Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Seorang perempuan duduk di kursi roda.
ilustrasi pasien multiple sclerosis (pexels.com/Marcus Aurelius)

Intinya sih...

  • Multiple sclerosis (MS) dua hingga tiga kali lebih sering dialami perempuan dibanding laki-laki. Walaupun alasan pastinya belum sepenuhnya dipahami, tetapi faktor hormonal diyakini memiliki peran besar.

  • Laki-laki mengalami penurunan fisik dan mental lebih cepat dibanding perempuan dengan MS karena memiliki kerusakan saraf lebih cepat dan lesi otak yang lebih luas.

  • Pada perempuan, MS lebih sering muncul dalam bentuk relapsing-remitting MS (RRMS), sedangkan pada pada laki-laki cenderung mengalami primary progressive MS (PPMS).

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Multiple sclerosis (MS) adalah penyakit autoimun yang penuh misteri. Ini terjadi ketika sistem kekebalan tubuh yang seharusnya melindungi malah menyerang selubung mielin yang menyelimuti saraf. Kerusakan pada mielin itu menyebabkan sinyal saraf terganggu, dan dampaknya bisa berbeda-beda bagi tiap orang. Ada yang hanya mengalami gejala ringan, tetapi ada pula yang kesulitan berjalan, bicara, atau bahkan mengunyah makanan.

MS bisa menyerang siapa saja, baik perempuan maupun laki-laki. Namun, yang jelas adalah perempuan memiliki risiko jauh lebih tinggi dibanding laki-laki. Menurut berbagai penelitian, rasio perempuan terhadap laki-laki yang terkena MS berkisar antara 3:1 hingga 4:1.

Walaupun gejalanya bisa mirip pada kedua jenis kelamin, tetapi perempuan mengalami tambahan tantangan karena MS juga bisa memengaruhi menstruasi, kehamilan, hingga menopause. Yuk, kita bahas lebih dalam tentang bagaimana perbedaan gejala MS pada laki-laki dan perempuan.

1. Kenapa gejala MS pada perempuan dan laki-laki berbeda?

Perjalanan MS tidak selalu sama bagi setiap orang, terutama antara perempuan dan laki-laki. Faktor biologis dan hormonal memainkan peran besar dalam bagaimana penyakit ini berkembang.

Pada perempuan, MS lebih sering muncul dalam bentuk relapsing-remitting MS (RRMS), yaitu ketika gejala datang dan pergi dalam periode tertentu. Hormon estrogen, yang diketahui memiliki efek melindungi sistem saraf, diduga membantu meredam keparahan gejala pada tahap awal. Namun, fluktuasi hormon sepanjang siklus menstruasi, kehamilan, hingga menopause bisa membuat gejala MS ikut naik turun.

Sementara itu, laki-laki cenderung mengalami primary progressive MS (PPMS), tipe yang gejalanya terus memburuk tanpa fase pemulihan. Pada laki-laki, perkembangan penyakit biasanya lebih cepat dan sering disertai penyusutan otak serta gangguan kognitif. Para peneliti menduga bahwa kadar hormon testosteron yang berbeda turut memengaruhi tingkat keparahan MS pada laki-laki.

Dengan kata lain, perbedaan hormon dan jenis MS yang diderita menjadikan perjalanan penyakit ini sangat unik pada perempuan dan laki-laki, dan memahami perbedaan ini penting agar penanganannya bisa lebih tepat sasaran.

2. Gejala MS pada perempuan

MS dua hingga tiga kali lebih sering dialami perempuan dibanding laki-laki. Walaupun alasan pastinya belum sepenuhnya dipahami, tetapi faktor hormonal diyakini memiliki peran besar. Berikut beberapa gejala yang sering dialami perempuan dengan MS:

  • Menstruasi: Gejala MS bisa terasa lebih berat menjelang atau saat menstruasi karena perubahan hormon.

  • Kehamilan: MS tidak mengurangi peluang hamil. Justru, penelitian menunjukkan bahwa kekambuhan MS berkurang selama kehamilan, meski bisa meningkat kembali sekitar tiga bulan setelah melahirkan.

  • Menopause: Saat memasuki usia 40–50 tahun, penurunan hormon estrogen bisa memperburuk gejala MS. MS berkembang lebih cepat setelah menopause.

Selain itu, perempuan dengan MS sering melaporkan gejala tambahan, seperti:

  • Kelelahan: Lebih sering merasakan kelelahan yang parah dan menetap.

  • Nyeri: Baik neuropatik maupun otot dan sendi.

  • Depresi dan kecemasan: Lebih umum.

  • Gangguan kandung kemih: Lebih sering dan lebih mengganggu.

  • RRMS lebih dominan: Perempuan lebih banyak mengalami tipe ini dibanding laki-laki.

3. Gejala MS pada laki-laki

ilustrasi pasien multiple sclerosis (pixabay.com/tododisca)

Walaupun lebih jarang, tetapi laki-laki tetap bisa terkena MS dan biasanya dengan gejala yang berbeda. Mereka lebih sering memiliki bentuk progresif, yang berarti penyakit berkembang lebih cepat. Beberapa gejala khas pada laki-laki antara lain:

  • Penurunan kognitif: Gangguan memori dan kecepatan berpikir lebih terasa.

  • Gangguan motorik: Lebih cepat mengalami disabilitas fisik, terutama pada tipe PPMS.

  • Lesi sumsum tulang belakang: Lebih umum terjadi pada laki-laki, menyebabkan masalah mobilitas dan koordinasi.

  • Prognosis lebih buruk: Lebih sering mengalami perjalanan penyakit yang progresif sejak awal.

Para ahli menduga testosteron mungkin berperan dalam memperburuk perjalanan penyakit pada laki-laki, meski studi lebih lanjut masih dibutuhkan.

4. Gejala MS biasanya muncul lebih lambat pada laki-laki

Sebagian besar orang didiagnosis MS saat berusia antara 20 hingga 40 tahun. Namun, pada laki-laki, diagnosis biasanya datang beberapa tahun lebih lambat dibanding perempuan. Salah satu alasannya, laki-laki lebih sering mengalami PPMS, tipe yang berkembang perlahan dan sering kali baru muncul pada usia paruh baya.

Rata-rata, PPMS terdeteksi sekitar 10 tahun lebih lambat dibanding RRMS yang lebih umum pada perempuan. Perbedaan ini membuat laki-laki kerap baru menyadari gejala setelah penyakit berkembang lebih jauh.

5. Laki-laki mengalami penurunan fisik dan mental lebih cepat

Baik laki-laki maupun perempuan dengan MS akan mengalami perubahan pada tubuh dan otak. Namun, studi menunjukkan bahwa laki-laki lebih cepat mengalami disabilitas, seperti kesulitan berjalan hingga membutuhkan alat bantu (Frontiers in Immunology, 2023).

Beberapa faktor yang memengaruhi hal ini antara lain:

  • Kerusakan saraf lebih cepat: Laki-laki dengan MS memiliki lebih banyak kerusakan otak dan sistem saraf.

  • Lesi otak lebih luas: Terutama di permukaan otak.

  • Spastisitas dan ataksia: Kekakuan otot dan gangguan keseimbangan lebih sering dialami laki-laki.

Meskipun begitu, dokter memiliki beberapa pilihan obat untuk mengurangi spastisitas. Terapi fisik juga sangat membantu meningkatkan keseimbangan dan keterampilan motorik.

Hidup dengan MS memang penuh tantangan, tetapi bukan berarti segalanya telah berakhir. Dengan pengobatan yang tepat, dukungan keluarga, dan perubahan gaya hidup sehat, orang dengan MS bisa tetap menjalani hidup yang produktif dan bermakna. Yang paling penting adalah mengikuti rencana perawatan, rutin kontrol ke dokter, serta menjaga kesehatan fisik dan mental. Dukungan dari orang terdekat dan tenaga medis akan membuat perjalanan menghadapi MS menjadi lebih ringan.

Referensi

Nuria Alvarez-Sanchez and Shannon E. Dunn, “Potential Biological Contributers to the Sex Difference in Multiple Sclerosis Progression,” Frontiers in Immunology 14 (April 14, 2023), https://doi.org/10.3389/fimmu.2023.1175874.

"Hormones and MS – The Differences Between Men and Women." MS Trust. Diakses pada Oktober 2025.

"Multiple Sclerosis in Men vs. Women: 5 Symptom Differences and More." MyMSTeam. Diakses pada Oktober 2025.

"Early Symptoms of MS in Women and Men." Overcoming MS. Diakses pada Oktober 2025.

"Signs of MS in Women vs. Men." Verywell Health. Diakses pada Oktober 2025.

Editorial Team