Perlu diketahui bahwa muntah adalah kondisi yang sering dialami pada bayi, khususnya saat usianya masih beberapa minggu. Ini karena sistem pencernaan bayi masih lemah. Nah, bayi yang muntah setelah diberikan ASI dikenal sebagai gumoh. Ini adalah kondisi normal selama bayi tidak rewel atau mengalami sesak napas. Walaupun bisa dicegah, tetapi gumoh tidak perlu penanganan khusus dan umum terjadi.
Melansir laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), menurut data di Indonesia, angka kejadian gumoh selama 2 bulan pertama kehidupan bayi lebih tinggi dibanding negara lain. Menurut data ini, 25 persen bayi Indonesia mengalami gumoh >4 kali selama bulan pertama dan 50 persen bayi mengalami gumoh 1-4 kali per hari sampai usia 3 bulan.
Sekitar 30 persen ibu di Indonesia mengalami kecemasan mengenai gumoh, yang mana kecemasan ini lebih berkaitan dengan frekuensi (66 persen) dibanding volume gumoh (9 persen). Selain kecemasan mengenai frekuensi gumoh, orang tua juga mengeluhkan gejala yang menyertai gumoh seperti menangis atau rewel.
Melansir Verywell Family, sistem pencernaan bayi masih berkembang, sehingga terjadi lebih banyak gumoh dalam beberapa bulan pertama kehidupannya. Saat bayi menyusu, susu turun dari tenggorokan ke kerongkongan, lalu kemudian ke perut.
Kerongkongan terhubung ke perut oleh cincin otot yang disebut sfingter esofagus bagian bawah. Sfingter ini terbuka untuk membiarkan susu masuk ke dalam perut bayi, dan kemudian menutup kembali, tetapi "pintu" ini tidak bisa diandalkan seperti yang seharusnya sampai bayi berusia sekitar 6 bulan. Ini dapat menyebabkan aliran balik susu yang bisa tampak seperti muntahan alias gumoh.