7 Hal Penting seputar Vaksin HPV untuk Mencegah Kanker Serviks

Vaksin kanker serviks dikabarkan akan gratis mulai tahun ini

Vaksin untuk kanker serviks atau vaksin HPV akan menjadi vaksin wajib di Indonesia. Ini diungkapkan oleh Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin saat Pertemuan Diaspora Kesehatan Indonesia Kawasan Amerika & Eropa yang diunggah di YouTube, Minggu (18/4).

Program vaksinasi wajib ini diproyeksikan berjalan sejak tahun 2021. Namun, pada tahun lalu program ini baru berlangsung di dua provinsi dan lima kabupaten/kota. Kementerian Kesehatan RI menyebut bahwa program vaksin HPV dimulai dengan menyasar pelajar perempuan di sekolah dasar (kelas 5 dan 6) dan diberikan sebanyak dua kali.

Sebagian besar kasus kanker serviks dikaitkan dengan human papillomavirus (HPV), infeksi menular seksual. Imunisasi luas dengan vaksin HPV dapat mengurangi dampak kanker serviks dan kanker lain yang disebabkan oleh HPV di seluruh dunia. Termasuk vaksinasi penting, inilah hal-hal yang perlu kamu tahu tentang vaksin HPV untuk mencegah kanker serviks.

1. Apa itu vaksin HPV

Vaksin HPV melindungi kita dari infeksi HPV. HPV adalah kelompok lebih dari 200 virus terkait, yang lebih dari 40 jenisnya menyebar melalui kontak seksual langsung. Di antaranya, dua jenis HPV menyebabkan kutil kelamin, dan sekitar selusin jenis HPV dapat menyebabkan beberapa jenis kanker—serviks atau leher rahim, dubur, orofaringeal, penis, vulva, dan vagina.

Dilansir National Cancer Institute, tiga vaksin yang mencegah infeksi HPV penyebab penyakit, sebagai contoh yang telah mengantongi lisensi di Amerika Serikat (AS), adalah Gardasil, Gardasil 9, dan Cervarix.

Sejak 2016, Gardasil 9 menjadi satu-satunya vaksin HPV yang digunakan di AS. Vaksin ini mencegah infeksi dengan sembilan jenis HPV berikut ini:

  • HPV tipe 6 dan 11, yang menyebabkan 90 persen kutil kelamin.
  • HPV tipe 16 dan 18, dua HPV risiko tinggi yang menyebabkan sekitar 70 persen kanker serviks dan persentase yang lebih tinggi dari beberapa kanker penyebab HPV lainnya.
  • HPV tipe 31, 33, 45, 52, dan 58, HPV risiko tinggi yang menyebabkan tambahan 10 hingga 20 persen dari kanker serviks.

Cervarix mencegah infeksi dengan tipe 16 dan 18, sementara Gardasil mencegah infeksi dengan tipe 6, 11, 16, dan 18. Kedua vaksin tersebut masih digunakan di beberapa negara lain.

Mengutip keterangan dalam laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), di Indonesia ada dua jenis vaksin HPV yang beredar, yaitu bivalen dan tetravalen. Bivalen mengandung dua tipe virus HPV (16 dan 18) yang dapat mencegah kanker leher rahim, sedangkan tetravalen mengandung 4 tipe virus HPV (6,11,16,dan 18) yang dapat mencegah sekaligus kanker leher rahim serta kutil kelamin.

2. Untuk siapa vaksin HPV dan kapan harus diberikan?

7 Hal Penting seputar Vaksin HPV untuk Mencegah Kanker Serviksilustrasi vaksin HPV untuk mencegah kanker serviks (cphpost.dk)

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika (CDC) merekomendasikan agar vaksin HPV diberikan kepada anak perempuan dan laki-laki antara usia 11 dan 12 tahun. Vaksin dapat diberikan sejak usia 9 tahun. Ini dianggap ideal bagi mereka untuk mendapatkan vaksin sebelum mengalami kontak seksual dan terpapar HPV. Penelitian telah menunjukkan bahwa menerima vaksin pada usia muda tidak terkait dengan aktivitas seksual yang lebih dini.

Setelah seseorang terinfeksi HPV, vaksin mungkin tidak efektif. Juga, respons terhadap vaksin lebih baik pada usia yang lebih muda daripada pada usia yang lebih tua.

CDC merekomendasikan bahwa semua anak berusia 11 dan 12 tahun menerima dua dosis vaksin HPV setidaknya dalam jarak enam bulan. Remaja yang lebih muda usia 9 dan 10, dan remaja usia 13 dan 14 tahun juga dapat menerima vaksinasi sebanyak dua dosis. Penelitian telah menunjukkan bahwa dua dosis efektif untuk anak usia di bawah 15 tahun.

Remaja dan dewasa muda yang memulai rangkaian vaksin (usia 15 hingga 26 tahun), harus menerima tiga dosis vaksin.

CDC merekomendasikan vaksinasi HPV untuk semua orang hingga usia 26 tahun yang tidak divaksinasi secara memadai.

Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) juga telah menyetujui penggunaan Gardasil 9 untuk laki-laki dan perempuan usia 9 hingga 45 tahun. Jika kamu berusia 27 hingga 45 tahun, diskusikan dengan dokter apakah kamu direkomendasikan untuk mendapatkan vaksin HPV.

Dua dosis vaksin HPV direkomendasikan untuk kebanyakan orang yang memulai rangkaian vaksinasi sebelum usia 15 tahun. 

  • Dosis kedua vaksin HPV harus diberikan 6 sampai 12 bulan setelah dosis pertama.
  • Remaja yang menerima dua dosis kurang dari 5 bulan akan membutuhkan dosis ketiga vaksin HPV.

Tiga dosis vaksin HPV direkomendasikan untuk remaja dan dewasa muda yang memulai rangkaian vaksinasi pada usia 15 hingga 26 tahun, dan untuk orang dengan gangguan kekebalan tubuh.

  • Jadwal tiga dosis yang direkomendasikan adalah 0, 1-2, dan 6 bulan.
  • Tiga dosis direkomendasikan untuk orang dengan gangguan kekebalan (termasuk mereka yang terinfeksi HIV) berusia 9 hingga 26 tahun.

Saat ini, pemberian vaksin HPV di Indonesia disarankan pada remaja perempuan mulai dari usia 10 tahun ke atas sedangkan di luar negeri vaksinasi HPV juga disarankan untuk remaja laki-laki.

Pada remaja, biasanya penyuntikan vaksin dilakukan secara intramuskular di deltoid, yaitu otot bahu yang terbesar. Vaksin diberikan sebanyak tiga kali dengan jadwal pemberian vaksin pada bulan 0, lalu 1 atau 2 bulan setelah penyuntikan pertama tergantung jenis vaksin (bivalen atau tetravalen), dan terakhir 6 bulan setelah penyuntikan pertama, mengutip laman IDAI.

Apabila ada jadwal pemberian vaksin yang terlewat karena sakit atau hal lain maka pemberian vaksin tidak harus diulang dari awal, cukup dengan melengkapi dosis yang tertinggal tersebut.

3. Siapa yang tidak disarankan untuk menerima vaksin HPV?

Vaksin HPV tidak dianjurkan untuk ibu hamil atau orang yang sedang sakit parah. Beri tahu dokter jika kamu memiliki alergi parah, termasuk alergi terhadap ragi atau lateks. Juga, jika pernah mengalami reaksi alergi yang mengancam jiwa terhadap komponen apa pun dari vaksin atau dosis vaksin sebelumnya, kamu tidak boleh mendapatkan vaksin HPV.

Baca Juga: 7 Fakta Human Papillomavirus, Penyebab Utama Kanker Serviks

4. Kontradiksi dan kewaspadaan

7 Hal Penting seputar Vaksin HPV untuk Mencegah Kanker ServiksIlustrasi vaksinasi (IDN Times/Herka Yanis)

Reaksi alergi yang parah (misalnya, anafilaksis) terhadap komponen vaksin atau setelah dosis vaksin HPV sebelumnya merupakan kontraindikasi untuk menerima vaksin HPV, mengutip CDC.

  • Vaksin HPV 9-valen diproduksi di Saccharomyces cerevisiae (ragi roti) dan dikontraindikasikan untuk orang dengan riwayat hipersensitivitas langsung terhadap ragi.
  • Penyakit akut sedang atau berat adalah kewaspadaan untuk vaksinasi, dan vaksinasi harus ditunda sampai gejala penyakit akut membaik.
  • Penyakit akut ringan (misalnya, diare atau infeksi saluran pernapasan atas ringan, dengan atau tanpa demam) bukan merupakan alasan untuk menunda vaksinasi.

5. Apakah vaksin HPV memberi manfaat pada seseorang yang sudah aktif secara seksual?

Jawabannya adalah ya. Mengutip Mayo Clinic, bahkan jika seseorang sudah memiliki satu jenis HPV, orang tersebut masih bisa mendapat manfaat dari vaksin karena dapat memberi perlindungan dari HPV jenis lain. Namun, tidak ada vaksin yang dapat mengobati infeksi HPV yang sudah ada. Vaksin hanya melindungi seseorang dari jenis HPV tertentu yang belum terpapar sebelumnya.

6. Potensi efek samping

7 Hal Penting seputar Vaksin HPV untuk Mencegah Kanker Serviksilustrasi vaksinasi (IDN Times/Herka Yanis)

Vaksin HPV telah terbukti aman dalam banyak penelitian. Secara keseluruhan, efeknya biasanya ringan. Efek samping yang paling umum dari vaksin HPV termasuk rasa sakit, bengkak, atau kemerahan di lokasi suntikan.

Terkadang, pusing atau pingsan terjadi setelah penyuntikan. Tetap duduk selama 15 menit setelah injeksi dapat mengurangi risiko pingsan. Sakit kepala, mual, muntah, kelelahan atau kelemahan juga dapat terjadi.

7. Langkah perlindungan dari kanker serviks jika kamu tidak termasuk dalam kelompok usia vaksin yang direkomendasikan

HPV menyebar melalui kontak seksual, baik oral, vagina, atau anal. Untuk melindungi diri dari HPV, praktikkan seks aman dengan kondom setiap kali berhubungan seks. Selain itu, jangan merokok karena kebiasaan buruk ini meningkatkan risiko kanker serviks.

Untuk mendeteksi kanker serviks pada tahap paling awal, temui dokter untuk tes Pap smear rutin dimulai pada usia 21 tahun. Perlu digarisbawahi bahwa vaksin HPV tidak dimaksudkan untuk menggantikan Pap smear. Skrining rutin untuk kanker serviks melalui Pap smear dimulai usia 21 tahun tetap menjadi bagian penting dari perawatan kesehatan preventif.

Segera cari bantuan medis segera jika kamu melihat tanda atau gejala kanker serviks, yaitu pendarahan vagina setelah berhubungan seks, antara periode haid atau setelah menopause, nyeri panggul, atau rasa sakit saat berhubungan seks.

Baca Juga: Peran Vaksin, Skrining, dan Perawatan dalam Melawan Kanker Serviks

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya