Saat banjir melanda, kulit menjadi rentan terhadap berbagai gangguan kesehatan. Ada empat kelompok utama penyakit kulit yang sering muncul selama banjir:
Dermatitis kontak iritan
Zat-zat iritan seperti detergen, pestisida, dan bahan kimia lain yang terbawa air banjir bisa menyebabkan iritasi dan peradangan di kulit, terutama di tangan dan kaki.
Gejalanya berupa bercak kemerahan, rasa panas, terbakar, dan gatal. Makin lama kulit terendam, makin berat kerusakannya, dan jika tidak segera ditangani bisa menimbulkan infeksi sekunder.
Infeksi kulit
Jamur: Air banjir yang lembap mempercepat pertumbuhan jamur, terutama di sela jari-jari kaki. Tanda umumnya: bercak merah, pengelupasan kulit, dan gatal.
Bakteri: Bakteri seperti Streptococcus pyogenes dan Staphylococcus aureus dapat menginfeksi luka atau area kulit yang lembap. Luka bisa bernanah dan kemerahan. Risiko lebih tinggi bagi orang dengan sistem imun lemah, seperti penderita diabetes atau lansia.
Cedera atau trauma kulit
Banjir membawa risiko kecelakaan: benda tajam atau benda hanyut bisa melukai kulit, menimbulkan luka lecet, tusukan, atau memar. Jika luka tidak dirawat dengan benar, bisa berkembang menjadi infeksi.
Penyakit kulit lain
Gigitan serangga (nyamuk, semut, lipan) kerap meningkat saat banjir, menyebabkan bintik kemerahan dan rasa gatal. Selain itu, stres akibat banjir bisa memicu atau memperburuk kondisi kulit kronis seperti dermatitis atopik, psoriasis, neurodermatitis, alopecia areata, dan vitiligo.
Membersihkan lingkungan, membuang sampah pada tempatnya, dan menanam pepohonan adalah langkah penting untuk mencegah banjir berulang, sekaligus mengurangi risiko penyakit kulit terkait banjir.