Jika leukemia menyerang leukosit dan limfoma menyerang sistem limfatik, maka multiple myeloma adalah kanker yang terjadi pada sel plasma darah sehingga mengakibatkan tubuh rentan terkena infeksi. Di Indonesia, dr. Nadia mencatat bahwa multiple myeloma berada di posisi ke-19 sebagai kanker yang paling umum terjadi.
“Kanker paling jarang dan paling 'bandel',” sebut dr. Nadia.
Multiple myeloma adalah kondisi produksi plasma berlebihan sehingga protein mieloma (protein M) merusak tulang dan sumsum yang memproduksi darah. Sementara opsi terapi terbatas pada tempo dulu, saat ini opsi terapi multiple myeloma sudah jauh lebih banyak sehingga angka kelangsungan hidup pasien jauh lebih tinggi.
Karena produksi plasma berlebihan, dr. Nadia memperingatkan akan risiko pembentukan gumpalan yang mengganggu ginjal, lever, jantung, dan organ tubuh lainnya. Saat ini, multiple myeloma tidak diketahui penyebabnya, selain mutasi genetik dan paparan senyawa.
ilustrasi biopsi sumsum tulang belakang (wikimedia.org)
Biasa berkembang perlahan dan tak diketahui, gejala multiple myeloma adalah:
- Nyeri tulang (muncul paling pertama, dan umumnya terjadi di panggul, tulang belakang, dan tulang rusuk).
- Lesi tulang (terutama pada tengkorak, tulang belakang, dan tulang rusuk).
- Hiperkalsemia/kadar kalsium berlebih dalam darah (mengakibatkan pengeroposan tulang).
- Anemia/trombositopenia/granulositopenia.
“Bisa dibilang, multiple myeloma adalah ‘kanker yang sering nyasar’,” ujar dr. Nadia.
Sementara disebut "kanker darah", gejala multiple myeloma bisa terlihat di tulang dan berbagai area tubuh lain (oleh karena itu, dr. Nadia menyebutnya "nyasar"). Gejala yang paling terlihat dari multiple myeloma adalah nyeri tulang dan sendi serta pengeroposan tulang.
Umumnya, diagnosis mieloma multipel dapat dilakukan dengan tes darah atau tes urine untuk mendeteksi protein atau senyawa lain penanda mieloma. Kemudian, biopsi sumsum tulang atau tes CT-scan, X-ray, MRI, hingga PET scan bisa dilakukan untuk mengetahui penyebaran mieloma ke bagian tubuh lainnya.