Berbagi dengan para audiens di sesi Temasek Foundation Pinnacle Series pada Kamis (10/11) kemarin, perwakilan Indonesia dan peneliti mikrobiologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof. dr. Amin Soebandrio, PhD, SpMK(K)., memaparkan bagaimana kondisi pandemik COVID-19 di Indonesia.
"Saya menerima informasi terbaru bahwa kasus COVID-19 di Indonesia tengah meningkat, lebih dari 5.000-an kasus per hari," katanya.
Profesor Amin kemudian mencatat bahwa Indonesia telah menemukan 6,5 juta kasus COVID-19, dan dari angka tersebut, 6,3 juta pasien telah pulih. Angka ini diprediksi akan terus meningkat, mengingat terdeteksinya subvarian B.1.1.529 (Omicron), XBB, di Indonesia, sejak akhir Oktober 2022 silam.
Lalu, Prof. Amin menjelaskan bahwa 235 juta warga Indonesia telah mendapatkan vaksinasi. Sebanyak 205 juta baru mendapatkan dosis pertama, dan 72 juta telah menyelesaikan vaksinasi primer. Namun, suntikan ketiga baru mencapai 65 juta, sementara booster kedua baru diprioritaskan ke tenaga kesehatan, yaitu 700 ribu dosis.
"Kesulitan dan rintangan yang dihadapi pemerintah RI adalah memastikan informasi tepat waktu dan pengiriman vaksin serta terapi ke daerah terpencil," ujar Prof. Amin.
Prof. dr. Amin Soebandrio, PhD, SpMK (K) di WOHC 2022. (IDN Times/Alfonsus Adi Putra)
Dari peta tersebut, Prof. Amin menunjukkan bahwa mayoritas kasus COVID-19 lebih sarat di Pulau Jawa, daerah yang dihuni oleh 60 persen populasi Indonesia. Akan tetapi, selain kasus yang tinggi, data yang ditunjukkan juga mengisyaratkan adanya ketimpangan kesehatan di Tanah Air.
Ia mengatakan bahwa Pulau Jawa juga adalah rumah bagi para cendekiawan yang berperang melawan vaksin. Hal ini terlihat dari berbagai fasilitas sains, universitas, dan laboratorium yang juga berada di Pulau Jawa. Oleh karena itu, Prof. Amin menekankan bahwa diversifikasi juga diperlukan di Tanah Air.
"Untuk masa depan, kita harus menerapkan strategi khusus untuk menanggulangi rintangan ini," imbuhnya.