Apa Itu MERS Coronavirus atau MERS-CoV?

Salah satu penyakit yang perlu diwaspadai jemaah haji

Intinya Sih...

  • MERS-CoV, atau sering disingkat MERS, adalah penyakit infeksi saluran pernapasan akibat virus pada manusia dan unta dromedaris yang disebabkan oleh coronavirus. 
  • Spektrum klinis infeksi MERS berkisar dari tanpa gejala (asimtomatik) atau gejala pernapasan ringan hingga penyakit pernapasan akut berat dan kematian.
  • Dalam kasus yang parah, MERS berkembang menjadi pneumonia dan gagal napas yang memerlukan ventilasi mekanis. Gagal ginjal juga bisa terjadi.

Kementerian Kesehatan Arab Saudi melaporkan tiga kasus pada manusia, termasuk satu kematian, akibat virus corona Middle East respiratory syndrome (MERS) yang mematikan dan sangat menular antara tanggal 10 dan 17 April.

Ketiga kasus tersebut adalah laki-laki dari Riyadh berusia antara 56 dan 60 tahun dengan kondisi kesehatan bawaan dan bukan petugas kesehatan, kata Badan Kesehatan Dunia (WHO) dalam buletinnya.

Ketiga kasus tersebut secara epidemiologis terkait dengan paparan di fasilitas layanan kesehatan di Riyadh, meskipun penyelidikan sedang dilakukan untuk memverifikasi hal ini dan memahami jalur penularannya.

Sejak awal tahun 2024, total empat kasus dan dua kematian telah dilaporkan di Arab Saudi. Pemberitahuan mengenai kasus-kasus ini tidak mengubah penilaian risiko WHO secara keseluruhan, yang masih bersifat moderat baik pada tingkat global maupun regional.

Apa itu MERS coronavirus (MERS-CoV) atau penyakit MERS? Seberapa bahaya penyakit ini?

Apa itu penyakit MERS?

MERS-CoV, atau sering disingkat MERS, adalah penyakit infeksi saluran pernapasan akibat virus pada manusia dan unta dromedaris yang disebabkan oleh coronavirus. 

Unta dromedarius (Camelus dromedarius) telah dikonfirmasi oleh beberapa penelitian sebagai inang alami dan sumber zoonosis infeksi MERS-CoV pada manusia. Spesies lain mungkin rentan terhadap infeksi MERS-CoV. Namun, signifikansi epidemiologisnya belum terbukti.

Walaupun dampak MERS terhadap kesehatan hewan sangat rendah, tetapi infeksi pada manusia mempunyai dampak yang signifikan terhadap kesehatan masyarakat.

Virus ini menyebabkan penyakit pernapasan ringan hingga sedang. Namun, dalam beberapa kasus gejalanya parah dan bisa berujung pada kematian.

MERS pertama kali dilaporkan pada tahun 2012. Penyakit ini paling banyak ditemukan di negara-negara Timur Tengah, seperti Arab Saudi, Yordania, dan Yaman. Beberapa kasus juga ditemukan pada orang yang pernah melakukan perjalanan ke Timur Tengah.

Penularan

Apa Itu MERS Coronavirus atau MERS-CoV?ilustrasi partikel virus MERS (flickr.com/NIAID)

Virus MERS bertransmisi seperti virus corona yang lain, yaitu menyebar dari sekresi saluran pernapasan (droplet). Akan tetapi, mekanisme penyebaran virus secara tepat belum diketahui dengan pasti.

Penularan infeksi MERS dari manusia ke manusia terutama terjadi di layanan kesehatan, sedangkan penularan infeksi MERS dari hewan ke manusia masih belum diketahui. Namun, hingga saat ini unta cenderung menjadi reservoir utama penyebab penyakit MERS dan sumber hewan infeksi pada manusia.

Penularan dari hewan ke manusia

MERS-CoV merupakan virus zoonosis yang ditularkan dari hewan ke manusia melalui kontak langsung atau tidak langsung dengan unta dromedaris yang terinfeksi di beberapa negara Timur Tengah, Afrika, dan Asia Selatan.

Penularan dari manusia ke manusia

Walaupun menular, tetapi MERS tidak menyebar dengan cepat, tidak seperti COVID-19. Penularan MERS memerlukan kontak dekat, seperti antar anggota keluarga atau di tempat layanan kesehatan.

Virus ini dapat menular antar manusia secara terbatas, dan tidak terdapat transmisi penularan antar manusia yang berkelanjutan.

Kemungkinan penularannya dapat melalui:

  • Langsung: Melalui percikan dahak (droplet) pada saat pasien batu atau bersin
  • Tidak langsung: Melalui kontak dengan benda yang terkontaminasi virus

Sebanyak 80 persen kasus konfirmasi yang dilaporkan di Arab Saudi diakibatkan dari kontak langsung dan tidak langsung dengan unta dromedaris yang terinfeksi di fasilitas pelayanan kesehatan.

Sementara itu, kasus yang teridentifikasi di luar Timur Tengah umumnya adalah individu yang terinfeksi di Timur Tengah dan kemudian melakukan perjalanan ke daerah di luar wilayah tersebut.

Baca Juga: Mengenal Perbandingan antara SARS, MERS, dan COVID-19

Gejala

Spektrum klinis infeksi MERS berkisar dari tanpa gejala (asimtomatik) atau gejala pernapasan ringan hingga penyakit pernapasan akut berat dan kematian.

Gejala khas MERS adalah demam, batuk, dan sesak napas.

Pneumonia merupakan temuan umum, tetapi pasien MERS mungkin tidak selalu mengalaminya.

Gejala gastrointestinal, termasuk diare, juga telah dilaporkan.

Penyakit parah dapat menyebabkan gagal napas yang memerlukan ventilasi mekanis atau dukungan di unit perawatan intensif.

Lansia, orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, dan orang-orang yang memiliki penyakit kronis seperti penyakit ginjal, kanker, penyakit paru-paru kronis, hipertensi, penyakit kardiovaskular, dan diabetes tampaknya memiliki risiko lebih besar mengalami penyakit parah.

Diagnosis

Apa Itu MERS Coronavirus atau MERS-CoV?ilustrasi pemeriksaan dokter (pexels.com/cottonbro studio)

Dokter akan menanyakan riwayat kesehatan kamu. Dokter juga akan menanyakan kapan kamu terkena MERS. Dokter akan bertanya tentang perjalanan kamu baru-baru ini dan kontak dengan orang sakit. Dokter mungkin juga bertanya tentang kontak baru-baru ini dengan unta.

Kamu akan menjalani tes untuk memeriksa penyebab gejala. Gejala MERS juga bisa disebabkan oleh penyakit lain. Tes yang kamu butuhkan mungkin meliputi:

  • Rontgen dada: Untuk memeriksa masalah pada paru-paru.
  • Tes darah: Untuk memeriksa bahan kimia tertentu yang dapat menunjukkan apakah kamu mengidap virus MERS atau penyakit lainnya.
  • Swab hidung atau tenggorokan: Sebuah tongkat dengan sepotong kecil kapas di ujungnya diusap ke dalam hidung atau tenggorokan untuk memeriksa virus di lendir hidung.
  • Kultur tinja: Sampel kecil tinja dikumpulkan dari rektum atau dari tinja. Sampel diperiksa untuk virus.
  • Kultur dahak: Sampel kecil lendir yang dikeluarkan dari paru-paru dikumpulkan dan diperiksa untuk virus.

Pengobatan

Saat ini belum ada obat khusus untuk MERS. Karena MERS disebabkan oleh virus, antibiotik tidak efektif, dan pada saat ini dokter hanya mampu memberikan perawatan suportif untuk membantu mengelola gejalanya.

Beberapa orang yang didiagnosis MERS mengalami gejala yang sangat parah, dan sekitar sepertiganya meninggal dunia.

Para peneliti sedang berupaya mengidentifikasi pengobatan untuk virus tersebut dan mengurangi tingkat kematian. Upaya penelitian dan pengembangan difokuskan pada obat antivirus, antibodi monoklonal, dan terapi lainnya.

Komplikasi yang bisa terjadi

Apa Itu MERS Coronavirus atau MERS-CoV?ilustrasi pasien dirawat di rumah sakit (freepik.com/DC Studio)

Dalam kasus yang parah, MERS berkembang menjadi pneumonia dan gagal napas yang memerlukan ventilasi mekanis. Gagal ginjal juga bisa terjadi.

Sekitar 35 persen pasien MERS meninggal dunia. Namun, persentase sebenarnya mungkin lebih rendah karena tidak mencakup kasus-kasus ringan yang tidak terdiagnosis dan tidak dilaporkan.

Mereka yang paling mungkin terkena penyakit parah memiliki kondisi kesehatan mendasar yang melemahkan sistem kekebalan tubuh, seperti:

  • Kanker.
  • Penyakit jantung kronis.
  • Penyakit ginjal kronis.
  • Penyakit paru-paru kronis.
  • Diabetes.

Pencegahan

MERS dapat dicegah dengan cara-cara berikut ini:

  • Pakai masker jika sakit atau sedang berada di keramaian.
  • Menjaga kebersihan tangan dengan membiasakan cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir.
  • Tidak menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan tangan yang belum dibersihkan.
  • Istirahat cukup, asupan gizi yang baik, dan tidak merokok.
  • Tidak mengonsumsi produk hewani yang mentah atau setengah matang, termasuk susu dan daging karena berisiko terinfeksi berbagai patogen yang menyebabkan penyakit pada manusia.
  • Menghindari kontaminasi silang dengan makanan mentah.
  • Membatasi kontak dengan kasus yang sedang diselidiki dan bila tak terhindarkan buat jarak dengan kasus, serta tidak kontak dekat dengan orang sedang sakit saat berada di kawasan Timur Tengah.
  • Menerapkan etika batuk ketika sakit.
  • Bagi jemaah haji dan umroh disarankan menghindari kontak erat dengan penderita/hewan penular.
  • Jika mengunjungi peternakan, pasar, atau tempat lain di mana unta dromedaris dan hewan lain berada, harus menerapkan perilaku menjaga kebersihan seperti mencuci tangan dengan teratur sebelum dan sesudah menyentuh hewan dan harus menghindari kontak dengan hewan yang sakit.

Kelompok risiko tinggi

Apa Itu MERS Coronavirus atau MERS-CoV?Ilustrasi jemaah haji (unsplash.com/Windi Setyawan)
  • Orang yang melakukan perjalanan ke Timur Tengah (atau daerah terjangkit).
  • Orang yang kontak langsung atau tidak langsung dengan unta yang terinfeksi di Timur Tengah.
  • Orang yang melakukan kontak langsung dengan penderita MERS atau ISPA berat.
  • Tenaga Kerja Indonesia, mahasiswa, jemaah haji dan umrah, wisatawan, atau pebisnis yang berada di kawasan Timur Tengah.

Baca Juga: 3 Vaksin Haji 2024 yang Diwajibkan Arab Saudi

Referensi

Infeksi Emerging Kementerian Kesehatan. Diakses pada Mei 2024. Middle East Respiratory Syndrome (MERS).
World Organisation for Animal Health. Diakses pada Mei 2024. Middle East respiratory syndrome (MERS).
Johns Hopkins Medicine. Diakses pada Mei 2024. Middle East Respiratory Syndrome (MERS).
World Health Organization. Diakses pada Mei 2024. Middle East respiratory syndrome coronavirus (MERS-CoV).
Centers for Disease Control and Prevention. Diakses pada Mei 2024. Middle East Respiratory Syndrome / MERS - CDC Yellow Book 2024.
Cleveland Clinic. Diakses pada Mei 2024. Middle East Respiratory Syndrome (MERS).

Topik:

  • Nurulia R F

Berita Terkini Lainnya