kondisi trismus atau lockjaw pada pasien tetanus (onlinelibrary.wiley.com)
Berdasarkan laporan dalam publikasi StatPearls, ada empat bentuk tetanus berdasarkan temuan klinis: tetanus umum, neonatal, lokal, dan sefalik.
1. Tetanus umum
Ini adalah jenis paling umum tetanus, yang terjadi pada sekitar 80 persen kasus. Pasien biasanya dibawa ke rumah sakit dengan pola kejang otot menurun, rahang terkunci (lockjaw), dan risus sardonicus (senyum kaku karena kontraksi otot wajah yang berkelanjutan). Ini bisa berkembang menjadi leher kaku, sulit menelan, dan kaku pada otot dada dan betis. Kejang ini dapat berlangsung hingga 4 minggu, dan bisa butuh waktu berbulan-bulan untuk pemulihan penuh.
Ketidakstabilan otonom juga dapat terjadi pada pasien dengan demam, disritmia, tekanan darah dan detak jantung yang tidak stabil, kesulitan bernapas, ekskresi katekolamin, dan bahkan kematian dini.
2. Tetanus neonatal
Tetanus neonatal adalah bentuk umum tetanus yang terjadi pada bayi baru lahir dari ibu yang tidak diimunisasi atau dari infeksi melalui alat yang terkontaminasi saat memotong tali pusat.
Bayi dari ibu yang diimunisasi umumnya tidak terkena tetanus akibat imunitas pasif dari ibunya. Bayi yang terinfeksi menunjukkan sifat lekas marah, makan yang buruk, wajah meringis, kaku, dan kontraksi kejang parah yang dipicu oleh sentuhan.
Ada laporan kasus konsekuensi jangka panjang pada orang yang selamat dari gangguan perkembangan saraf, masalah perilaku, dan defisit dalam perkembangan motorik kasar dan bicara dan bahasa.
3. Tetanus lokal
Jenis ini adalah salah satu bentuk tetanus yang paling langka. Jenis ini ditandai dengan kontraksi otot terus-menerus di lokasi cedera yang dapat berlangsung selama berminggu-minggu.
Jenis ini jarang berakibat fatal, tetapi bisa berkembang menjadi bentuk tetanus umum yang lebih mengancam nyawa.
4. Tetanus sefalik atau tetanus serebral
Selain tetanus lokal, tetanus sefalik juga merupakan jenis tetanus yang paling langka. Jenis ini terjadi paling sering setelah mengalami trauma kepala, seperti patah tulang tengkoak, laserasi kepala, cedera mata, prosedur gigi, otitis media, atau dari tempat cedera lain.
Jenis ini ditandai dengan kekakuan leher, disfagia, trismus atau lockjaw, kelopak mata tertarik, pandangan menyimpang, dan risus sardonicus.
Saraf wajah paling sering terkena. Namun, saraf kranial lain juga bisa terpengaruh. Temuan ini dapat menyebabkan komplikasi lebih lanjut seperti aspirasi bronkus, kelumpuhan otot pernapasan dan laring, serta gagal napas. Jenis ini juga dapat berkembang menjadi tetanus umum.