ilustrasi jantung (healthline.com)
Obat beta-blocker seperti Metoprolol dapat memblokir efek hormon epinefrin dan norepinefrin yang menyebabkan respons fight-or-flight pada tubuh. Beta-blocker sering kali digunakan untuk mengobati pasien dengan kondisi kardiovaskular.
Dilansir Medical News Today, profesor Departemen Kardiologi dan Nefrologi dari University of Oslo di Norwegia, Sverre E. Kjeldsen, mengatakan bahwa epinefrin dan norepinefrin dalam pasien COVID-19 dilepaskan dalam jumlah besar. Akibatnya, beberapa organ pun rusak, dan salah satunya adalah paru-paru.
“Pengobatan dengan Metoprolol, beta-blocker adrenoreseptor selektif beta-1, setidaknya menghambat sebagian efek destruktif ini,” kata Sverre yang tak terlibat dalam penelitian di Spanyol tersebut.
Selain itu, dalam penelitiannya yang dimuat pada 2020 dalam jurnal Blood Pressure, Sverre mengatakan bahwa obat beta-blocker dapat menjadi kandidat pengobatan untuk pasien COVID-19 gejala parah. Ini karena kemampuan obat beta-blocker yang mengurangi inflamasi dan akumulasi cairan paru-paru.
ilustrasi paru-paru (livescience.com)
Prediksi Sverre kemudian dibuktikan oleh para peneliti Spanyol dengan temuan tersebut. Metoprolol ditemukan dapat mengurangi kadar neutrofil pada paru-paru, sehingga aktivasi neutrofil lebih rendah. Dengan begitu, inflamasi paru-paru berkurang dan kadar oksigen dalam darah pun bertambah.
Para peneliti Spanyol mengungkapkan bahwa temuan tersebut memberikan wawasan terbaru mengenai peran beta-blocker Metoprolol terhadap neutrofil yang mendorong respons inflamasi pada paru-paru. Dengan begitu, Metoprolol bisa menjadi opsi terbaru yang efektif dan terjangkau untuk merawat COVID-19 parah.
"Kami melihat sangat sedikit terapi yang terbukti signifikan pada tahap akhir COVID-19... Dengan penelitian ini, jika teruji, akan membuka pendekatan baru dengan obat yang harganya sangat terjangkau," ujar Dr. Valentín F. Carulla, rekan peneliti dari CNIC.