Apa Saja Jenis Pemeriksaan Epilepsi pada Anak?

Dimulai dengan cek riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik

Epilepsi adalah suatu kondisi otak yang menyebabkan anak mengalami kejang. Ini adalah salah satu gangguan paling umum pada sistem saraf. Penyakit ini menyerang anak-anak dan orang dewasa.

Otak terdiri dari sel-sel saraf yang berkomunikasi satu sama lain melalui aktivitas listrik. Kejang terjadi ketika satu atau lebih bagian otak mengalami ledakan sinyal listrik abnormal yang mengganggu sinyal normal otak.

Apa pun yang mengganggu koneksi normal antar sel saraf di otak dapat menyebabkan kejang. Ini termasuk demam tinggi, gula darah tinggi atau rendah, penghentian alkohol atau obat-obatan, atau gegar otak. Namun, bila seorang anak mengalami dua kali kejang atau lebih tanpa diketahui penyebabnya, ini didiagnosis sebagai epilepsi.

Untuk mendiagnosis epilepsi pada anak, dokter biasanya akan memulainya dengan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik. Alat diagnostik tambahan termasuk pemeriksaan neurologis, elektroensefalografi, tes pencitraan, dan tes genetik.

1. Pemeriksaan riwayat kesehatan dan fisik

Karena dokter jarang menyaksikan kejang pada anak, dokter akan mengumpulkan riwayat kesehatan terperinci untuk membantu mendiagnosis epilepsi dan membedakannya dari kondisi lain.

Dilansir NYU Langone Hospitals, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan mengajukan pertanyaan kepada orang tua/pengasuh dan anak tentang kejang yang dialami. Ini dapat meliputi:

  • Bagaimana kejang dimulai? Apakah ada pemicunya?
  • Berapa lama kejang berlangsung?
  • Apakah kurang tidur atau stres yang tidak biasa mendahului episode tersebut?
  • Apakah anak baru-baru ini sakit?
  • Apakah anak pernah mengonsumsi obat apa pun, termasuk obat bebas, alkohol, atau obat-obatan terlarang?
  • Apa yang dilakukan anak sebelum serangan terjadi? Apakah anak berbaring, duduk, berdiri, bangkit dari posisi berbaring, atau berolahraga?
  • Apakah anak kehilangan kesadaran atau mengalami gangguan mental atau fisik?
  • Jenis gerakan apa yang terlibat—misalnya, menyentak, mengunyah atau gerakan tangan secara otomatis, mata menyimpang atau berkedip, kepala menoleh ke satu sisi, kehilangan kendali kandung kemih, atau menggigit lidah?
  • Apakah anak tertidur atau menjadi bingung setelah kejang?

Mencatat informasi tentang kejang dapat membantu dokter anak memastikan bahwa itu adalah kejang dan membantu menentukan jenisnya.

Karena kejang mungkin disebabkan oleh kelainan medis, pemeriksaan fisik merupakan bagian penting dari konsultasi pertama. Pemeriksaan dan tes laboratorium tertentu dapat memberi tahu dokter anak apakah hati, ginjal, dan sistem organ lainnya berfungsi dengan baik.

2. Pemeriksaan neurologis

Apa Saja Jenis Pemeriksaan Epilepsi pada Anak?ilustrasi pemeriksaan kesehatan anak (freepik.com/DCStudio)

Pemeriksaan ini membantu dokter menentukan apakah ada gangguan fungsi otak. Selama pemeriksaan ini, ahli saraf menilai fungsi mental, seperti kemampuan mengingat kata dan memberi nama objek.

Dokter kemudian mengevaluasi otot, indra, refleks, gaya berjalan, dan koordinasi anak. Ini membantu mengidentifikasi pola kelemahan atau kehilangan sensorik dan mendeteksi tanda-tanda halus dari masalah neurologis.

Baca Juga: Apa Itu SUDEP pada Epilepsi? Komplikasi Epilepsi Terburuk

3. Elektroensefalografi

Apabila dokter mencurigai epilepsi, elektroensefalografi (EEG), dapat dilakukan. Ini adalah tes paling spesifik untuk mendiagnosis epilepsi, karena tes ini mencatat aktivitas listrik otak.

EEG adalah prosedur yang aman dan tidak menimbulkan rasa sakit, yang mana elektroda ditempelkan pada kulit kepala dengan pasta atau lem khusus yang dapat dilepas. Elektroda dihubungkan dengan kabel ke mesin EEG yang mencatat aktivitas listrik di otak selama 20 hingga 40 menit.

Karena ruangan sepi dan sering kali penerangannya remang-remang, anak mungkin tertidur saat pemeriksaan EEG rutin. Ini ideal untuk diagnosis, karena EEG yang mengukur aktivitas otak saat anak terjaga dan tidur dapat memberikan informasi tambahan.

Selama EEG, teknisi atau dokter mungkin meminta anak untuk membuka dan menutup mata beberapa kali, menyinari kilatan cahaya ke mata, atau meminta anak bernapas dengan cepat atau dalam. Kadang, dokter meminta anak untuk tetap terjaga sepanjang malam sebelum EEG dilakukan. Kurang tidur dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya lonjakan epileptik.

  • EEG rawat jalan

Kadang, hasil EEG rutin normal atau hanya menunjukkan temuan kecil dan tidak spesifik. Pada beberapa orang, gelombang otak yang mengindikasikan epilepsi hanya terjadi setiap beberapa jam sekali atau hanya setelah satu jam tidur, dan EEG rutin mungkin tidak menangkap gelombang tersebut. Dokter anak mungkin menginginkan rekaman yang lebih lama yang mencakup periode terjaga dan tidur yang lama.

EEG rawat jalan dapat merekam aktivitas otak hingga 72 jam dengan alat perekam khusus. Alat perekam ini, yang ukurannya sedikit lebih besar dari smartphone, memungkinkan anak melakukan rutinitas rutinnya. Ini bisa dikenakan di pinggang, dengan kawat di bawah atau di luar baju anak.

EEG rawat jalan dapat berlangsung dari 24 hingga 72 jam. Dokter mungkin meminta orang tua/pengasuh atau anak untuk membuat catatan harian tentang aktivitas selama masa pengujian. Kebanyakan perekam memiliki tombol “event” yang dapat ditekan oleh anak jika mereka mengalami gejala kejang, seperti merasa linglung atau bingung.

  • EEG video

Pemantauan video EEG memungkinkan dokter melihat perilaku dan aktivitas otak anak secara bersamaan. Ini memungkinkan dokter untuk melihat korelasi antara aktivitas kejang di otak dan gejala serta tindakan anak selama kejang.

Dengan prosedur medis ini, dokter anak dapat memastikan apakah anak mengalami serangan epilepsi dan, jika ya, apa jenisnya dan dari mana asalnya di otak.

Rekaman video EEG dapat digunakan baik saat anak berada di rumah sakit atau di rumah. Saat anak dirawat di rumah sakit, dokter dapat menginduksi kejang dengan aman dan secara umum memperoleh hasil yang lebih baik dibandingkan saat menunggu terjadinya kejang di rumah.

4. Tes pencitraan

Apa Saja Jenis Pemeriksaan Epilepsi pada Anak?ilustrasi MRI otak (pexels.com/Anna Shvets)

Dokter menggunakan berbagai tes pencitraan yang berbeda untuk membantu menentukan penyebab epilepsi anak.

  • MRI

Dalam pemindaian MRI, medan magnet dan gelombang radio menghasilkan gambar otak 2D atau 3D yang terkomputerisasi. Dokter mungkin menggunakan MRI untuk melihat struktur otak dengan lebih baik dan mencari masalah apa pun yang mungkin menyebabkan kejang.

  • CT scan

CT scan adalah jenis sinar-X yang menghasilkan gambar detail jaringan dan organ dalam. Pemindaian ini dapat membantu dokter mengidentifikasi kelainan otak yang mungkin menyebabkan kejang, seperti jaringan parut, tumor, atau kelainan bentuk pembuluh darah. Dokter juga dapat mengidentifikasi masalah sirkulasi cairan tulang belakang.

Pemindaian CT tidak sedetail pemindaian MRI, tetapi pemeriksaan ini cepat dan bisa membantu selama keadaan darurat.

  • Single-photon emission CT

Ini adalah alat pencitraan yang mengungkapkan aliran darah di otak.

Selama tes, sejumlah kecil senyawa radioaktif disuntikkan ke pembuluh darah di lengan anak. Senyawa ini mengalir ke berbagai wilayah otak, dan partikel yang dipancarkannya diukur. Jumlah partikel yang banyak menandakan aliran darah yang lebih banyak pada suatu area tertentu.

Hasil tes ditampilkan sebagai gambar di monitor komputer, dengan warna berbeda yang mewakili tingkat aliran darah berbeda. Jika pemindaian dilakukan selama atau segera setelah kejang, hal ini mungkin menunjukkan peningkatan aliran darah di area otak tempat kejang terjadi.

Komputer dapat membandingkan hasil CT scan emisi foton tunggal dengan hasil yang diperoleh segera setelah kejang untuk menunjukkan dengan lebih baik dari mana kejang berasal di otak.

  • PET scan

Pemindaian PET menggunakan sejumlah kecil glukosa radioaktif, atau gula, untuk menghasilkan gambaran otak secara detail. Hal ini memungkinkan dokter untuk melihat aliran darah dan aktivitas sel otak serta menentukan seberapa baik otak memetabolisme gula.

Pemeriksaan ini membantu dokter anak menentukan seberapa baik otak berfungsi dan mengidentifikasi area otak tempat terjadinya kejang fokal. Area yang tidak menggunakan gula dengan baik sering kali merupakan bagian otak yang sama dengan tempat terjadinya kejang.

  • Magnetic resonance (MR) spectroscopy

Ini menggunakan mesin MRI untuk menganalisis komponen molekuler jaringan di area tertentu di otak. Hal ini membantu dokter membedakan kejang dari kondisi lain, seperti kelainan metabolisme, tumor, atau stroke. Ini juga memberi dokter cara lain untuk melihat jaringan yang mungkin menyebabkan kejang.

  • MRI fungsional

MRI fungsional menggunakan mesin MRI standar untuk mengidentifikasi fungsi otak selama tugas tertentu. Tes ini mengukur perubahan oksigen dan aliran darah ke area tertentu di otak selama tugas tertentu.

Selama tes ini, dokter mungkin meminta anak untuk melakukan tugas berulang-ulang, seperti membaca paragraf pendek atau mengucapkan kata-kata sederhana. Area otak yang digunakan untuk tugas-tugas ini kemudian disorot saat pemindaian.

Dengan menganalisis data ini, dokter dapat menentukan area otak yang penting untuk bahasa atau memori, yang penting ketika mempertimbangkan perawatan bedah untuk kejang.

  • Magnetoencephalography

Ini adalah teknik pencitraan untuk mengidentifikasi dan menganalisis aktivitas otak. Cara kerjanya adalah dengan mencatat dan mengukur medan magnet yang dihasilkan di otak.

Detektor yang ditempatkan di dekat kepala merekam gelombang magnet di antara kejang, yang kemudian dipetakan dalam tiga dimensi pada gambar MRI atau CT otak anak. Tes ini dapat membantu dokter memusatkan perhatian pada bagian otak tempat terjadinya kejang, dan melihatnya dalam tiga dimensi. Ini juga dapat membantu memetakan area otak yang bertanggung jawab atas gerakan, indra, dan bahasa.

  • Electrical source imaging

Electrical source imaging menggunakan rekaman EEG kepadatan tinggi. Hal ini dilakukan melalui jaringan 128 hingga 256 sensor yang ditempatkan di atas kepala, dikombinasikan dengan pencitraan otak MRI dan model matematika untuk memetakan area otak yang bertanggung jawab menghasilkan aktivitas epilepsi.

Tes rawat jalan serupa dengan EEG biasa, berlangsung sekitar satu jam, mencatat aktivitas yang terjadi di antara kejang, yang dikenal sebagai aktivitas interiktal. Para ahli menganalisis data untuk memahami sumber aktivitas di otak dan membantu merencanakan pembedahan untuk pengobatan kejang yang tidak terkontrol.

5. Pengujian genetik

Pengujian genetik dapat membantu dokter menentukan penyebab epilepsi anak. Informasi dari pengujian genetik dapat menentukan obat antikejang yang akan diresepkan. Ini juga dapat membantu dokter lebih memahami hasil diagnosis jangka panjang.

Dokter mungkin menggunakan panel gen epilepsi, yang mengevaluasi gen paling umum yang terkait dengan epilepsi, atau dokter mungkin menganalisis kromosom anak untuk mencari kelainan yang terkait dengan epilepsi.

Pilihan pengujian genetik lainnya adalah whole exome sequencing. Pendekatan ini menilai seluruh kode DNA untuk mencari mutasi gen yang terkait dengan epilepsi. Dokter biasanya menganalisis DNA dari sampel darah anak. Dalam beberapa kasus, DNA bisa dianalisis dari sampel air liur.

Kadang, dokter menyarankan pengujian genetik pada orang tua untuk memahami penyebab epilepsi anak.

Kenali gejala epilepsi pada anak

Apa Saja Jenis Pemeriksaan Epilepsi pada Anak?ilustrasi anak kejang (pexels.com/Tatiana Syrikova)

Gejala anak bergantung pada jenis kejangnya. Menurut Johns Hopkins Medicine, gejala umum atau tanda peringatan kejang meliputi:

  • Tatapan kosong.
  • Gerakan menyentak pada lengan dan kaki.
  • Kekakuan tubuh.
  • Hilangnya kesadaran.
  • Masalah pernapasan atau berhenti bernapas.
  • Hilangnya kontrol usus atau kandung kemih
  • Jatuh secara tiba-tiba tanpa sebab yang jelas, apalagi jika dikaitkan dengan hilangnya kesadaran.
  • Tidak merespons kebisingan atau kata-kata untuk waktu yang singkat
  • Tampak bingung.
  • Menganggukkan kepala secara ritmis, ketika dikaitkan dengan hilangnya kesadaran atau kesadaran.
  • Periode mata berkedip cepat dan menatap.

Selama kejang, bibir anak mungkin menjadi biru dan pernapasannya mungkin tidak normal. Setelah kejang, anak mungkin mengantuk atau bingung.

Gejala kejang mungkin sama dengan gejala kondisi kesehatan lainnya. Pastikan anak menemui dokter untuk pemeriksaan epilepsi atau kondisi medis lainnya dan mendapatkan diagnosis akurat.

Baca Juga: Apakah Epilepsi Bisa Menyebabkan Kematian?

Topik:

  • Nurulia R F

Berita Terkini Lainnya