ilustrasi pemanis buatan (pexels.com/Towfiqu barbhuiya)
Para peneliti menganalisis lebih dari 103.000 orang dewasa di Prancis yang terlibat dalam studi nutrisi berbasis web untuk menyelidiki hubungan antara asupan pemanis buatan dan risiko penyakit kardiovaskular. Hampir 80 persen peserta adalah perempuan dan rata-rata berusia 42 tahun.
Peserta menyelesaikan kuesioner yang merinci konsumsi makanan mereka selama 24 jam. Mereka juga memberikan informasi tentang kesehatan, gaya hidup dan faktor sosiodemografi—termasuk aktivitas fisik, status merokok, dan informasi pribadi seperti pendidikan dan pekerjaan.
Para peneliti juga menugaskan peserta untuk menyelesaikan beberapa penilaian buku harian makanan pada awal penelitian dan setiap enam bulan sesudahnya. Ini memberi peneliti perkiraan berapa banyak pemanis buatan yang dikonsumsi peserta bersama dengan asupan makanan lain mereka—seperti buah-buahan, sayuran, daging merah, dan produk susu.
Secara keseluruhan, peneliti menemukan 37 persen peserta mengonsumsi pemanis buatan dalam beberapa bentuk. Peserta yang mengonsumsi sekitar 78 miligram (mg) pemanis buatan per hari dianggap "konsumen tinggi" dan mereka yang mengonsumsi sekitar 8 mg per hari diidentifikasi sebagai "konsumen rendah." Ada juga sekelompok peserta yang tidak mengonsumsi pemanis buatan.
Individu yang mengonsumsi pemanis buatan dalam jumlah yang lebih tinggi memiliki 9 persen peningkatan risiko penyakit kardiovaskular dibanding mereka yang tidak mengonsumsinya sama sekali. Ini termasuk individu yang lebih muda yang memiliki indeks massa tubuh (BMI) lebih tinggi, kurang aktif secara fisik, dan lebih cenderung merokok.
Para peneliti juga mempelajari berbagai jenis pemanis buatan dan menemukan asupan aspartam dikaitkan dengan peningkatan 17 persen risiko kejadian serebrovaskular, sementara acesulfame potassium dan sukralosa dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung koroner.