Jamur Chondrostereum purpureum. (commons.wikimedia.org/Strobilomyces)
Walaupun pasien ini adalah seorang ahli mikologi, tetapi ia tidak bisa mengingat pernah bekerja dengan jamur spesies Chondrostereum purpureum sebelum terpapar. Namun, pekerjaan lapangannya mungkin membuatnya berkontak dengan bahan yang membusuk dan jamur tanaman lainnya, yang berpotensi menjelaskan sumber infeksinya.
Agar patogen dari berbagai jenis dapat bersarang di dalam inang dan mulai bereplikasi, mereka perlu alat yang tepat. Mereka tidak hanya membutuhkan cara untuk mendapatkan nutrisi yang tepat, tetapi juga memerlukan beberapa trik untuk menghadapi lingkungan yang tidak bersahabat yang cenderung menghancurkan mereka dengan segala jenis senjata kimia dan agen pembunuh. Hal ini membuat sangat jarang jamur yang beradaptasi dengan memasukkan hifanya melalui daun dan batang berhasil melakukan hal yang sama di dalam daging kita.
Fakta bahwa pasien dalam studi kasus ini tampaknya memiliki sistem kekebalan yang berfungsi penuh, tanpa ada indikasi sedang mengonsumsi obat imunosupresan, atau memiliki HIV, diabetes, atau penyakit kronis apa pun, menjadikannya makin membingungkan, bahkan beberapa ahli menganggapnya mengkhawatirkan.
"Patogen manusia cross-kingdom, dan potensi reservoir tanamannya, mempunya implikasi penting terhadap munculnya penyakit menular," kata para penulis penelitian dalam laporan mereka.
Meskipun spesies bakteri superbug dan virus baru dari populasi hewan selalu menarik perhatian, tetapi kita cenderung jarang memikirkan penyakit tanaman yang ada di tengah-tengah kita.
Walaupun kasus infeksi jamur seperti ini langka, tetapi fakta bagaimana ini bisa terjadi jelas bisa terjadi menjadikannya patut mendapat perhatian. Jamur khususnya menimbulkan risiko yang signifikan—kesamaan dalam biokimia jamur dan hewan membuat perancangan vaksin dan terapi yang sesuai untuk mencegah atau menangani infeksi menjadi sebuah tantangan nyata.
Kabar baiknya, dalam kasus yang dialami ahli mikologi ini, drainase ulkus secara teratur selama dua bulan dengan agen antijamur menunjukkan kesuksesan. Setelah dua tahun pemeriksaan, pasien dilaporkan masih dalam kondisi baik-baik saja dan tidak ada tanda-tanda infeksi berulang.