Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Kegiatan Penemuan Kasus Aktif (Active Case Finding/ACF) untuk skrining kasus Tuberkulosis (TBC) di Kota Semarang.
Kegiatan Penemuan Kasus Aktif (Active Case Finding/ACF) untuk skrining kasus Tuberkulosis (TBC) di Kota Semarang. (IDN Times/Dhana Kencana)

Intinya sih...

  • Salah satu faktor utama ketahanan Mycobacterium tuberculosis adalah dinding selnya yang sangat kaya akan lemak yang menghambat penetrasi antibiotik.

  • Bakteri TBC dapat bertahan dalam kondisi “tidur” di dalam tubuh manusia selama bertahun-tahun tanpa gejala, meningkatkan risiko kambuh bahkan setelah pengobatan selesai.

  • Kompleksitas dinding sel, dormansi, serta resistansi biologis yang tinggi menjadikan TBC sebagai tantangan besar kesehatan masyarakat.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Penyakit tuberkulosis (TBC) telah lama dikenal sebagai salah satu penyakit menular mematikan di dunia. Walaupun sudah tersedia terapi antibiotik, tetapi mikroorganisme penyebabnya memiliki tingkat ketahanan yang luar biasa, dan ini tidak terjadi secara kebetulan.

Menurut penjelasan dari pakar mikrobiologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Dr. dr. Inayati M.Kes., Sp.MK., kekuatan utama bakteri TBC terletak pada struktur dinding selnya yang tebal dan kaya akan lemak.

Ia menjelaskan bahwa dinding sel Mycobacterium tuberculosis, bakteri penyebab TBC, memiliki lapisan lemak rantai panjang yang disebut mycolic acid. Lapisan ini bersifat tidak larut air, sehingga obat-obatan berbasis air memerlukan waktu lebih lama untuk menembusnya.

“Itulah mengapa pengobatan TBC bisa berlangsung hingga enam bulan atau lebih. Bukan karena obatnya lemah, tetapi karena bakterinya memiliki pertahanan biologis yang luar biasa kuat,” ujar Dr. Inayati dilansir laman UMY.

Penelitian pun mengatakan hal serupa, bahwa dinding sel bakterinya terdiri dari peptidoglikan, arabinogalaktan, dan lapisan lemak mycolic acid yang sangat tahan terhadap penetrasi obat dan sistem imun tubuh.

TBC adalah tantangan besar kesehatan masyarakat

ilustrasi Bakteri Mycobacterium tuberculosis, penyebab TBC. (flickr.com/NIAID)

Karena struktur tersebut, Mycobacterium tuberculosis tak hanya sulit dihancurkan langsung oleh antibiotik, tetapi juga punya kemampuan untuk "tidur" (dorman) di dalam tubuh manusia dalam jangka waktu lama tanpa menimbulkan gejala, kemudian bisa "bangun" ketika sistem kekebalan tubuh menurun.

“Pasien yang sudah dinyatakan sembuh pun tetap memiliki risiko kambuh, karena sebagian bakteri bisa bertahan dalam kondisi tidak aktif dan sewaktu-waktu kembali aktif,” terang Dr. Inayati.

Selain itu, karakteristik biologis bakteri ini memperumit proses diagnosis: pertumbuhannya sangat lambat, kultur laboratorium bisa memakan waktu hingga enam minggu untuk mendeteksi keberadaannya. Untuk itu, kemudian digunakan metode molekuler seperti GenXpert (PCR) yang dapat mendeteksi gen spesifik dalam hitungan jam.

Kompleksitas dinding sel, dormansi, serta resistansi biologis yang tinggi menjadikan TBC sebagai tantangan besar kesehatan masyarakat. Karena itu, Dr. Inayati mengingatkan agar masyarakat tidak menyepelekan gejala awal TBC.

Gejala TBC

Gejala TBC terdiri dari gejala utama dan gejala penyerta atau tambahan.

  • Batuk terus-menerus. Batuk merupakan gejala utama TBC, terutama batuk yang berlangsung terus-menerus (kadang disertai dahak atau batuk darah) tanpa mempertimbangkan durasinya. Gejala ini disebabkan oleh infeksi yang mengganggu jalannya pernapasan. 

  • Penurunan nafsu makan. Batuk yang terus-menerus bahkan bisa menyulitkan orang dengan TBC untuk menelan makanan. Selain itu, ada beberapa efek ketika dalam pengobatan TBC, salah satunya gangguan nafsu makan dan masalah pencernaan.

  • Penurunan berat badan. Asupan nutrisi pada pasien TBC yang tidak tercukupi dengan baik menyebabkan mereka bisa kehilangan berat badan secara cepat dalam waktu singkat.

  • Demam: Demam menandakan bahwa sistem imun sedang bereaksi melawan infeksi bakteri. Ini sebabnya orang dengan TBC sering merasakan demam pada tahap awal masa infeksi aktif. Gejala ini kemudian hilang dan timbul dalam beberapa waktu. Waspadai jika demam tidak kunjung sembuh lebih dari dua minggu.

  • Berkeringat pada malam hari tanpa aktivitas. Salah satu gejala penyerta khas TBC adalah keringat berlebih pada malam hari walaupun tidak melakukan kegiatan atau aktivitas. Ciri TBC ini biasanya juga diikuti dengan tubuh lemas serta nyeri otot dan sendi.

  • Nyeri saat bernapas atau batuk. Perkembangan infeksi bakteri di paru-paru menyebabkan peradangan yang meningkatkan produksi lendir di organ tersebut. Penumpukan sel-sel mati di paru akibat serangan bakteri TBC makin menghambat keluar masuknya udara ke paru-paru. Kondisi ini membuat dada terasa nyeri saat bernapas maupun batuk.

  • Mudah lelah: TBC terjadi ketika daya tahan tubuh menurun. Akibat daya tahan tubuh yang lemah tersebut, badan akan terasa cepat lemas dan mudah lelah. Namun, dengan pengobatan yang disiplin, pasien dapat sembuh dan kembali melakukan aktivitas seperti biasa.

Jika kamu mengalami gejala-gejala di atas, segera periksakan diri ke dokter. Pemeriksaan dini sangat penting agar penanganan bisa dilakukan lebih awal dan efisien. Jika kamu ditemukan positif TBC, segera mulai pengobatan dan minum obat secara rutin sesuai instruksi dokter. Ingat, TBC bisa disembuhkan!

Referensi

Arundhati Maitra et al., “Cell Wall Peptidoglycan inMycobacterium Tuberculosis: An Achilles’ Heel for the TB-causing Pathogen,” FEMS Microbiology Reviews 43, no. 5 (June 7, 2019): 548–75, https://doi.org/10.1093/femsre/fuz016.

"Pakar Mikrobiologi UMY Ungkap Mekanisme Ketahanan Bakteri TBC terhadap Obat." Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Diakses November 2025.

"Ayo Kenali Gejala Tuberkulosis yang Perlu Diwaspadai, Mulai dari Batuk hingga Berat Badan Menurun." Kementerian Kesehatan RI. Diakses November 2025.

Editorial Team