Dalam kesimpulannya, para peneliti mengakui bahwa studi ini sebenarnya tidak secara langsung menarik hubungan antara pelecehan pada masa kanak-kanak dengan MS. Ini karena faktor tertentu seperti pola makan, asupan gizi, aktivitas fisik, dan kebiasaan merokok orang tua bisa memengaruhi risiko MS.
Meski terlihat bahwa pelecehan bisa meningkatkan risiko MS, para peneliti mengakui tidak mencatat keparahan pelecehan, durasinya, atau kapan pelecehan itu terjadi. Selain itu, keberadaan dukungan emosional untuk para partisipan yang mengalami pelecehan pada masa kanak-kanak juga tidak diketahui.
Akhirnya, studi ini menunjukkan bahwa MS tidak hanya mengenai gaya hidup, melainkan pelecehan pada masa lampau juga. Selain itu, dampak trauma juga bisa menyebabkan gangguan psikis yang menyulitkan para pasien MS merawat dirinya. Oleh karena itu, intervensi psikologis untuk pasien MS yang mengalami trauma amat dibutuhkan.