Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Seorang perempuan lansia duduk sendirian di dapur.
ilustrasi pasien lupus (freepik.com/freepik)

Intinya sih...

  • Multiple sclerosis (MS) dan lupus memang memiliki beberapa gejala yang mirip, tetapi keduanya tetap dua penyakit yang sangat berbeda.

  • MS lebih sering menimbulkan gejala neurologis seperti mati rasa, penglihatan kabur, atau kesulitan menjaga keseimbangan. Sementara itu, lupus biasanya ditandai dengan ruam kulit, nyeri kepala, hingga perubahan kognitif atau kepribadian.

  • Kemungkinan seseorang mengidap MS sekaligus lupus memang ada, meski kasusnya amat jarang. Cuma ada 18 kasus di dunia.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Multiple sclerosis (MS) dan lupus sama-sama tergolong penyakit autoimun, yaitu kondisi ketika sistem imun, yang seharusnya melindungi tubuh, justru menyerang jaringan sehat. Meski keduanya bisa menimbulkan gejala yang mirip, tetapi arah serangannya berbeda.

MS berfokus pada sistem saraf pusat. Serangan terjadi di otak dan sumsum tulang belakang, mengganggu jalur komunikasi tubuh. Akibatnya, muncul gejala seperti kesemutan, gangguan penglihatan, atau kesulitan bergerak.

Lupus lebih menyebar. Penyakit ini bisa menyerang kulit, sendi, ginjal, paru-paru, bahkan sistem saraf. Gejalanya pun beragam, dari ruam berbentuk kupu-kupu di wajah, nyeri sendi, hingga kelelahan yang tak kunjung reda.

Meski sama-sama merupakan penyakit autoimun, tetapi MS dan lupus punya karakteristik yang unik. Dalam cerita kali ini, kita akan mengupas perbedaan keduanya: mulai dari gejala, cara diagnosis, hingga pengobatan yang tersedia.

1. Perbedaan gejala

Secara umum, lupus cenderung merusak banyak bagian tubuh, sedangkan MS lebih fokus merusak sistem saraf.

Gejala lupus

Dua gejala paling umum pada lupus adalah ruam kulit dan nyeri sendi. Selain itu, lupus yang menyerang sistem saraf bisa menimbulkan kondisi berikut (yang tidak umum terjadi pada MS):

  • Sakit kepala migrain

  • Perubahan kepribadian

  • Gangguan fungsi kognitif

  • Kejang epilepsi

  • Stroke (jarang terjadi)

Gejala MS

Sebaliknya, ruam kulit jarang terjadi pada orang dengan MS. Gejala MS yang paling sering muncul antara lain:

  • Penglihatan ganda

  • Mati rasa

  • Rasa kesemutan atau lemah pada salah satu anggota tubuh

  • Gangguan keseimbangan dan koordinasi

2. Cara diagnosis

Dokter menggunakan pemeriksaan yang berbeda untuk memastikan apakah seseorang mengidap MS atau lupus.

  • Diagnosis lupus dilakukan berdasarkan gejala, tes darah dan urine, pemindaian, hingga biopsi bila diperlukan.

  • Diagnosis MS meliputi pemeriksaan gejala, tes darah, pungsi lumbal (spinal tap), MRI, serta tes evoked potential untuk memeriksa sinyal listrik pada saraf.

3. Prognosis atau perjalanan penyakit

ilustrasi perempuan mengalami multiple sclerosis (pexels.com/Marcus Aurelius)

Baik MS maupun lupus sama-sama dikenal sulit ditebak. Perjalanan penyakitnya tidak mengikuti pola tertentu. Kadang tenang, kadang muncul gejala baru tanpa peringatan. Meski begitu, banyak pasien tetap bisa menjalani hidup panjang dengan pengelolaan yang tepat.

MS sendiri bukan penyakit yang langsung mengancam jiwa. Namun, MS dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan lain. Rata-rata, harapan hidup pasien MS sekitar tujuh tahun lebih pendek dibanding populasi umum. Meski demikian, dengan perawatan yang konsisten, banyak pasien MS tetap bisa hidup lama dan aktif.

Lupus sedikit berbeda. Sekitar 80–90 persen orang yang hidup dengan penyakit ini tidak mengalami penurunan harapan hidup. Namun, lupus bisa menjadi berbahaya bila terjadi flare (periode ketika gejala penyakit tiba-tiba muncul kembali atau memburuk setelah sempat tenang) parah yang menyerang organ vital, seperti ginjal atau jantung. Karena itu, perawatan rutin dan pemantauan dokter menjadi kunci untuk mencegah komplikasi serius.

4. Perbedaan pengobatan

Membedakan lupus dan MS sangat penting karena metode pengobatannya berbeda.

Pengobatan lupus yang umum digunakan:

  • Obat antiinflamasi nonsteroid.

  • Kortikosteroid.

  • Obat antimalaria.

  • Obat imunosupresif terutama bila menyerang organ penting.

Pengobatan MS yang umum digunakan:

  • Interferon.

  • Obat imunosupresif.

  • Obat imunomodulator.

5. Mungkinkah mengidap MS dan lupus sekaligus?

Kemungkinan seseorang mengidap MS sekaligus lupus memang ada, meski kasusnya amat jarang. Sebuah studi yang dipublikasikan dalam Advances in Psychiatry & Neurology tahun 2024 mencatat hanya 18 kasus di dunia. Risiko bisa meningkat bila ada riwayat keluarga dengan penyakit autoimun.

Penyakit autoimun sendiri cenderung “datang berkelompok.” Artinya, seseorang bisa saja mengalami MS bersamaan dengan lupus, diabetes tipe 1, atau sindrom Sjögren. Dalam kondisi seperti ini, kolaborasi dokter spesialis saraf dan reumatolog menjadi sangat penting. Mereka perlu memastikan pengobatan yang diberikan sesuai dengan gejala yang paling dominan. Walau sama-sama menggunakan obat imunosupresif, mekanisme kerja tiap terapi berbeda. Karena itu, memahami penyakit mana yang memicu gejala tertentu menjadi kunci keberhasilan penanganan.

MS dan lupus memang memiliki beberapa gejala yang mirip, tetapi keduanya tetap dua penyakit yang sangat berbeda. MS lebih sering menimbulkan gejala neurologis seperti mati rasa, penglihatan kabur, atau kesulitan menjaga keseimbangan. Sementara itu, lupus biasanya ditandai dengan ruam kulit, nyeri kepala, hingga perubahan kognitif atau kepribadian.

Referensi

Maciej Dubaj et al., “Coexistence of Multiple Sclerosis and Systemic Lupus Erythematosus – a Case Report,” Postępy Psychiatrii I Neurologii 33, no. 1 (January 1, 2024): 39–42, https://doi.org/10.5114/ppn.2023.134444.

"What’s the Difference Between MS and Lupus?" HealthCentral. Diakses pada Oktober 2025.

"Multiple Sclerosis vs. Lupus: Differences and Symptoms." Medical News Today. Diakses pada Oktober 2025.

"Lupus and MS: What’s the Difference?" Verywell Health. Diakses pada Oktober 2025.

"MS vs. Lupus." WebMD. Diakses pada Oktober 2025.

Editorial Team