Penyesuaian Cara Minum Obat saat Puasa, Perhatikan ya!

Bagaimana jika harus minum obat 3 atau 4 kali sehari?

Intinya Sih...

  • Perubahan jadwal dan dosis dapat memengaruhi efek terapeutik obat. Jadi, perlu hati-hati dalam mengubah jadwal minum obat.
  • Individu yang perlu terus mengonsumsi obat harus menyesuaikan jadwal pengobatan agar bisa meminumnya antara waktu buka puasa dan makan sahur.
  • Ada cara minum obat yang harus digunakan 2 kali sehari, 3 kali sehari, hingga 4 kali sehari saat berpuasa.

Selama bulan Ramadan, pola makan dan minum berubah. Bagi orang yang harus rutin minum obat namun berpuasa, tentu akan ada perubahan waktu minum obat.

Dari yang semula bebas mengonsumsi obat selama 24 jam menjadi hanya sekitar 10,5 jam sehari. Perubahan jadwal dan dosis dapat memengaruhi efek terapeutik obat. Oleh karena itu, perlu kehati-hatian dalam mengubah jadwal minum obat.

Di bawah ini dipaparkan tentang penyesuaian cara minum obat selama puasa Ramadan. Catat!

Cara minum obat agar efek terapi optimal

Penyesuaian Cara Minum Obat saat Puasa, Perhatikan ya!Penggunaan obat yang perlu diminum 3 atau 4 kali sehari saat puasa. (IDN Times/NRF)

Menurut Unit Pelayanan Kesehatan Kemenkes RI, berikut ini penggunaan obat sebelum dan sesudah makan saat bulan puasa.

  • Sebelum makan: Jika obat harus diminum sebelum makan, berarti sekitar 30 menit sebelum makan sahur atau makan malam atau makan besar.
  • Sesudah makan: Setelah makan artinya lambung sudah terisi makanan, kira-kira 5–10 menit setelah makan besar.
  • Jika ada obat yang harus diminum tengah malam sesudah makan: Sebelum minum obat perut dapat diisi dulu dengan makanan ringan, seperti biskuit atau roti, sebelum minum obat.

Perubahan jadwal waktu minum obat saat puasa dan dosis obat mungkin bisa memengaruhi efek terapi obat. Jadi, kamu perlu hati-hati dalam mengubah jadwal minum obat. Berkonsultasilah dengan dokter atau apoteker.

Penggunaan obat saat puasa yang diminum 1–2 kali sehari

  • 1x1: Obat yang diminum satu kali sehari tidak ada perbedaan ketika digunakan saat puasa. Kamu bisa meminumnya pada malam hari atau saat sahur.
  • 2x1: Obat yang digunakan dua kali sehari disarankan untuk diminum saat sahur dan berbuka puasa.

Jika ada obat yang harus diminum 3 atau 4 kali sehari

Pada hari-hari biasa, obat diminum setiap 8 jam atau 6 jam (misalnya antibiotik). Nah, ini tidak lagi memungkinkan selama berpuasa.

Solusinya, konsultasikan dengan dokter untuk mengganti obat dengan sediaan lepas lambat/perlahan, atau ganti obat jenis lain yang memiliki khasiat sama namun bekerja lebih panjang.

Sebagai contoh, obat hipertensi captopril yang biasa diminum 2–3 kali sehari bisa diganti dengan lisinopril yang diminum 1 kali sehari.

Contoh lainnya, untuk antibiotik yang diberikan dengan durasi 3 kali pemakaian, maka bisa disiasati dengan waktu pemakaian pada pukul 18.00, 23.00, dan 04.00. Atau, minta dokter untuk memberikan antibiotik dengan durasi 2 kali pemakaian, bahkan 1 kali pemakaian.

Jika tidak bisa diganti, maka penggunaannya adalah dari waktu buka puasa hingga sahur, yang sebaiknya dibagi dalam rentang waktu yang sama (lihat gambar atas).

Penggunaan obat empat kali sehari tidak dianjurkan saat berpuasa, terutama untuk penggunaan antibiotik. Jadi, diskusikan ini kepada dokter yang meresepkan obat.

Baca Juga: 15 Obat-obatan yang Dapat Menyebabkan Rambut Rontok

Beberapa obat yang umum digunakan saat puasa

Penyesuaian Cara Minum Obat saat Puasa, Perhatikan ya!ilustrasi obat-obatan (pexels.com/Karolina Grabowska)
  • Obat hipertensi

Sekarang obat hipertensi sudah banyak diformulasikan untuk pemakaian sekali dalam sehari. Apabila dokter meresepkan obat hipertensi seperti ini, lebih disarankan agar obat diminum saat sahur. Tujuannya supaya obat tersebut dapat mengendalikan tekanan darah selama kamu beraktivitas pada siang hari.

  • Obat maag

Jika dokter meresepkan obat yang hanya digunakan sekali dalam sehari (misalnya omeprazole, lansoprazole, esomeprazole, atau pantoprazole) sebaiknya minum pada malam hari sebelum tidur.

Sementara itu, untuk obat maag yang lazimnya diberikan dua kali sehari (misalnya ranitidine, cimetidine, atau famotidine) sebaiknya minum pada malam hari sebelum tidur dan saat makan sahur. Ini karena asam lambung mencapai kadar paling tinggi saat dini hari, sehingga sebaiknya diminum malam hari untuk mencegah kenaikan asam lambung berlebihan.

  • Obat diabetes

Obat diabetes yang hanya perlu diminum satu kali sehari (misalnya glimepiride, glibenclamide, atau glipizide) sebaiknya diminum saat berbuka puasa untuk mengontrol kadar gula dalam darah. Karena, pada waktu tersebut ada kecenderungan kadar gula darah akan meningkat berlebihan.

Namun, apabila kamu diresepkan obat diabetes untuk digunakan dua kali dalam sehari (misalnya metformin), maka lebih disarankan untuk diminum saat berbuka puasa dan pada malam hari sebelum tidur.

Hindari penggunaan obat diabetes saat makan sahur agar terhindar dari hipoglikemia (gula darah rendah) saat berpuasa pada siang harinya.

  • Obat kolesterol

Obat penurun kolesterol (simvastatin, atrovastatin, atau rosuvastatin) paling baik diminum pada pukul 19.00–21.00 atau saat menjelang tidur malam, karena memberikan efek yang lebih baik.

Mengelola pengobatan selama puasa Ramadan

Penyesuaian Cara Minum Obat saat Puasa, Perhatikan ya!ilustrasi waktu minum obat (freepik.com/freepik)

Individu yang perlu terus mengonsumsi obat harus menyesuaikan jadwal pengobatan agar bisa meminumnya antara waktu buka puasa dan makan sahur.

Untuk obat yang diminum beberapa kali dalam sehari, strategi yang direkomendasikan termasuk memilih formulasi jangka panjang (misalnya, obat lepas lambat/sustained release) atau mengubah rejimen dosis menjadi satu atau dua kali sehari (American Family Physician, 2015).

Regimen yang disarankan tersedia untuk kondisi kronis tertentu, termasuk penyakit Parkinson, penyakit tiroid, dan penyakit jantung, meskipun diperlukan lebih banyak informasi (Canadian Pharmacists Journal, 2017).

Untuk kondisi jangka pendek yang memerlukan pengobatan, seperti antibiotik untuk infeksi atau obat antiinflamasi nonsteroid untuk nyeri, obat dengan dosis sekali sehari harus dipilih.

Bentuk sediaan non oral seperti suntikan, inhalasi, supositoria, dan obat tetes mata/telinga biasanya diperbolehkan selama puasa, meskipun ada beberapa variasi pertimbangan.

Untuk kondisi tertentu seperti migrain, sebisa mungkin hindari pemicunya, seperti tidak melewatkan makan sahur, tetap terhidrasi dengan baik pada malam hari, dan menghindari panas jika memungkinkan.

Bagi individu dengan hipertensi, dokter juga harus mengingatkan pasiennya untuk mencegah dehidrasi, memantau tekanan darah secara teratur, dan memperhatikan tanda-tanda hipotensi seperti pusing dan sakit kepala ringan.

Diabetes adalah salah satu kondisi yang paling menantang untuk ditangani selama bulan Ramadan, dan pasien diabetes memerlukan pemantauan ketat.

Sebuah tinjauan sistematis menemukan bahwa puasa mungkin dilakukan pada pasien diabetes, bahkan jika mereka bergantung pada insulin (Diabetology & Metabolic Syndrome, 2017).

Namun, puasa dapat meningkatkan risiko hipoglikemia dan ketoasidosis diabetikum.

Selain itu, individu yang menyesuaikan pengobatannya lebih mungkin mengalami hipoglikemia parah selama bulan puasa (Diabetes Care, 2004).

Edukasi individual selama bulan Ramadan dapat membantu umat orang dengan diabetes tipe 2 menurunkan berat badan, meningkatkan kontrol glikemik, dan menghindari hipoglikemia berat.

Sediaan obat yang tidak membatalkan puasa

Penyesuaian Cara Minum Obat saat Puasa, Perhatikan ya!ilustrasi menggunakan obat tetes mata (pexels.com/Karolina Grabowska)

Para ahli medis maupun agama sepakat bahwa beberapa bentuk sediaan obat di bawah ini tidak membatalkan puasa:

  • Obat tetes mata dan tetes telinga.
  • Obat-obat yang diabsorpsi melalui kulit (salep, krim, dan plester).
  • Obat yang digunakan melalui vagina, seperti supositoria.
  • Obat-obat yang disuntikkan, baik melalui kulit, otot, sendi, dan vena, kecuali pemberian makanan secara intravena.
  • Pemberian gas oksigen dan anestesi.
  • Obat yang diselipkan di bawah lidah.
  • Obat kumur, sejauh tidak tertelan.

Kalau masih bingung, tanyakan kepada dokter mengenai penyesuaian cara minum obat saat puasa yang disesuaikan dengan kondisi kamu, ya!

Baca Juga: 12 Obat yang Berbahaya Jika Konsumsinya Dihentikan Tiba-tiba

Topik:

  • Nurulia R F

Berita Terkini Lainnya