Sebuah penelitian di Amerika Serikat (AS) yang dipimpin oleh Cleveland Clinic ingin mencari tahu bagaimana diet memengaruhi risiko kanker prostat mematikan. Penelitian ini dimuat dalam jurnal Cancer Epidemiology, Biomarkers & Prevention pada 28 Oktober 2021 lalu.
Para peneliti menggunakan data dari uji coba screening kanker prostat, paru-paru, usus besar, dan rahim (PLCO) oleh National Cancer Institute pada tahun 2000. Proses ini melibatkan pemantauan 76.685 laki-laki berusia 55-74 tahun dengan kanker prostat selama 13 tahun.
Dari sana, para peneliti Cleveland Clinic menganalisis nutrisi makanan dan metabolit tertentu pada 692 laki-laki. Dari jumlah tersebut 173 meninggal dunia akibat kanker prostat. Waktu rata-rata antara pengambilan sampel hingga kematian pasien kanker prostat mematikan adalah 11,69 tahun.
ilustrasi masalah pada testis (pixabay.com/derneuemann)
Pada 519 partisipan laki-laki dalam kelompok kontrol, 83,6 persen tetap sehat, sementara 16,4 persen menerima diagnosis kanker prostat non-mematikan selama masa penelitian.
Saat mendaftar screening kanker PLCO, para partisipan diminta untuk tes darah. Para peneliti menganalisis serum darah untuk memantau metabolit yang berbeda. Beberapa metabolit terbentuk olah bakteri di usus karena asupan makan dan minum.
Hasil metabolit para pasien kanker prostat yang telah wafat kemudian dibandingkan dengan kelompok kontrol.
"Laki-laki dengan tingkat molekul terkait diet tertentu memiliki risiko lebih tinggi mengembangkan kanker prostat agresif," ujar Dr. Nima Sharifi, MD., peneliti utama dari Cleveland Clinic.