Para ilmuwan dari Lee Kong Chian School of Medicine (LKCMedicine) di Nanyang Technological University (NTU), Singapura, menemukan bahwa orang Asia dengan jumlah lemak viseral alias lemak perut berlebih cenderung memiliki kemampuan berpikir, belajar, dan mengingat yang lebih buruk.
Temuan ini didasarkan pada analisis data kesehatan dari hampir 9.000 warga Singapura multietnis dan penduduk tetap yang dikumpulkan untuk studi Health for Life in Singapore (HELIOS) antara 2018 dan 2021.
Para ilmuwan menemukan bahwa peningkatan jenis lemak yang membungkus organ dalam (lemak viseral) dikaitkan dengan kinerja yang lebih buruk dalam tes kognitif memori, fungsi eksekutif, kecepatan pemrosesan, dan perhatian.
Ketika para ilmuwan meneliti hubungan antara lemak tubuh dan kognisi, menggunakan analisis statistik data genetik dari basis data global, mereka menemukan bahwa indeks massa tubuh (IMT) yang lebih tinggi dan rasio pinggang-pinggul yang disesuaikan dengan IMT juga terkait dengan penurunan kinerja kognitif.
Temuan ini diterbitkan dalam jurnal The Lancet Regional Health - Western Pacific pada 13 Februari 2023, menyoroti dampak pencegahan obesitas terhadap pemeliharaan fungsi kognitif.
"Dengan demensia yang diperkirakan menimpa 78 juta orang pada tahun 2030, dan 139 juta orang pada tahun 2050, memahami dan menangani faktor penentu fungsi kognitif merupakan prioritas utama kesehatan masyarakat.
Melalui studi kesehatan populasi Asia kami, kami mengamati hubungan antara lemak viseral dan kinerja kognitif yang lebih buruk, yang kemudian dikonfirmasi dengan analisis statistik data genetik global. Temuan ini meningkatkan kemungkinan bahwa pencegahan dan pengendalian obesitas pada populasi Asia dapat memainkan peran penting dalam mempertahankan fungsi kognitif dan melindungi dari risiko demensia di masa depan," kata Prof. John Chambers dari NTU LKCMedicine, penulis senior studi ini dan peneliti utama studi HELIOS seperti mengutip News Medical Life Sciences.