ilustrasi rokok dengan tembakau sintetis (pixabay.com/NoblePrime)
Bronkitis terjadi ketika bronkus (cabang tenggorok yang bersambung ke bagian kiri dan kanan paru-paru) mengalami peradangan. Kondisi ini menyebabkan saluran napas menyempit dan dipenuhi oleh lendir. Lendir atau dahak tersebut terkumpul akibat respon sistem kekebalan tubuh dalam menangkap zat infeksi dan zat noninfeksi penyebab bronkitis.
Lendir yang terkumpul di bronkus lama-lama akan menyumbat saluran napas sehingga menimbulkan gejala sesak napas. Akibatnya, batuk akan terjadi sebagai respons tubuh untuk mengeluarkan lendir di saluran napas.
Bronkitis akut umumnya disebabkan oleh infeksi pada bronkus. Infeksi ini paling sering disebabkan oleh virus penyebab infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), seperti rhinovirus. Bronkitis akut terjadi jika ISPA tidak sembuh dan menyebar ke bronkus.
Sementara itu, bronkitis kronis disebabkan oleh peradangan jangka panjang di bronkus akibat paparan zat kimia atau asap rokok. Kondisi tersebut memicu reaksi peradangan, yang ditandai dengan produksi lendir di dinding bronkus.
Perokok akan mengalami reaksi peradangan terus-menerus, yang mana ini dapat menyebabkan bronkus menyempit dan mengeras.
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko kamu mengidap bronkitis antara lain:
- Merokok atau sering terpapar asap rokok (perokok aktif maupun pasif).
- Berusia di bawah 5 tahun atau lebih dari 40 tahun.
- Tidak mendapatkan vaksin influenza atau pneumonia.
- Sering terpapar zat-zat berbahaya, seperti debu, amonia, atau klorin.
- Memiliki daya tahan tubuh lemah, misalnya karena memiliki penyakit autoimun atau kanker.
- Memiliki kondisi medis lain, seperti penyakit refluks asam lambung (GERD).