80. Review: Asam Bongkrek, Toksin Bakteri dari Tempe Bongkrek.
Pocket Book of Hospital Care for Children, Guidelines for the Management of Common Illnesses with Limited Resources. World Health Organization, 2005.

Topik:

  • Nurulia R F

Berita Terkini Lainnya