Ternyata Ada 12 Jenis Asma, Kamu Sudah Tahu?

Apa pun jenisnya, tetap penting untuk mengelola gejala

Intinya Sih...

  • Ada beberapa jenis asma dengan gejala dan pemicu berbeda yang dapat menimbulkan rasa tidak nyaman, walaupun pada dasarnya asma tetap dianggap sebagai kondisi tunggal.
  • Tujuan pengobatan asma adalah untuk memperbaiki gejala, mengurangi risiko rawat inap, dan meminimalkan efek samping obat.
  • Ada beberapa subtipe asma tambahan, termasuk asma alergi, non alergi, akibat kerja, obesitas, nokturnal, karena obat/virus/glukokortikoid/eosinofilik.

Kalau kamu didiagnosis dengan asma, dokter akan mengevaluasi tingkat keparahan kondisi. Pada sebagian orang, gejala hanya muncul sesekali sebagai respons terhadap pemicu spesifik. Sementara bagi orang lain, gejala lebih sering muncul.

Dokter mengklasifikasikan asma kronis menjadi empat jenis mulai dari intermiten ringan hingga persisten parah. Ada juga istilah berbeda yang digunakan untuk menggambarkan eksaserbasi asma akut, juga dikenal sebagai serangan asma. Jenis lain dari istilah terkait asma digunakan untuk menggambarkan subtipe asma tertentu, atau fenotipe.

Ada beberapa jenis asma dengan gejala dan pemicu berbeda yang dapat menimbulkan rasa tidak nyaman, walaupun pada dasarnya asma tetap dianggap sebagai kondisi tunggal.

Selain itu, beberapa jenis asma tumpang tindih, yang artinya dua atau lebih jenis mungkin kamu alami.

1. Klasifikasi asma kronis

Asma dianggap sebagai penyakit paru-paru kronis atau jangka panjang yang mana gejalanya bisa datang dan pergi. Namun, asma kronis merujuk pada kasus jika kamu mengalami gejala asma lebih sering.

Dilansir Healthline, tanda dan gejalanya bisa termasuk:

  • Mengi atau bunyi siuan saat bernapas.
  • Batuk.
  • Saluran udara bengkak.
  • Lendir di saluran udara.

Dokter akan menentukan tingkat keparahan dan kontrol asma berdasarkan seberapa sering kamu mengalami gejala dan fungsi paru-paru, berdasarkan hasil tes spirometri dan peak flow meter. Asma dapat berubah dari satu kategori ke kategori lainnya.

Asma kronis diklasifikasikan ke dalam empat kategori, menurut National Institutes of Health (NIH) 2007 Guidelines for the Diagnosis and Management of Asthma.

Asma intermiten ringan

Asma intermiten ringan berarti kamu mengalami gejala, seperti mengi dan batuk, hingga dua hari per minggu. Kamu mungkin juga mengalami serangan asma pada malam hari hingga dua kali per bulan.

Setiap gejala asma yang terjadi lebih sering dari ini dianggap “terus-menerus”.

Asma persisten ringan

Sebagai jenis asma persisten yang paling ringan, memiliki asma persisten ringan berarti kamu memiliki gejala lebih dari dua hari per minggu, tetapi tidak setiap hari. Gejala malam hari dapat terjadi tiga sampai empat kali per bulan.

Pada asma persisten ringan, tingkat ekspirasi puncak seseorang, ukuran kecepatan ekspirasi maksimum, lebih besar dari 80 persen prediksi atau terbaik personal dalam detik pertama saat mengembuskan napas ketika diukur dengan peak flow meter. Tes ini dilakukan ketika seseorang asimtomatik.

Asma persisten sedang

Kamu cenderung mengalami gejala setiap hari. Asma kambuh dapat berlangsung beberapa hari, agak membatasi aktivitas sehari-hari.

Orang dengan asma persisten sedang dapat mengalami gangguan tidur pada malam hari setidaknya sekali seminggu, meskipun tidak setiap malam.

Pada asma persisten sedang yang tidak diobati, tingkat ekspirasi puncak seseorang berada dalam kisaran 60 hingga 80 persen, yang diukur selama detik pertama ekspirasi menggunakan peak flow meter.

Asma persisten yang parah

Ini adalah bentuk asma kronis yang paling serius, tetapi paling jarang. Dengan asma jenis ini, kamu mengalami gejala sepanjang hari, setiap hari.

Gejala pada malam hari dapat terjadi sesering tujuh kali per minggu. Kamu mungkin mengalami keterbatasan parah saat beraktivitas.

Jika tidak diobati, asma persisten yang parah dapat menyebabkan tingkat ekspirasi puncak kurang dari 60 persen dari prediksi atau terbaik personal, yang diukur selama detik pertama ekspirasi dengan peak flow meter.

Kebanyakan penderita asma tidak akan mengembangkan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan banyak penderita PPOK tidak menderita asma. Namun, dimungkinkan untuk mengalami keduanya. Sindrom tumpang tindih asma-PPOK/asthma-COPD overlap syndrome (ACOS) terjadi ketika seseorang memiliki dua kondisi ini sekaligus.

Tujuan pengobatan asma adalah untuk memperbaiki gejala, mengurangi risiko rawat inap dan hilangnya fungsi paru-paru, dan meminimalkan efek samping obat asma, seperti kortikosteroid oral.

Manajemen asma yang efektif biasanya berfokus pada pencegahan. Ini bisa berarti kunjungan rutin yang mana seorang dokter akan menilai gejala, memantau fungsi paru-paru, menyesuaikan obat bila perlu, mengedukasi, dan menjelaskan tindakan untuk menghindari pemicu.

Secara umum, orang dengan asma intermiten ringan biasanya hanya membutuhkan inhaler penyelamat untuk mengatasi gejalanya. Biasanya tidak perlu pengobatan setiap hari karena gejala hanya muncul sesekali.

Namun, obat pengontrol kronis biasanya diperlukan pada kasus asma persisten. Sangat penting bagi semua pasien asma memiliki akses langsung ke bronkodilator inhalasi dengan onset aksi yang cepat untuk meredakan gejala asma dengan cepat.

Orang dengan asma persisten sering kali perlu minum obat asma setiap hari. Ini dapat membantu mengendalikan asma, bahkan jika tidak mengalami gejala harian. Obat-obatan ini dianggap sebagai obat kontrol jangka panjang dan bekerja dengan mengurangi peradangan di saluran udara.

Tergantung obat spesifiknya, obat kontrol jangka panjang dapat tersedia dalam bentuk inhaler atau tablet.

Jenis yang diresepkan dokter beserta dosisnya dapat tergantung pada gejala individual dan tingkat keparahannya.

Jika asma tergolong sedang hingga parah, dokter mungkin akan meresepkan lebih dari satu obat.

Sementara obat kontrol jangka panjang dapat membantu mengurangi frekuensi serangan asma, kamu juga memerlukan obat lain jika terjadi. Penting untuk menyimpan obat-obatan ini agar kamu dapat mengobati gejala saat muncul.

Untuk orang dengan asma persisten ringan, dokter mungkin meresepkan obat kortikosteroid inhalasi dosis rendah. Kortikosteroid inhalasi digunakan dengan menghirupnya dengan cepat. Biasanya ini digunakan sekali atau dua kali sehari.

Jika asma disebabkan oleh olahraga, dokter mungkin akan menginstruksikan kamu untuk menggunakan inhaler penyelamat sebelum olahraga untuk mencegah gejala.

2. Terminologi asma akut

Ternyata Ada 12 Jenis Asma, Kamu Sudah Tahu?ilustrasi inhaler untuk asma (pexels.com/Luci)

Sering disebut "serangan asma", asma akut mengacu pada penyakit paru-paru yang memburuk secara tiba-tiba, menyebabkan gejala yang dapat meliputi batuk, mengi, peningkatan sesak napas, dan sesak dada.

Gejala ini juga dapat terjadi dengan atau tanpa pengobatan jangka panjang. Sementara inhaler penyelamat dapat digunakan selama serangan asma akut, asma akut dapat mengancam jiwa dan memerlukan rawat inap.

Dilansir StatPearls, istilah berikut juga dapat digunakan untuk menggambarkan eksaserbasi (flare) asma akut.

Asma akut berat

Ini mengacu pada gejala parah yang tiba-tiba muncul yang mungkin kamu alami sepanjang hari.

Jenis eksaserbasi asma yang mengancam jiwa ini dapat disebabkan oleh penghentian rencana perawatan asma atau penyakit akut, seperti infeksi saluran pernapasan bagian atas.

Dengan serangan asma akut berat, kamu mungkin mengalami gejala tambahan:

  • Pernapasan cepat.
  • Kesulitan bernapas saat berbaring.
  • Berkeringat.
  • Detak jantung cepat.
  • Ketidakmampuan untuk berjalan atau berbicara.
  • Kebingungan.

Kalau mengalami salah satu gejala di atas, segera cari pertolongan medis darurat terdekat.

Asma yang mengancam jiwa

Dalam beberapa kasus, eksaserbasi asma akut dapat mengancam jiwa. Faktanya, sebagai gambaran diperkirakan 25.000 hingga 50.000 orang dirawat di perawatan intensif setiap tahun di Amerika Serikat karena asma yang mengancam jiwa(Chest Journal, 2022).

Asma yang mengancam jiwa dapat menyebabkan penurunan oksigen darah yang signifikan (hipoksemia), atau terlalu banyak karbon dioksida (hiperkapnia). Keduanya dapat disebabkan oleh pernapasan yang tidak memadai.

Di rumah sakit, pengobatan biasanya termasuk obat bronkodilator untuk membantu membuka saluran udara dan steroid untuk mengurangi peradangan. Intubasi atau ventilasi mekanis juga mungkin diperlukan.

Asma yang hampir fatal

Asma yang hampir fatal menggambarkan eksaserbasi gejala yang dapat mematikan tanpa rawat inap. Sementara penyebab pastinya dapat bervariasi, faktor risikonya mungkin termasuk:

  • Memiliki riwayat serangan asma yang hampir fatal.
  • Tidak minum obat, atau baru-baru ini menghentikan rencana pengobatan.
  • Tinggal di lingkungan perkotaan.
  • Kurangnya akses ke perawatan kesehatan yang berkualitas.
  • Memiliki kondisi medis lain seperti penyakit kardiovaskular.
Ternyata Ada 12 Jenis Asma, Kamu Sudah Tahu?ilustrasi sesak napas (freepik.com/freepik)

Selain klasifikasi asma kronis dan eksaserbasi asma akut, ada subtipe tambahan yang digunakan untuk memberikan wawasan tentang asma. Ini juga dapat membantu memprediksi bagaimana kamu dapat menanggapi pengobatan.

Mengarakterisasi asma dapat membantu mengidentifikasi pemicu spesifik dan memandu pengembangan pengobatan baru untuk membantu mengelola dan mencegah serangan.

Subtipe di bawah ini mungkin kronis atau akut, jadi penting untuk mendiskusikannya dengan dokter dan mengikuti rencana perawatan yang sesuai untuk setiap jenisnya.

3. Asma alergi

Mayoritas orang mengalami serangan asma yang dipicu oleh alergi, alias asma alergi.

Alergen adalah zat yang menyebabkan reaksi alergi yang bisa masuk ke dalam tubuh melalui inhalasi, menelan, atau injeksi.

Asma alergi terjadi karena sistem kekebalan mengidentifikasi alergen sebagai ancaman. Ketika orang dengan asma akibat alergi bersentuhan dengan zat pemicu, tubuh merespons dengan melepaskan antibodi yang disebut imunoglobulin E.

Immunoglobulin E menyebabkan sel sistem kekebalan melepaskan bahan kimia yang menghasilkan peradangan di paru-paru.

Zat alergen umum meliputi:

  • Kecoak.
  • Tungau debu rumah tangga.
  • Mold (kapang).
  • Serpihan kulit mati hewan yang memiliki bulu (dander), urine, tinja, air liur, dan bulu hewan.
  • Jamur.
  • Serbuk sari

Gejala asma klasik disertai dengan gejala alergi, seperti:

  • Hidung tersumbat.
  • Hidung meler.
  • Tenggorokan gatal.
  • Bersin.
  • Mata gatal, merah, dan/atau berair.

Tes kulit atau darah yang dilakukan oleh dokter dapat menentukan pemicu spesifik dan apakah asma yang disebabkan oleh alergi bersifat musiman atau sepanjang tahun.

4. Asma non alergi

Ternyata Ada 12 Jenis Asma, Kamu Sudah Tahu?ilustrasi asma pada perempuan (freepik.com/freepik)

Antara 10 persen dan 33 persen dari semua pasien asma memiliki asma non alergi (Frontiers in Immunology, 2018). Biasanya ini berkembang di kemudian hari dibandingkan dengan asma alergi.

Beberapa penelitian menunjukkan asma non alergi lebih parah daripada bentuk lainnya. Beberapa penelitian juga menyarankan itu lebih umum pada perempuan (Thorax, 2012).

Gejala asma non alergi dapat dipicu oleh beberapa hal, seperti:

  • Cuaca dingin.
  • Kelembapan.
  • Stres.
  • Olahraga.
  • Heartburn atau refluks asam.
  • Polusi, asap, atau iritan lain di udara.
  • Infeksi pernapasan (misalnya pilek atau flu).
  • Bau dan semprotan yang kuat.

Hal-hal yang dapat menyebabkan asma non alergi meliputi:

  • Asap tembakau lingkungan.
  • Infeksi virus.
  • Kondisi medis lainnya.

Kondisi seperti rinosinusitis (radang rongga hidung dan sinus) dan penyakit gastroesophageal reflux (GERD) sering memengaruhi orang dengan asma non alergi dan dapat berkontribusi pada perkembangannya.

Tidak ada tes khusus yang dapat mendiagnosis asma non alergi. Diagnosis dapat melibatkan tes kulit dan darah untuk menyingkirkan alergi.

Orang dengan asma non alergi mungkin tidak memerlukan perawatan selain dari yang biasanya diresepkan untuk asma. Namun, beberapa orang dengan asma non alergi tidak merespons kortikosteroid inhalasi dengan baik. Obat ini digunakan sebagai obat pencegahan harian untuk asma sedang hingga berat.

Jika kortikosteroid inhalasi tidak berhasil untuk, kamu mungkin memerlukan obat pencegahan lain, seperti:

  • Leukotriene modifier.
  • Long-acting beta-agonist (LABA).
  • Long-acting muscarinic antagonist (LAMA).

Baca Juga: Studi: Polusi Kendaraan Picu Risiko Asma pada Anak-anak

5. Asma yang dipicu olahraga

Asma yang disebabkan oleh olahraga (exercise-induced asthma), yang sekarang disebut sebagai exercise-induced bronchoconstriction (EIB), dipicu oleh olahraga atau aktivitas fisik.

Menurut American College of Allergy, Asthma & Immunology, hingga 90 persen orang dengan jenis asma apa pun mungkin memiliki gejala yang berhubungan dengan olahraga. Namun, banyak orang dengan EIB tidak memenuhi kriteria diagnosis asma.

Pada EIB, tabung bronkial (saluran udara) menyempit saat berolahraga (Seminars in Respiratory and Critical Care Medicine, 2018). Dipercaya bahwa pernapasan cepat selama berolahraga dapat mengeringkan tabung bronkial, yang kemudian menyempit. 

Biasanya, gejala dimulai saat berolahraga namun bisa terus memburuk selama 10–15 menit setelah berhenti. Gejala umumnya hilang dalam waktu 30 menit. Akan tetapi, lebih aman siap sedia dan gunakan inhaler penyelamat daripada menunggu untuk melihat apakah kamu akan membaik tanpanya.

Ketika dikombinasikan dengan olahraga, faktor-faktor tertentu dapat membuat EIB lebih mungkin terjadi. Ini termasuk:

  • Cuaca dingin atau lingkungan yang dingin (seperti di arena skating).
  • Udara panas (seperti saat yoga panas).
  • Klorin dalam kolam renang.
  • Polusi udara atau iritan udara lainnya.
  • Infeksi pernapasan baru-baru ini atau serangan asma.
  • Jumlah serbuk sari yang tinggi (terutama jika kamu juga punya asma alergi).
  • Bau seperti parfum, cat, pembersih, dan karpet baru atau peralatan olahraga.

Aktivitas fisik intensitas rendah (berjalan, hiking) atau olahraga dengan aktivitas singkat (bisbol, gulat, senam) cenderung memicu EIB.

EIB bisa memiliki beberapa gejala yang tidak umum pada asma, seperti:

  • Penurunan ketahanan (endurance).
  • Sakit perut.
  • Sakit tenggorokan.

6. Asma varian batuk

Ternyata Ada 12 Jenis Asma, Kamu Sudah Tahu?ilustrasi batuk (freepik.com/jcomp)

Batuk adalah cara tubuh membersihkan diri dari iritan asing, partikel, mikroba, lendir, bakteri, dan alergen lainnya. Dengan memaksa udara keluar dari paru-paru, tubuh berusaha menghilangkan partikel yang dianggap berbahaya.

Meskipun demikian, batuk terus-menerus bisa menjengkelkan. Cara menghilangkannya adalah dengan mengenali penyebabnya.

Sayangnya, orang-orang dengan asma varian batuk atau cough-variant asthma (CVA) mengalami batuk kering, bukan batuk berdahak, dan gejalanya cenderung cuma batuk. 

CVA sulit didiagnosis. CVA sering salah didiagnosis sebagai batuk kronis karena memiliki beberapa gejala asma nontradisional. Selain tes asma standar, dokter mungkin memesan tes dahak (sejenis lendir yang keluar dari paru-paru melalui batuk) untuk mencari sel darah putih yang sering meningkat akibat asma.

Gejala dan komplikasi CVA dapat meliputi:

  • Batuk terus-menerus.
  • Kesulitan bernapas atau sesak napas.
  • Sesak dada.
  • Mengi.
  • Serangan asma.
  • Gangguan tidur.
  • Kelelahan.
  • Pusing.
  • Muntah.

Menurut studi, kecuali diobati secara memadai, 30 hingga 40 persen orang dewasa dengan CVA dapat mengembangkan asma klasik atau mengalami komplikasi yang lebih serius (Current Respiratory Medicine Reviews, 2011).

Orang-orang dengan CVA juga berisiko mengalami:

  • Penyempitan permanen pada saluran bronkial.
  • Pneumonia.
  • Paru-paru kolaps.
  • Gagal paru-paru.
  • Tulang rusuk patah.
  • Serangan asma yang tidak menanggapi pengobatan.

Kortikosteroid inhalasi adalah perawatan andalan dan membantu memastikan CVA tidak berkembang menjadi jenis asma yang lebih parah.

7. Asma akibat kerja

Beberapa pekerjaan membuat kamu terpapar zat yang dapat menyebabkan asma akibat kerja atau occupational asthma (OA).

Kalau kamu memiliki asma jenis lain, paparan yang sama di tempat kerja dapat memperburuk gejala.

Lebih dari 250 zat diyakini menyebabkan dan memicu gejala OA. Biasanya, gejala hanya dipicu oleh zat yang kamu sering terpapar.

Pemicu umum meliputi:

  • Hewan.
  • Beberapa jenis kapang.
  • Produk pembersih.
  • Bahan kimia termasuk asam klorida, sulfur dioksida, dan amonia.
  • Debu dari kayu, tepung, atau biji-bijian.
  • Serangga.
  • Lateks.
  • Cat.

Banyak pula pemicu potensial lainnya.

Banyak orang dengan asma yang diperantarai IgE (alergi) mengalami gejala rinitis akibat kerja (alergi hidung) sebelum timbulnya gejala OA.

Gejala dari paparan terkait pekerjaan dapat langsung terjadi atau membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk berkembang.

Paparan asap, gas, debu, atau iritasi lainnya secara teratur menyebabkan OA. Paparan tersebut dapat merusak saluran udara secara langsung atau menyebabkan sensitisasi terhadap zat penyebab.

Dengan kepekaan, tubuh secara bertahap mengembangkan reaksi kekebalan yang tidak normal terhadap suatu zat. Kamu berisiko terkena OA jika bekerja di/pada:

  • Toko roti.
  • Fasilitas manufaktur detergen.
  • Fasilitas pembuatan obat.
  • Tanah pertanian.
  • Elevator biji-bijian.
  • Laboratorium (terutama yang melibatkan hewan).
  • Fasilitas pemrosesan logam.
  • Pabrik.
  • Fasilitas manufaktur plastik.
  • Fasilitas pengerjaan kayu.

Daftar ini tidak lengkap. Banyak tempat kerja lain yang mungkin memaparkan kamu pada zat yang berpotensi memicu reaksi.

Kalau kamu mengatasi asma masa kanak-kanal atau memiliki riwayat asma dalam keluarga, kemungkinan besar kamu akan mengembangkan OA.

Jika dokter mendiagnosis kamu dengan asma dan mengesampingkan alergi musiman sebagai pemicu, dokter dapat mulai menyelidiki penyebab terkait pekerjaan. Ini dapat membantu jika kamu memberikan daftar bahan kimia yang ada di tempat kerja.

Langkah selanjutnya dapat meliputi:

  • Menguji alergen dengan tes kulit atau tes darah.
  • Tes pernapasan selama hari kerja.
  • Bronkoprovokasi, atau dengan sengaja mengiritasi saluran udara dengan pemicu yang dicurigai, untuk melihat apakah fungsi paru-paru turun setidaknya 20 persen.

OA kadang salah didiagnosis sebagai bronkitis. Jika kamu didiagnosis dengan bronkitis namun pengobatannya tidak efektif dan gejalanya cenderung lebih buruk di tempat kerja daripada di tempat lain, beri tahu dokter.

Mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat sangat penting. Jika OA tidak terkendali, kerusakan paru-paru permanen bisa terjadi.

Perawatan asma standar biasanya digunakan untuk OA. Selain itu, kamu perlu mengambil langkah-langkah untuk menghindari pemicu jika memungkinkan. Beberapa orang perlu beralih pekerjaan untuk menghindari pemicunya.

8. Asma obesitas

Ternyata Ada 12 Jenis Asma, Kamu Sudah Tahu?ilustrasi obesitas (freepik.com/jcomp)

Asma obesitas atau obese asthma adalah jenis asma yang baru diidentifikasi. Ini tampaknya berbeda dari jenis asma lainnya, bahkan pada orang dengan obesitas. Studi genetika dalam American Journal of Physiology-Lung Cellular and Molecular Physiology pada Januari 2015 menunjukkan adanya penyempitan saluran napas berasal dari mekanisme yang berbeda.

Asma obesitas adalah diagnosis yang berdiri sendiri. Penelitian menunjukkan bahwa kondisi ini memiliki dasar genetik dan molekuler yang berbeda ditambah banyak karakteristik unik lainnya. Tidak semua orang yang obesitas dan menderita asma mengidap asma obesitas.

Baca Juga: Dehumidifier Baik untuk Penderita Asma? Ini Faktanya!

9. Asma nokturnal

Apakah kamu mengalami gejala asma yang memburuk pada malam hari?

Diklasifikasikan sebagai asma nokturnal, jenis asma ini melibatkan gejala yang sama dengan jenis asma lainnya, tetapi diperburuk pada jam malam (McGill Journal of Medicine, 2009).

Gejalanya antara lain batuk, mengi, sesak napas atau kesulitan bernapas, dan peradangan saluran napas.

Dalam serangkaian survei pasien asma dari berbagai negara, gejala asma nokturnal dilaporkan pada 47 hingga 75 persen kasus. Apa pun jenis asma yang dimiliki, kamu mungkin mengalami kesulitan bernapas pada malam hari.

Tidak jelas apakah ada faktor ritme sirkadian atau aspek tambahan dari tidur yang memperburuk gejala asma.

Beberapa pemicu yang dapat memperburuk gejala asma pada malam hari meliputi:

  • Sedang pilek, flu, atau mengalami infeksi virus.
  • Debu atau alergen lainnya.
  • Merokok.
  • Refluks asam.
  • Obat anti inflamasi atau pereda nyeri atau beta-blocker.

Asma nokturnal telah terbukti berdampak negatif terhadap kinerja mental pada anak-anak. Sebuah studi dalam jurnal Archives of Diseases in Children menemukan bahwa anak-anak yang tidurnya terganggu oleh asma nokturnal juga menunjukkan tanda-tanda masalah psikologis dan gangguan fungsi di sekolah.

Kabar baiknya, para peneliti menemukan bahwa fungsi mental membaik saat gejala asma diobati.

Perawatan untuk asma nokturnal hampir sama dengan perawatan asma bentuk lain, yaitu dengan inhaler dan obat lain.

10. Asma karena obat

Ternyata Ada 12 Jenis Asma, Kamu Sudah Tahu?ilustrasi obat-obatan (IDN Times/Aditya Pratama)

Asma karena obat atau medication-induced asthma dipicu oleh aspirin dan beberapa obat lain. Ini diyakini memiliki kerentanan genetik.

Asma karena obat bisa menjadi diagnosis yang berdiri sendiri atau dapat ditambahkan ke diagnosis asma sebelumnya. Ini biasanya memperburuk asma yang sudah ada sebelumnya. Ini bisa parah dan bahkan fatal (Medicine, 2016).

11. Asma yang disebabkan oleh virus

Pada asma yang disebabkan oleh virus atau viral-induced asthma, infeksi saluran pernapasan (misalnya pilek, flu, atau COVID-19) dapat memicu atau memperburuk asma.

Menurut studi, diperkirakan 50 persen serangan asma akut dipicu oleh virus (European Respiratory Journal, 2014).

Jenis ini juga bisa menjadi diagnosis yang berdiri sendiri atau tambahan.

12. Asma resistan glukokortikoid

Ternyata Ada 12 Jenis Asma, Kamu Sudah Tahu?ilustrasi anak dengan asma (pixabay.com/Victoria_Borodinova)

Asma yang resisten glukokortikoid adalah subtipe asma. Ini ditentukan oleh gejala yang tidak merespons pengobatan steroid yang sering digunakan untuk asma (BioMed Research International, 2018). Ini sangat mungkin menjadi parah.

Asma yang resistan terhadap glukokortikoid selalu merupakan tambahan untuk diagnosis asma sebelumnya.

13. Asma eosinofilik

Dilansir Healthline, asma eosinofilik adalah jenis asma kronis parah yang disebabkan oleh peningkatan sel darah eosinofil yang dapat mengobarkan dan merusak jaringan paru-paru. Ini biasanya berkembang pada masa dewasa dan dapat diobati dengan perawatan asma tradisional.

Namun, jika kamu didiagnosis dengan asma jenis ini dan tidak merespons obat-obatan biasa, dokter mungkin merekomendasikan terapi biologis, suatu bentuk pengobatan asma parah melalui suntikan.

14. Asma onset anak-anak dan asma onset dewasa

Ternyata Ada 12 Jenis Asma, Kamu Sudah Tahu?ilustrasi asma pada anak (pexels.com/cottonbro studio)

Asma paling sering berkembang selama masa kanak-kanak sebelum usia 5 tahun. Ini disebut sebagai asma masa kanak-kanak atau asma onset anak. Menurut StatPearls, hingga 50 persen anak-anak dengan asma mungkin mengalami gejala asma yang membaik pada masa dewasa awal.

Namun, asma dapat berkembang pada usia berapa pun. Asma yang dimulai selama masa dewasa disebut asma dewasa atau late-onset, dan menurut National Heart Lung and Blood Institute, ini terutama menyerang perempuan.

Pada jenis asma apa pun, mengedukasi diri tentang kondisi penting dalam mengelola gejala.

Setiap orang dengan asma juga harus memiliki rencana tindakan dan pengobatan. Rencana tindakan asma dikembangkan dengan dokter dan mencantumkan langkah-langkah yang perlu diambil jika terjadi serangan asma.

Karena asma yang ringan sekalipun memiliki kemungkinan untuk bertambah parah, kamu harus mengikuti rencana perawatan dari dokter dan melakukan pemeriksaan rutin.

Baca Juga: 16 Makanan dan Minuman yang Meredakan Asma, Melegakan Pernapasan!

Topik:

  • Nurulia R F

Berita Terkini Lainnya